MENINGKATKAN KUALITAS SHALAT

Posted by newydsui Wednesday, July 14, 2010 0 comments

MENINGKATKAN KUALITAS SHALAT

“Perhatian seseorang yang berhati sehat bukan lagi pada memperbanyak kuantitas ibadah, akan tetapi yang menjadi perhatiannya adalah meningkatkan kualitas ibadahnya” (Ibnul Qayyim dalam Ighatsatullahfan min Mashaidisysyaythan)

Shalat adalah amalan yang paling agung dan mulia. Keutamaannya tidak terkait dengan pelaku, waktu, dan tempat. Siapa pun dia, kapan pun itu, dan di tempat mana seseorang berada, shalat adalah amalan yang paling utama. Berbeda dengan amalan lain, seperti jihad fi sabilillah misalnya. Dia menjadi amalan yang paling utama dengan melihat pelaku, waktu, dan tempat.
Shalat tak boleh ditinggalkan. Tidak ada amalan lain yang apapun alasannya—apakah itu malas, enggan, ataupun menolak kewajibannya—orang yang meninggalkannya tetap dihukumi kafir, menurut jumhur ulama. Hanya sebagian ulama madzhab Syafi’i yang menyatakan bahwa barang siapa yang meninggalkannya karena malas—bukan menolak kewajibannya—maka tidak dihukumi kafir. Meskipun demikian mereka sepakat bahwa hukum had bagi orang yang meninggalkan shalat adalah dipenggal lehernya.
Shalat mendapatkan perhatian tertinggi dari orang-orang yang beriman. Demikianlah semestinya. Konon Umar bin Khaththab menjadikannya sebagai parameter apakah seeorang dapat dipercaya atau tidak. “Jika untuk urusan shalat saja seseorang menyia-nyiakannya, pasti ia lebih menyia-nyiakan urusan lain,” katanya.
Penjagaan seorang muslim terhadap shalat, mestinya tidak terbatas pada mengerjakannya di awal waktu secara berjamaah dan menyempurnakan syarat dan rukunnya. Tidak berhenti sampai sebatas unsur lahir shalat. Bagi seorang mukmin, shalat bisa menjadi penenang hati dan penentram jiwa. Setiap selesai mengerjakan shalat, ia akan mendapati keadaan diri yang lebih baik daripada sebelumnya. Bukannya sebaliknya, shalat yang umumnya hanya dikerjakan dalam waktu kurang dari 15 menit, terasa berat. Padahal manfaatnya jelas-jelas lebih besar daripada menonton siaran sepakbola atau sinetron yang butuh waktu lebih dari satu jam. Ketinggalan takbiratul ihram tidak merasa kehilangan seperti kehilangan uang seratus ribu rupiah. Padahal nilainya yang sebenarnya lebih berharga daripada nilai semua uang yang beredar di muka bumi ini.
Meningkatkan kualitas shalat mesti dilakukan oleh seorang muslim dengan memadukan dua hal: meningkatkan kualitas bacaan shalat dan meningkatkan kualitas penghayatan terhadap makna-makna bacaan.

Kualitas Bacaan
Yang dimaksud dengan meningkatkan kualitas bacaan shalat adalah hapal semua dzikir yang diajarkan oleh Rasulullah saw dalam satu rukun shalat. Sujud misalnya. Umumnya kita hanya menghapal satu bacaan saja. Padahal sebenarnya dengan mengganti bacaan sesuai dengan kondisi diri, shalat akan terasa lebih nikmat dan lezat, bukannya sekedar rutinitas 10 menit yang kering dan membosankan.
Pernahkah dalam sujud kita membaca:
سَجَدَ لَكَ سَوَادِيْ وَخَيَالِيْ وَآمَنَ بِكَ فُؤَادِيْ
“Benak dan khayalku hanya bersujud kepada-Mu. Hatiku hanya beriman kepada-Mu” (Berdasarkan hadits riwayat al-Bazzar dan al-Hakim; al-Hakim dan al-Albani menyatakannya sebagai hadits shahih)
Atau:
اَللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ وَأَنْتَ رَبِّيْ سَجَدَ وَجْهِيْ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ فَأَحْسَنَ صُوَرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ فَتَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ
“Ya Allah! Hanya kepada-Mu aku bersujud, hanya kepada-Mu aku beriman, dan hanya kepada-Mu aku berserah diri. Engkaulah Rabb-ku. Wajahku bersujud kepada yang telah menciptakan dan membentuknya dengan bentuk yang terbaik serta membuka pendengaran dan penglihatannya. Mahasuci Allah, sebaik-baik Pencipta.” (Berdasarkan hadits riwayat Muslim dan Abu ‘Awanah)
Atau:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ كُلَّهُ وَدِقَّهُ وَجِلَّهُ وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلاَنِيَّتَهُ وَسِرَّهُ
“Ya Allah! Ampunilah dosaku; semuanya, yang kecil, yang besar, yang pertama, yang terakhir, yang terang-terangan, dan yang tersembunyi.” (Berdasarkan hadits riwayat Muslim dan Abu ‘Awanah)
Mengganti-ganti bacaan setelah al-Fatihah termasuk upaya peningkatan kualitas bacaan ini. Masih banyak di antara kita yang hanya membaca surat-surat dan ayat-ayat yang itu-itu saja.

Kualitas Makna
Berbeda dengan peningkatan kualitas bacaan shalat yang terbatas, peningkatan kualitas makna atau penghayatan terhadap makna bacaan shalat bagaikan samudera luas tak bertepi. Sampai dijelang ajal pun—asalkan bersungguh-sungguh dalam berusaha meningkatkan pemahamannya terhadap ayat-ayat al-Qur`an dan bacaan shalat—seseorang akan mendapatkan suasana baru dari apa yang ditadaburinya.
Terkait dengan peningkatan kualitas bacaan inilah urgensitas penguasaan kita terhadap bahasa Arab mendapatkan posisinya. Di usia kita kini—berapa pun itu—tidak semestinya kita enggan mempelajari dan menguasai bahasa yang telah dipilih oleh Allah untuk menjadi sarana penyampai kabar, perintah, dan larangan-Nya. Apakah pantas kita yang mengaku mencintai dan menaati-Nya tidak mau tahu dengan bahasa yang digunakan-Nya untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya?
Di samping menguasai bahasa Arab, mendalami dan mentadabburi setiap ayat dan bacaan yang kita lantunkan dalam shalat dapat kita lakukan dengan membaca kitab-kitab tafsir dan syarah hadits yang diwariskan oleh para ulama. Pun hari ini kitab-kitab tafsir dan syarah hadits sudah banyak yang dialihbahasakan ke bahasa Indonesia.
Masalah ini kembali kepada kita. Kembali kepada kesungguhan dan keseriusan kita di dalam memperhatikan urusan yang paling besar dalam hidup kita. Wallahul Muwaffiq.

About Me

My Photo
newydsui
Adalah lembaga independent yang mengurusi masalah zakat, infaq dan shodaqoh dari para donatur yang ikhlas memberikan donasinya sebagai kontribusinya terhadap da'wah islamiyah diwilayah kota solo pada khususnya dan indonesia pada umumnya.
View my complete profile

Followers