Kebiadaban Kaum Homoseksual
Oleh: Tengku Azhar, Lc.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِين * إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُون
“Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?’ Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 81)
Tafsir Ayat
Di dalam Al-Qur`an, terdapat beberapa ayat yang senada dengan ayat di atas, di antaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ * أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
“Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika Dia berkata kepada kaumnya: ‘Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu memperlihatkan(nya)?’ Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)’.” (QS. An-Naml: 54-55)
Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ * أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ وَتَقْطَعُونَ السَّبِيلَ وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا ائْتِنَا بِعَذَابِ اللَّهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Luth berkata pepada kaumnya: ‘Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu.’ Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: ‘Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Al-Ankabut: 28-29)
Ayat-ayat di atas dan ayat-ayat lain yang senada dengannya adalah kabar Allah kepada manusia seluruhnya dan kaum muslimin khususnya tentang kebiadaban dan kekejian perbuatan yang dilakukan oleh kaum nabi Luth ‘Alaihissalam atau disebut juga dengan Kaum Sodom.
Imam Ibnu Katsir –rahimahullah- menjelaskan ayat ini dengan berkata, “Nabi Luth ‘Alaihissalam adalah Ibnu Haran ibnu Azar dan Ibnu Ibrahim ‘Alaihissalam. Nabi Luth ‘Alaihissalam telah beriman kepada Allah bersama Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, dan keduanya kemudian berhijrah ke Negeri Syam. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutusnya sebagai seorang Nabi kepada kaum Sodom dan beberapa negeri sekitarnya. Dia ‘Alaihissalam mendakwahi mereka kepada jalan Allah, memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah mereka dari perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh umat-umat sebelum mereka, yaitu mereka mendatangi orang laki-laki mereka untuk melampiaskan syahwat mereka. Perbuatan keji dan hina ini belum pernah dilakukan oleh keturunan Nabi Adam ‘Alaihissalam sebelum mereka dan tidak pernah terdetik dalam hati mereka hingga perbuatan keji ini dilakukan oleh Kaum Sodom –semoga Allah melaknat mereka-.
Lebih biadab dari Kaum Sodom
Pada saat ini, telah muncul kaum Sodom era modern. Dengan membajak dan memplintir ayat-ayat Al-Qur`an dan Hadits Nabi Shallallahu ‘Alahi wa Sallam, kaum Sodom modern ini mengajak kaum muslimin khususnya untuk melegalkan homoseksual, bahkan bukan hanya itu, mereka juga melegalkan kelainan seksual yang lain yaitu melakukan hubungan seks dengan hewan dan binatang.
Dalam buku yang berjudul “Indah Kawin Sesama Jenis: Demokratisasi dan Perlindungan Hak-hak Kaum Homoseksual” yang diterbitkan oleh Lembaga Studi Sosial dan Agama, eLSA, Semarang, 2005), yang tidak lain adalah kumpulan artikel di jurnal Justisia Fakultas Syariah IAIN Semarang edisi 25, Th XI, 2004, dengan jelas-jelas mengajak kaum muslimin untuk melakukan dan mendukung prilaku keji homoseksual, lesbian, dan heteroseksual.
Dalam buku ini dijelaskan strategi yang digunakan oleh Kaum Sodom Modern dari Fakultas Syariah IAIN Semarang ini untuk melegalkan perkawinan homoseksual di Indonesia, yaitu:
1. mengorganisir kaum homoseksual untuk bersatu dan berjuang merebut hak-haknya yang telah dirampas oleh Negara.
2. memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa apa yang terjadi para diri kaum homoseksual adalah sesuatu yang normal dan sesuai dengan fitrah, sehingga masyarakat tidak mengucilkannya bahkan sebaliknya, masyarakat ikut terlibat mendukung setiap gerakan kaum homoseksual dalam menuntut hak-haknya,
3. melakukan kritik dan reaktualisasi tafsir keagamaan (tafsir kisah Luth dan konsep pernikahan) yang tidak memihak kaum homoseksual,
4. menyuarakan perubahan UU Perkawinan No 1/1974 yang mendefinisikan perkawinan harus antara laki-laki dan wanita.
Dalam tafsirnya terhadap kisah Nabi Luth ‘Alaihissalam, para panulis dalam buku ini menjelaskan;
“Karena keinginan untuk menikahkan putrinya tidak kesampaian, tentu Luth amat kecewa. Luth menganggap kedua laki-laki tadi tidak normal. Istri Luth bisa memahami keadaan laki-laki tadi dan berusaha menyadarkan Luth. Tapi, oleh Luth, malah dianggap istri yang melawan suami dan dianggap mendukung kedua laki-laki yang dinilai Luth tidak normal. Kenapa Luth menilai buruk terhadap kedua laki-laki yang kebetulan homo tersebut? Sejauh yang saya ketahui (yaitu penulis artikel tersebut), Al-Qur`an tidak memberikan jawaban yang jelas. Tetapi kebencian Luth terhadap kaum homoseksual di samping karena faktor kecewa karena tidak berhasil menikahkan kedua putrinya juga karena anggapan Luth yang salah terhadap kaum homo.” Wal’iayadzu billah.
Bahkan, tidak hanya sampai disitu:
“Luth yang mengecam orientasi seksual sesame jenis mengajak orang-orang dikampungnya untuk tidak mencintai sesame jenis. Tetapi ajakan Luth ini tidak digubris mereka. Berangkat dari kekecewaan inilah kemudian bencana alam itu di rekayasa. Istri Luth, seperti cerita Al-Qur`an, ikut jadi korban. Dalam Al-Qur`an maupun Injil, homoseksual dianggap sebagai faktor utama penyebab dihancurkannya kaum Luth, tapi ini perlu dikritisi; saya menilai bencana alam tersebut ya bencana alam biasa sebagaimana gempa yang terjadi di beberapa wilayah sekarang. Namun karena pola pikir masyarakat dulu sangat tradisional dan mistis lantas bencana alam tadi dihubung-hubungkan dengan kaum Luth; ini tidak rasional dan terkesan mengada-ada. Masa, hanya faktor ada orang yang homo, kemudian terjadi bencana alam. Sementara kita lihat sekarang, di Belanda dan Belgia misalnya, banyak orang yang homo nikah formal, tapi kok tidak ada bencana apa-apa.”
Cobalah kita lihat penafsiran yang dilakukan oleh anak-anak Mahasiswa IAIN ini. Disamping tidak menggunakan metode tafsir yang benar, tafsir yang mereka lakukan berlandaskan hawa nafsu dan kekecewaan. Jika mereka menuduh Nabi Luth ‘Alaihissalam kecewa karena putrinya tidak berhasil dinikahkan, tetapi tuduhan itu justru memakan tuannya sendiri. Pada hakikatnya, tulisan-tulisan mereka pada artikel tersebut berangkat dari rasa kekecewaan mereka atas-atas ide-ide pro-homoseksual mereka yang dungu tersebut tidak diterima oleh masyarat dan tidak digubris oleh kaum muslimin.
Para mufassir Al-Qur`an selama ratusan tahun tidak ada yang berpendapat seperti anak-anak intelektual ingusan kemarin sore yang berlagak mujtahid besar. Bahkan ada di antara para penulis yang baru duduk di bangku kuliah semester IV (baru 2 tahun kuliah) IAIN Semarang, tetapi sudah berani mengkritik Al-Qur`an dan membuat tafsir ala akal-akalan dan dagelan belaka. Orang yang memahami bahasa Arab tidak akan keliru dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut di atas. Bahwa memang kaum Nabi Luth adalah kaum yang berdosa karena mempraktikkan prilaku homoseksual. Hukuman yang diberikan kepada mereka, pun dijelaskan, sebagai bentuk siksaan Allah, bukan bencana alam biasa. Tidak ada sama sekali penjelasan bahwa Nabi Luth dendam pada kaumnya karena tidak mau mengawini kedua putrinya. Tafsri homo ala anak IAIN Semarang yang menghina Nabi Luth itu benar-benar sebuat fantasi intelektual untuk memaksakan pemahamannya yang pro-homoseksual. Jangan-jangan, mereka juga adalah pecandunya? Wallahu A’lamu bish Shawab.
0 comments