Makna Memperpanjang Umur Menurut Pandangan Ulama Salaf

Posted by newydsui Tuesday, January 10, 2012 0 comments

Makna Memperpanjang Umur
Menurut Pandangan Ulama Salaf

By: Ryan Arief Rahman

Prolog

Jumlah umur yang dapat digunakan manusia guna memperoleh kebaikan tidak mencapai dua puluh tahun dari seluruh umurnya. Jika salah seorang berumur enam puluh tahun, maka sepertiga umur digunakan untuk tidur – dihitung delapan jam tidur perhari, maka ia tidur sepertiga dari harinya- dan lima belas tahun berlalu dalam masa kanak-kanak, yakni waktu sebelum dewasa (disaat belum terkena kewajiban), sehingga sisa umurnya berkisar dua puluh lima tahun, dua tahun digunakan untuk makan tiga kali dalam sehari, membuang hajat, serta perbuatan manusiawi lainnya - memakan waktu dua jam dalam sehari- maka tersisa umurnya sepertiga dari umur yang hanya dua puluh tiga tahun, yakni waktu yang seharusnya digunakan untuk menyibukkan diri meraih kebaikan sebanyak mungkin. Sepertiga umur tersebut terkadang tidak digunakan dengan baik hingga menyebabkan manusia merugi.

Data empiris tersebut di atas mengingatkan kita untuk berusaha mengamalkan amalan yang dapat memperpanjang usia kita. Dalam makalah ini -insya Allah- akan membahas pandangan para ulama perihal memperpanjang usia dengan amalan shalih.

Makna Memperpanjang Umur

Disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik a, Rasulullah n bersabda, “Barang siapa menyukai dirinya mendapat kelapangan rizki dan umur yang panjang, hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim.” (Imam Al Bukhari Dalam Pembahasan Adab Bab Man Basatha Lahu Firrizki Bi Shilaturrahmi : 10/429)
Para Ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan makna ‘memperpanjang’ yang disebutkan dalam hadits di atas, dan akan penulis ketengahkan pendapat ulama tersebut. penulis menukil pendapat Imam an Nawawi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan al Hafidz Ibnu Hajar. Adapun pendapat mereka sebagai berikut:

Imam Nawawi berkata, maksud al Atsaru yakni ajal, karena ajal ialah suatu hal yang mengiringi kehidupan. Sedangkan bastur rizki adalah melapangkan rizki dan memperbanyak, dan disebutkan maknanya yakni ‘keberkahan’. Adapun penundaan ajal menjadi sebuah pertanyaan yang banyak diperdebatkan, karena ajal dan rizki keduanya ketentuan Allah yang tidak bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana firman Allah l “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. al ‘araf: 34)

Para ulama menjelaskan hal penundaan ajal ini dengan penjelasan yang masuk akal, diantaranya; Pertama: penambah keberkahan dalam umurnya, pemberian taufiq Allah dalam ketaatan, menjadikan waktunya termanfaatkan dengan baik (tidak terbuang) dan berlalu dengan sia-sia. Kedua: penundaan ajal yang dinisbatkan kepada pengetahuan Malaikat dan apa yang tercatat dalam Lauhil Mahfudz bahwa umurnya sampai pada enam puluh tahun, kecuali jika ia menyambung tali silaturrahim akan bertambah baginya empat puluh tahun. Dan Allah mengetahui apa yang akan terjadi bagi seorang hamba, sebagaimana firmanNya, “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan disisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh).” (QS. ar Ra’du:39)

Ayat ini menjelaskan bahwa pengetahuan Allah atas apa yang Ia tentukan tidak mengalami perubahan. Dan menjelaskan hal yang terjadi pada makhlukNya seperti penambahan umur berdasarkan ketentuan Allah semata. Dan inilah maksud dari hadits yang kita bahas kali ini. Ketiga: kelestarian seolah-olah tidak mengalami kematian. Ini adalah pendapat al Qadhi dan pendapat ini lemah bahkan batil adanya. Wallahu ‘alam. (Shahih Muslim Bi Syarh An Nawawi Bab Silaturrahmi Wa Tahrimu Qati’atiha : 16/114)

Imam Ibnu Taimiyah berkata, adapun maksud firman Allah “Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz).Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.” (QS. Faathir:11) Sudah ada kejelasan di dalam ayat tersebut yang berarti tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya. Maksud pemanjangan dan pengurangan umur dalam hal ini mengandung dua makna, pertama; mengenai hal yang memperpanjang umur dan hal yang memperpendek umur , maka pengurangan umur, dimana umurnya pendek jika dibandingkan umur lainnya, seperti itu pula umur panjang melebihi umur lainnya. Kedua; terkadang makna berkurangnya umur yakni berkurangnya umur dari yang telah ditentukan, sebagaimana umur bertambah dari umur yang telah ditentukan pula. Di dalam Shahihain disebutkan, Nabi n bersabda, “Barang siapa yang menyukai dririnya mendapat kelapangan rizki dan umur yang panjang, hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim.” Sebagian orang berpendapat dalam hadits tersebut mengenai keberkahan dalam umur ialah beramal dalam waktu yang singkat, dan amalan tersebut secara rasio dapat dikerjakan oleh seorang yang berumur panjang. Karena rizki dan ajal telah ditentukan. Dan disebutkan mengenai keberkahan, yakni bertambahnya amal serta manfaat yang diperoleh. Inipun termasuk taqdir yang ditentukan dan mencakup segala hal.

Penjelasan jawaban yang benar dalam masalah ini: Sesungguhnya Allah menentukan ajal seorang hamba dalam lembaran catatan Malaikat, jika seorang hamba tersebut menyambung silaturrahim maka akan bertambah umur yang telah ditentukan itu, dan jika ia beramal dengan suatu amalan yang dapat mengurangi umurnya, maka akan berkurang pula umur yang telah ditentukan . Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat Imam at Turmudzi dan juga selain beliau , Nabi n bersabda, “ Ketika Adam meminta kepada Allah untuk menampakkan seorang nabi dari keturunannya, kemudian Allah tampakkan untuknya sosok laki-laki yang bercahaya, Adam berkata, “Ya Rabb, siapa ini ?” Allah menjawab, “dia anakmu Daud”. Adam berkata, “berapa umurnya?” Allah menjawab, “empat puluh tahun”. Adam berkata, “berapa umurku?” Allah menjawab, “seribu tahun”. Adam berkata, “aku berikan padanya enam puluh tahun dari umurku”. Kemudian dicatatlah ketentuan tersebut dan disaksikan para Malaikat. Ketika kematian akan menjemput Adam, iapun berkata, “aku masih punya umur enam puluh tahun”. Para malaikat berkata, “sisa umur itu engkau berikan kepada anakmu Daud”, kemudian Adam mengingkarinya sehingga Malaikat mengeluarkan catatan tersebut. Nabi n bersabda, “ Adam lupa, maka lupa pula anak keturunannya, dan Adam membangkang, maka membangkang pula anak keturunannya.” (al-Hakim:2/325)

Dan disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa disempurnakan umur Adam dan Daud sesuai umur keduanya. Awal Umur Daud yang ditentukan adalah empat puluh tahun, kemudian ditambah baginya enam puluh tahun.

Dan disebutkan dalam sebuah riwayat, Umar berdo’a “ Ya Allah, jika Engkau tentukan aku menjadi orang yang menderita, maka ubahlah dan tentukan aku menjadi orang yang bahagia, karena Engkau adalah Dzat yang dapat merubah dan menentukan.”

Allah swt adalah Dzat Yang Maha mengetahui sesuatu apa yang terjadi dan mengetahui sesuatu yang belum terjadi serta mengetahui pula akan kejadiannya. Dan Allah mengetahui apa yang ia tentukan dan sesuatu yang ia tambah bagi setiap hamba setelah ketentuan itu. Sedangkan Malaikat tidak mengetahui akan ketentuan Allah tersebut kecuali apa yang telah Allah sampaikan kepada mereka, dan Allah mengetahui sesuatu sebelum terjadi dan setelah terjadi.
Olah sebab itu Ulama berpendapat bahwa penghapusan dan penetapan hanya berada pada catatan Malaikat saja, sedangkan Ilmu Allah l tidak menyelisihi dan tidak nampak bagi Malaikat yang belum Allah sampaikan kepada mereka. Maka dalam Ilmu Allah sebenarnya tidak ada penghapusan dan penetapan terhadap jatah umur manusia.

Ibnu Taimiyah berkata dalam pembahasan lain, “Ada dua jenis ajal, yakni ajal yang mutlak dan hanya Allah yang tahu, dan ajal yang terikat. Pembagian inilah yang menjelaskan makna sabda Nabi n ,’Barang siapa menyukai dirinya mendapat kelapangan rizki dan umur yang panjang, hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim.’ Allah memerintahkan Malaikat untuk menulis ajal seorang hamba dengan berfirman, ’Jika seorang hamba menjalin hubungan silaturrahim maka tambahlah umurnya’. Sedangkan Malaikat sama sekali tidak tahu pertambahannya dan apa saja yang akan terjadi pada seorang hamba, semuanya ada pada pengetahuan Allah saja. Jika ketetapan Allah tersebut memang berlaku baginya, maka tidak dapat diakhirkan dan dipercepat.

Ibnu Hajar berkata, Ibnu Attin mengutarakan secara dhahir makna hadits tersebut bertentangan dengan firman Allah “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (QS.al ‘Araf: 7/34)
Adapun jawaban untuk mengkomparasikan antara hadits dan ayat tersebut ditinjau dari dua segi berikut ini;

Pertama: penambahan umur ini sebagai arti dari keberkahan umur yang digunakannya dalam ketaatan, dan perpanjangan waktu hidupnya dikerjakan demi mendapat manfaat di negri akhirat, dan memelihara waktunya dari perbuatan yang sia-sia. Sebagai contoh hal ini telah disebutkan Nabi, beliau memberitakan bahwa umur umatnya jika dibandingkan dengan umur umat-umat sebelumnya sangatlah pendek, sehingga Allah memberikan keutamaan malam Lailatul Qadar, juga keutamaan pada silaturrahim sebagai jalan mendapatkan taufiq untuk berbuat ta’at dan terpelihara dari kemaksiatan. Dan termasuk dari taufiq yang Allah berikan adalah ilmu yang bermanfaat bagi orang sepeninggalnya, shadaqah jariyah dan anak keturunan yang shalih.

Kedua: penambahan umur secara hakiki. Sedangkan makna yang terkandung pada ayat bahwa ajal tidak dapat diundur dan dimajukan, dinisbatkan pada pengetahuan Allah l. Allah menentukan umur seseorang menjadi seratus tahun contohnya jika ia menjalin silaturrahim, dan menentukan enam puluh tahun jika memutusnya. Dan Allah Maha Mengetahui apakah seseorang menyambung silaturrahim atau memutusnya. Maka pengetahuan Allah tentang umur seseorang tidak dapat dimajukan dan diakhirkan meskipun hanya sedetik. Sedangkan pengetahuan umur yang diketahui Malaikat bisa bertambah dan berkurang. Hal ini dikuatkan dengan firman Allah l “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan disisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh). QS. ar Ra’du:13/39)

Maka penghapusan dan penetapan hanya terjadi pada pengetahuan Malaikat, sedangkan pengetahuan Allah l tidak ada penghapusan sedikitpun. Hal ini disebut dengan ketentuan Allah yang diputuskan ( Qadha Mubram ) sedangkan pengetahuan Malaikat disebut dengan ketentuan yang bersifat sementara (Qadha Mu’allaq).

Qadha Mubram lebih tepat digunakan untuk menjelaskan hadits panjang umur tersebut, karena umur mengiringi keadaan suatu hal, jika diakhirkan maka mengandung hal yang baik. At-Thayyibi berkata, “Lebih tepat untuk memaknai maksud hadits tersebut adalah Qadha mubram”.

Diantara ulama yang menjelaskan pembahasan ini adalah Syaikh Nashiruddin Al-bany dan Syaikh Muhammad al-Utsaimin, berikut nukilan penjelasannya;

Al ‘Allamah Nashiruddin Albani dalam menjelaskan hadits Nabi n “Barang siapa menyukai dirinya mendapat kelapangan rizki dan umur yang panjang, hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim.” beliau berkata, “maksud hadits tersebut berdasarkan dzahirnya Allah menentukan dalam kebijaksanaanNya bahwa dengan menjalin silaturrahim menjadi sebab syar’i yang dapat memperpanjang umur, begitupun akhlak yang baik seperti akhlak kepada tetangga yang banyak disebutkan dalam hadits shahih, dan hal ini tidak bertentangan dengan ketentuan bahwa ajal ialah suatu hal yang telah ditentukan Allah, karena ketentuan ajal ditinjau dari segi penutup kehidupan baik bahagia atau binasa. Kedua keadaan tersebut telah ditentukan bagi setiap manusia, dan ketentuan Allah pula kebahagiaan dan kebinasaan itu tergantung dari jalan yang ia tempuh, sebagaimana sabda Nabi n, “Beramallah kalian, karena sesuatu mudah sesuai dengan ketentuanNya, jika seseorang ditentukan menjadi orang yang bahagia, maka ia akan dimudahkan untuk berbuat amalan yang dilakukan orang yang bahagia, dan siapa yang tercatat menjadi orang yang binasa, maka ia akan dimudahkan untuk mengerjakan perbuatan orang yang binasa.” Kemudian Nabi membaca firman Allah, “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (jannah), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. (QS. 92:5-10)

Hal ini sebagaimana iman yang bartambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan perbuatan maksiat, perubahan tersebut tidak menyelisihi apa yang telah tercatat dalam Lauh Mahfudz. Begitu pula dengan umur bisa bertambah dan berkurang tergantung sebab yang melatar belakanginya, dan hal ini tidak bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam Lauh mahfudz. Maka perhatikanlah masalah ini, karena hal ini penting menyelesaikan permasalahan yang beragam. Oleh sebab itu disebutkan dalam banyak hadits shahih dan atsar mauquf menjelaskan do’a agar dipanjangkan umur.

Sedangkan Syaikh Muhammad al Utsaimin berkata, “Hadits tersebut tidak menjelaskan bahwa manusia mempunyai dua umur; umur jika menyambung silaturrahim dan umur jika memutus silaturrahim. Akan tetapi umur manusia hanya satu, yakni umur yang telah ditentukan Allah. Manusia yang telah Allah tentukan dapat menjalin silaturrahim niscaya manusia itu akan menjalin silaturrahim, sedangkan orang yang telah Allah tentukan memutus tali silaturrahim niscaya ia akan memutus tali silaturrahim. Rasulullah n ingin menganjurkan umatnya mengerjakan amalan baik, sebagaimana anda mengatakan kepada orang yang ingin mempunyai anak untuk segera menikah, dan pernikahan telah ditentukan, begitu pula anak. Jika Allah menghendaki anda mempunyai anak, maka Allah menghendaki anda menikah, meskipun sebenarnya pernikahan dan anak dua hal yang telah ditentukan Allah. Begitu pula dengan urusan rizki dan menjalin tali silaturrahim dua hal yang telah ditentukan, namun anda tidak mengetahui hal ini. Maka dari sinilah Nabi n menganjurkan dan menjelaskan jika anda menjalin silaturrahim niscaya Allah melapangkan rizki dan memanjangkan umur anda, meskipun kedua hal tersebut Allah tentukan untuk anda. Ketika menjalin silaturrahim menjadi amalan yang harus dilaksanakan manusia, maka Nabi n menganjurkan hal tersebut dengan menjelaskan jika manusia ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menjalin silaturrahim, meskipun sebenarnya menjalin silaturrahim perbuatan yang telah ditentukan Allah l. Kemudian yang harus diketahui pula bahwa perpanjangan umur dan pelapangan rizki suatu hal yang nisbi ( yang relatif berdasar kehendak Allah ). Dan kita pun menemukan sebagian orang yang menjalin silaturrahim mendapatkan kelapangan rizki akan tetapi umurnya tetap saja pendek, maka kita katakan jika orang yang menjalin silaturrahim saja umurnya masih pendek terlebih orang yang tidak menjalin silaturrahim umurnya akan semakin pendek. Hanya Allah yang metentukan seseorang akan menjalin silaturrahim dan umurnya akan berakhir dalam batas ketentuannya.

Dari penjelasan Ulama di atas, maka kita dapatkan makna perpanjangan umur dalam hadits tersebut berkisar antara tiga makna berikut:

Pertama: keberkahan pada umur,
Kedua: perpanjangan umur secara hakiki,
Ketiga: reputasi baik yang dikenang setelah kematiannya.

Penulis tidak menemukan seorang ulama pun yang menerangkan makna perpanjangan tersebut dengan makna yang ketiga di atas, jarang sekali ulama yang mengulasnya. Imam an Nawawi menukil makna tersebut dari al Qadhi al Iyadh namun beliau melemahkannya. Imam Ibnu Hajar menukilnya dari Ibnu Attin, kemudian at Thayyibi membenarkannya. Namun tak ada salahnya jika makna tersebut dijadikan salah satu makna dari perpanjangan umur yang dimaksud dalam hadits. Dan keutamaan Allah hanya didapatkan oleh orang-orang yang dikehendaki Allah, dan Ia adalah Dzat Yang Maha memiliki keutamaan yang agung. Sedangkan makna pertama dan kedua benar sesuai dengan maksud hadits. Karena hadits-hadits perihal berlipatnya pahala amal termaktub dalam hadist.

Kesimpulan yang harus kita ambil dari perbedaan makna memperpanjang umur dalam hadits tersebut baik secara hakiki atau kiasan, hendaknya tujuan memperpanjang umur demi menginvestasikan waktu agar dapat meraih kebaikan sebanyak mungkin. Sedangkan siapa saja yang umurnya panjang namun amalnya jelek adalah sejelek-jeleknya manusia.

Doktor Yusuf al Qardhawi mengatakan sebenarnya umur manusia yang hakiki bukanlah jumlah tahun yang ia lalui dari hari kelahiran hingga wafatnya, akan tetapi umur yang sebenarnya ialah apa yang tercatat dalam timbangan amal di sisi Allah dari amal shalih yang dilakukannya yang penuh dengan kebaikan. Dan tidak mengherankan jika kita dapati manusia berumur lebih dari seratus akan tetapi tidak diimbangi dengan ketaqwaan kepada Allah dan memberi manfaat kepada sesama, maka (umur yang ia lalui) tidak bernilai sama sekali bahkan berakibat lebih buruk dari lagi, Namun ada sebagian orang meninggal di waktu sangat muda tapi timbangan amalnya penuh dengan kebaikan.

Seorang ulama berkata, “Berapa banyak umur yang panjang masanya namun sedikit muatan amalnya, dan berapa banyak umur yang pendek masanya namun banyak muatan amalnya. Barang siapa yang diberikan keberkahan umur, ia akan mendapatkan karunia Allah dalam waktu yang relatif singkat”.

Referensi
Kaifa Tuthilu Umruka Al Intaji, Dr. Muhamad Bin Ibrahim An –Nu’aim
Al Majmu’ Al Utsaimin Min Fatawa Fadilatus Syaikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin
Shahih Al Adab Al Mufrad Lil Imam Bukhari, Karangan Nashiruddin Albany
Fathul Bary Kitab Al Adab Bab Man Basatha Lahu Fir Rizqi Bi Silaturrahmi

PERSIAPKAN BEKAL UNTUK KEHIDUPAN AKHIRAT!
Tafsir QS. Al-Hasyr: 18
Oleh: Tengku Azhar, Lc.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُون

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Tafsir Ayat

Al-Mufassir Imam Ibnu Katsir –rahimahullah- ketika menafsirkan ayat ini berkata: “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan lihatlah amal shalih apa yang telah kalian tabung untuk diri kalian sebagai bekal di hari kebangkitan dan hari diperhadapkannya kalian kepada Rabb kalian.”

Jangan sampai kalian menyesal, ketika kematian menjemput kalian sama sekali tidak memiliki bekal, dan kemudian kalian meminta penangguhan kepada Allah. Padahal itu mustahil akan terjadi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ . وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ . وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: ‘Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun: 9-11)

Imam Syihabuddin Mahmud bin Abdullah Al-Husaini Al-Alusi dalam Kitab Tafsirnya ‘Ruhul Ma’ani’ berkata, “Setiap perbuatan manusia yang telah dilakukan pada masa lalu, mencerminkan perbuatan dia untuk persiapan di akhirat kelak. Karena hidup di dunia bagaikan satu hari dan keesokan harinya merupakan hari akhirat, merugilah manusia yang tidak mengetahui tujuan utamanya.”

Hidup di dunia kita mesti memiliki bekal sekalipun jumlahnya sedikit. Terlebih lagi kelak di akhirat. Kehidupan akhirat tidaklah sama dengan dunia. Di dunia kita masih bisa mendapatkan pertolongan dan bantuan dari orang lain jika kita kekurangan bekal dan penghidupan. Namun kelak di akhirat tidak akan ada orang yang bisa menolong kita sedikitpun, sekalipun itu orang terdekat kita.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ . يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ . وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ . وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ . لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيه
“Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua). Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya. Dari ibu dan bapaknya. Dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. Abasa: 33-37)

Pada ayat di atas (QS. Al-Hasyr ayat 18), Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan kaum mukminin agar tidak nekat mati. Karena kematian bukanlah akhir dari segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Mati adalah pindah dari kehidupan duniawi menuju kehidupan ukhrawi.

Kematian merupakan kelanjutan kehidupan dunia ini. Di akhirat, manusia kelak akan menerima dan mendapatkan ganjaran yang sesuai dan setimpal atas apa yang telah mereka perbuat di dunia ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Az-Zilzalah: 7-8)
Dan firman Allah:

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

“Dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Aduhai celaka kami, Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak Menganiaya seorang juapun.” (QS. Al-Kahfi: 49)

Si Cerdas Yang Berbekal

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

“Orang yang cerdas adalah mereka yang mampu menahan hawa nafsunya dan beramal (berbekal) untuk kehidupan setelah mati. Orang yang bodoh adalah mereka yang mengumbar hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah (diampuni dosa-dosanya).” (HR. At-Tirmidzi)
Inilah orang yang cerdas. Orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya dan kemudian beramal untuk bekal di kehipan akhirat kelak. Adapun si Bodoh, mereka yang memperturutkan hawa nafsu mereka, dan kemudian mereka berangan-angan pasti akan di ampuni oleh Allah dan pasti masuk jannah. Tepatnya orang-orang bodoh akan berangan-angan: Kecil di manja, Muda kaya raya, Tua poya-poya, dan Mati masuk surga.

Untuk itu pulalah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang kita dari meremehkan kebaikan sekecil apapun ia. Karena kebaikan sekecil apapun kelak akan dibalas oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Syaikh Khalid Abu Shalih dalam bukunya Az-Zair Al-Akhir, telah menghimpunkan untuk kita beberapa amalan yang terbaik untuk kita jadikan sebagai bekal kelak di akhirat.
Beliau –hafizhahullah- berkata:

Saudaraku, berikut ini merupakan bekal bagi kita untuk menuju alam akhirat. Dengan bekal ini diharapkan perjalanan panjang yang akan kita lalui menjadi mudah. Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan kita semua dalam melewati alam barzakh, makhsyar, hisab, mizan, dan sirath. Bekal-bekal tersebut di antaranya adalah:

1. Keimanan kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para Rasul-Nya dan hari Akhir serta Qadar baik dan buruk.
2. Menjaga shalat fardhu lima waktu di masjid dengan mengerjakannya secara berjama’ah pada waktunya, dengan penuh kekhusyu’an dan memahami makna-maknanya. Sedangkan bagi wanita, shalat di rumah adalah lebih utama.
3. Mengeluarkan zakat wajib pada waktunya sesuai dengan ukuran dan sifat-sifatnya yang telah disyari’atkan.
4. Puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
5. Haji yang mabrur, sebab tiada balasan baginya kecuali surga dan berumrah di bulan Ramadhan yang pahalanya setara haji bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
6. Mengerjakan hal-hal yang sunnah, yaitu yang di luar shalat lima waktu, zakat, puasa dan haji. Dalam hadits Qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya, “Dan senantiasalah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan hal-hal yang sunnah hingga Aku mencintainya.” (HR. Al-Bukhari dan Ahmad)
7. Segera bertaubat yang sebenarnya dari semua perbuatan maksiat dan munkar serta bertekad untuk memanfaatkan waktu-waktu yang tersedia dengan memperbanyak istighfar, dzikir, dan beragam jenis keta’atan.
8. Berbuat ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meninggalkan riya’ dalam segala urusan. (Baca: QS. Al-Bayyinah: 5)
9. Mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya yang hanya bisa terealisir dengan mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. (Baca: QS. Ali ‘Imran: 31)
10. Mencinta karena Allah, membenci karena Allah, loyal karena Allah dan memusuhi karena Allah. Dan konsekuensi dari hal ini adalah mencintai kaum mukminin sekali pun mereka jauh, dan membenci orang-orang kafir sekali pun mereka dekat.
11. Takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Yang Maha Agung, mengamalkan wahyu-Nya, rela hidup berkekurangan serta bersiap diri menyambut hari kepergian (saat kematian). Inilah hakikat takwa.
12. Bersabar atas bencana yang menimpa, bersyukur di saat mendapatkan kesenangan, merasa selalu dalam pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam setiap kondisi serta berharap mendapatkan karunia dan pemberian-Nya.
13. Bertawakkal dengan baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Baca: QS. Al-Ma’idah: 23)
14. Menuntut ilmu yang bermanfa’at dan berusaha untuk menyebarkan dan mengajarkannya. (Baca: QS. Al-Mujadilah: 11; Ali 'Imran: 187)
15. Mengagungkan Al-Qur`an dengan mempelajari dan mengajarkannya, menjaga batasan-batasan dan hukum-hukumnya, mengetahui halal dan haramnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari)
16. Berjihad di jalan Allah, murabathah di jalan-Nya, tegar menghadapi musuh dan tidak lari dari medan peperangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Janganlah kamu mengangankan bertemu musuh, mintalah keselamatan kepada Allah; jika kamu bertemu mereka, maka bersabarlah dan ketahuilah bahwa surga berada di bawah kilatan pedang.” (Muttafaqun ‘alaih)
17. Menjaga lisan dari hal-hal yang diharamkan seperti berdusta, ghibah (menggunjing), namimah (mengadu-domba), mencaci, melaknat, berkata kotor dan musik. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (Muttafaqun ‘alaih)
18. Menepati janji, menunaikan amanah, tidak berkhianat dan licik. (Baca: QS. Al-Ma'idah: 1; QS. Al-Baqarah: 283)
19. Tidak melakukan zina, minum khamr, membunuh jiwa yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali dengan haq, berbuat zhalim, memakan harta orang lain secara batil, memakan riba dan memakan sesuatu yang secara syari'at bukan miliknya. (Baca: QS. Al-A'raf: 33)
20. Wara’ (menjaga kesucian diri) dalam hal makanan dan minuman serta menghindari sesuatu yang tidak halal darinya. (Baca: QS. Al-Maidah: 3)
21. Berbakti kepada kedua orangtua, menyambung tali rahim, mengunjungi teman-teman, bersabar atas tingkah polah mereka, mengupayakan berbuat baik, terhadap orang dekat atau pun jauh. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang memenuhi hajat saudaranya, niscaya Allah akan memenuhi hajatnya dan barangsiapa yang menghilangkan satu dari kesulitan-kesulitan di dunia yang dihadapi seorang mukmin, niscaya Allah akan menghilangkan satu dari kesulitan-kesulitan di hari Kiamat yang dihadapinya." (Muttafaqun ‘alaih)
22. Menjenguk orang sakit, berziarah kubur, mengiringi jenazah, sebab hal itu dapat mengingatkan akhirat dan membuat zuhud dalam kehidupan di dunia.
23. Tidak memakai pakaian yang diharamkan seperti sutera, emas, tidak berpakaian melebihi mata kaki bagi laki-laki (Isbal) dan menggunakan bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak untuk makan dan minum.
24. Berhemat dalam nafkah, menjaga nikmat dan tidak berbuat mubazir. (Baca: QS. Al-Isra': 26)
25. Tidak dengki, iri, memusuhi, saling membenci dan menjatuhkan kehormatan kaum Muslimin dan Muslimah dengan tanpa haq.
26. Beramar ma’ruf nahi munkar, berdakwah mengajak orang kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara hikmah dan Mau’izhah Hasanah.
27. Berlaku adil terhadap manusia, tolong-menolong dalam berbuat kebajikan dan takwa. (Baca: QS. Al-An’am: 152)
28. Berakhlak mulia seperti Tawadhu’ (rendah hati), kasih sayang, lemah lembut, malu, halus hati, menahan emosi, dermawan, tidak sombong, angkuh, dan sebagainya.
29. Menjalankan hak-hak anak-anak dan isteri secara penuh dan mengajarkan mereka masalah-masalah agama yang diperlukan.(Baca: QS. At-Tahrim: 06)
30. Memberi salam dan membalasnya, mendoakan orang yang bersin, memuliakan tamu dan tetangga, menutupi aib pelaku maksiat semampunya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang menutupi (aib) saudaranya sesama muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari Kiamat.” (Muttafaqun ‘alaih)
31. Zuhud di dunia, pendek angan-angan sebelum ajal menjemput.
32. Cemburu (sensitif) terhadap kehormatan, memicingkan mata dari hal-hal yang diharamkan.
33. Menghindari hal yang sia-sia dan bermain-main serta melakukan perkara-perkara positif.
34. Mencintai shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan keluarga beliau (pen), berlepas diri dari orang-orang yang membenci atau mencela mereka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang mencela para shahabatku, maka atasnya laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia.” (HR. Ath-Thabarani, dinilai Hasan oleh Syaikh Al-Albani)
35. Mendamaikan sesama manusia, menengahi beda pendapat di antara dua orang yang berselisih pendapat sehingga jurang perselisihan dan perpecahan tidak meluas.
36. Tidak mendatangi dukun, ahli nujum, para tukang sihir, para peramal dan sebagainya.
37. Wanita hendaknya patuh terhadap suaminya, menjaganya dalam harta, anak dan ranjangnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Bila seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan mena’ati suaminya, maka akan dikatakan kepadanya, “Masuklah ke surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki.!” (HR. Ibnu Hibban, dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani)
38. Tidak berbuat bid’ah (mengada-ada) di dalam agama atau menyeru kepada kebatilan dan kesesatan.
39. Kaum wanita hendaknya tidak menyambung rambutnya dengan rambut lain (menyanggul atau rambut Wig), tidak mentato, mencukur alis, meratakan gigi dengan tujuan hanya untuk mempercantik diri.
40. Tidak mematai-matai kaum Muslimin dan mengungkap aurat serta menyakiti mereka.
Wallahu A’lamu bish Shawab

GENERASI AKHIRAT

Posted by newydsui 0 comments

GENERASI AKHIRAT
Oleh: Tengku Azhar, Lc.

Muqadimah

Shahabat Ali bin Abi Thalib –radhiyallahu ‘anhu- pernah memberikan wasiat,

وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا ، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ

“Masing-masing dari keduanya memiliki generasi (penggemar), maka jadilah generasi akhirat, dan janganlah menjadi generasi dunia, karena sesungguhnya hari ini (di dunia) adalah tempat berjuang (beramal) belum ada perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan, tidak ada lagi amal.” (HR. Al-Bukhari)
Generasi akhirat mungkin jarang diperbincangkan, apalagi didambakan banyak orang. Karena memang sebagian orang masih ragu dengan alam akhirat, apakah nyata ataukah sekedar dongeng (mitos) belaka. Memang negeri akhirat adalah ghaib (abstrak), belum terjadi, tetapi pasti terjadi. Dan generasinya pun juga pasti ada.

Semua manusia bergerak dan berusaha demi kenikmatan yang menjadi tujuan. Garis besarnya ada dua titik akhir yang diharapkan. Ada yang menginginkan dunia sebagai terminal akhir perjalanan, ada pula yang menatap lebih jauh ke depan, mereka jadikan akhirat sebagai akhir perjalanan yang didambakan. Masing-masing titik tujuan, ada penggemarnya. Ada yang banting tulang demi nikmat dunia yang didamba, ada yang bekerja keras demi kejayaan hidup setelah dunia menjadi sirna.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ اْلأَخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَالَهُ فِي اْلأَخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ

“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS. Asy-Syura: 20)

Sebagai mukmin sejati, akhirat adalah terminal dan tujuan terakhir kita. Apapun yang kita perbuat di dunia ini adalah wasilah (jembatan) untuk kehidupan akhirat yang kekal dan abadi.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada Abdullah bin Umar –radhiyallahu ‘anhu- :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما - قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - بِمَنْكِبِى فَقَالَ « كُنْ فِى الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ ، أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ » . وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

Dari Abdullah bin Umar –radhiyallahu ‘anhu- ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memegang pundakku seraya bersabda, ‘Jadilah kamu di dunia seperti orang asing, atau orang yang sedang dalam perjalanan (untuk mampir sementara)’. Dan Ibnu Umar berkata, ‘Apabila telah datang waktu soremu, maka jangan menunggu-nunggu datangnya waktu pagi. Jika telah datang waktu soremu, maka jangan menunggu-nunggu datangnya waktu sore. Gunakanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Bukhari)

Karakter Generasi Akhirat

Setiap generasi memiliki karakter. Generasi akhirat memiliki karakter sebagaimana generasi dunia juga memiliki karakter.
Dunia diibaratkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lebih hina dari bangkai cempe (anak kambing). Perumpamaan yang sangat pantas juga bagi para pemuja dan pemburunya. Wal’iayadzubillah.
Para ulama juga telah memberikan perumpamaan tentang dunia dengan perumpamaan yang cukup rendah dan hina.

Perumpamaan pertama datang dari Bisyr bin Al-Harits Al-Hafi –rahimahullah-. Beliau berkata, “Dunia itu laksana biji-bijian yang dikumpulkan semut di musim panas sebagai simpanan menghadapi musim dingin. Tanpa sadar, tatkala semut sedang asyik membawa sebutir biji di mulutnya, datanglah seekor burung yang mematuk sang semut beserta sebutir biji yang sedang dibawanya. Maka semut itu tak sempat menikmati makanan yang dikumpulkannya, tidak pula mendapatkan apa yang diharapkannya.” Terapkanlah permisalan tersebut, di mana biji-bijian itu adalah kenikmatan dunia, semut itu adalah manusia, sedangkan burung tersebut ibarat malakul maut. Betapa banyak manusia sibuk mengumpulkan harta, hingga kematian tiba-tiba menyergapnya di saat dia masih mengumpulkan dunianya, dan dia belum sempat mengenyam semua hasil jerih payahnya.
Perumpamaan kedua datang dari seorang ulama yang sangat faqih di Abad 6 H, Ibnu Al-Jauzi –rahimahullah-. Beliau mengumpamakan dunia laksana perangkap yang ditebar di dalamnya biji-bijian. Sedangkan manusia ibarat seekor burung yang menyukai biji-bijian. Burung-burung itu hanya asyik menikmati bijian-bijian itu, tanpa menaruh waspada terhadap perangkap yang akan menjeratnya sekejap mata. Cukup jelas, pemburu dunia terperangkap kenikmatan yang menipu, akhirnya mendekam dalam kesengsaraan tanpa batasan waktu.
Perumpamaan yang lebih menohok dibuat oleh senior tabi’in, Imam penduduk Bashrah, Imam Hasan Al-Bashri –rahimahullah-. Beliau berkata, “Wahai anak Adam, pisau telah diasah, dapur api telah dinyalakan, sedangkan domba masih sibuk menikmati makanan.”
Berbeda dengan generasi akhirat, dunia bukanlah tujuan tetapi ladang dan jembatan menuju negeri akhirat yang kekal.

Berikut beberapa karakter generasi akhirat, semoga kita bisa meneladaninya.
1. Peribadatan Secara Mutlak Hanya Untuk Allah.
Generasi akhirat adalah generasi yang mampu menundukkan dirinya kepada Allah Ta’ala, dengan penuh ketundukan dan kepasrahan.
Sifat mereka tersebut Allah jelaskan dalam banyak ayat Al-Qur’an. Di antaranya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan hamba-hamba Rabb yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka. Dan orang-orang yang berkata: “Ya Rabb kami, jauhkan adzab Jahannam dari kami, sesungguhnya adzabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.” Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya). (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal shalih, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. an orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat- ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta. Dan orang orang yang berkata: “Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam jannah) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya. Jannah itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS. Al-Furqan: 63-76)

2. Bersifat jujur
Sifat ini merupakan karakter para generasi akhirat. Mereka berlaku jujur kepada Allah, Rasul-Nya dan kepada dirinya sendiri.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya).” (QS. Al-Ahzaab: 23)
Maka kejujuran merupakan syiar bagi mereka, dan menepati janji sebagai selimut bagi mereka. Oleh karena itu, Allah Ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar senantiasa bersama dengan golongan orang-orang yang jujur. Allah Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119)
Dan Allah Ta’ala juga telah memuji mereka dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzaab: 35)

3. Berani Dalam Membela Kebenaran
Inilah sifat diantara akhirat, dan termasuk sifat seorang mukmin pemberani, berani dalam membela kebenaran serta berqudwah (mengambil suritauladan) kepada orang terdahulu dari para Nabi dan Rasul.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 21)
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui.”
Dan tentunya, masih banyak sifat dan karakter generasi akhirat lainnya. Yang pasti akhirat akan datang dan dunia akan berlalu. Jadilah kita generasi pemburu akhirat bukan pemburu dunia. Wallahu A’lamu bish Shawab.

Kaum Liberal Ingin Mengkristenkan Islam

Peneliti INSISTS Nirwan Syafrin mengatakan tidak semua yang dibawa oleh kaum liberal adalah sesuatu yang rasional. “Kalau menurut saya isu pluralisme agama sangat sulit diterima semua akal sehat. Sekarang buat apa orang Kristen dan orang Islam capek-capek berdakwah jika semua agama itu sama. Buat apa pula Rasulullah mati-matian berdakwah jika semua agama sama,” katanya kepada Eramuslim.com, Rabu (14/12/2011).

Maka Nirwan mengatakan julukan yang pas disematkan kepada kelompok liberal adalah kelompok yang menghina akal sendiri. “Makanya saya bilang mereka sedang menghina akal sendiri. Termasuk ketika mereka mengatakan akal tidak bisa menerima kebenaran. Padahal di satu sisi mereka suka sekali menyanjung-nyanjung akal. Dalam Islam, ada yang bisa diterima akal ada yang tidak,” kata menantu Ketua MUI, KH. Kholil Ridwan ini.

Klaim kaum liberal sebagai kelompok pembaharu pun masih bisa diperdebatkan. Karena apa yang mereka bawa tidak lebih dari pengulangan sejarah Kristen di Barat. Mereka ingin mentransformasikan pengalaman Kristen di Barat untuk diterapkan dalam dunia Islam. “Mereka ingin mengkristenkan Islam. Jadi seakan Islam itu agama tanpa syaraiat, mereka kan anti sekali terhadap syariat. Dan itu terjadi di Kristen hingga Kristen banyak terpecah dalam aliran-aliran,” tukasnya.

Karenanya, Nirwan bersyukur bahwa tradisi keilmuan Islam di masyarakat masih berjalan, meski hal itu harus lebih ditingkatkan. “Maka itu saya fikir kenapa mereka tidak berhasil, karena Islam memiliki tradisi ilmu yang kuat. Termasuk kajian-kajian di majelis ta’lim yang terus ada di masyarakat. Menurut saya kita harus kembali ke tradisi ilmu, dan upaya ini harus terus berjalan,” jelasnya panjang lebar. (roy/eramuslim)

Al Shabaab Pancung Tiga Orang Mata-mata

Masyarakat di wilayah Jubba Afgadud, Somalia Selatan mengatakan, mereka menemukan tiga jenazah orang yang dipancung oleh milisi Al Shabaab, pada Ahad kemarin. Sebelumnya diberitakan, kelompok pejuang Al Shabaab memenggal tiga orang di desa Afgadud yang menjadi salah satu benteng Al Shabaab. Ketiga orang itu dituduh sebagai mata-mata untuk Pemerintah Federal Transisi Somalia (TFG) dan Angkatan Pertahanan Kenya (KFD) di wilayah perang Al Shabaab.

Penduduk setempat seperti dilansir media Shabelle.net mengatakan, tiga orang yang dipenggal kepalanya adalah anak-anak muda, sedangkan satu lagi seorang pria tua. Mereka dipancung kemudian mayat mereka diletakkan di desa Afgadud untuk memperingatkan penduduk setempat agar tidak menjadi mata-mata pemerintah maupun tentara Kenya.
Sejak beberapa pekan terakhir, Al Shabaab dilaporkan melakukan serangkaian operasi penangkapan terhadap orang-orang yang dicurigai menjadi mata-mata atau berhubungan dengan tentara pemerintah maupun tentara Kenya yang kini mulai menyerang benteng-benteng Al Shabaab. [roy/muslimdaily.net]

Al-Shabaab Somalia Mulai Gunakan Twitter untuk Menjangkau Dunia

Kelompok pejuang Al-Shabaab Somalia telah membuka akun Twitter, menyusul adanya invasi dari militer negara Afrika Kenya. Al-Shabaab telah mentweet tentang serangan mereka terhadap militer Kenya selama dua minggu terakhir. Dengan lebih dari 5.000 followers, Al-Shabaab mentweets dalam bahasa Inggris, bukan bahasa Somalia, dan jelas hal ini dimaksudkan untuk audiens yang berada di luar negeri.

Situs jejaring sosial Twitter, yang berbasis di San Francisco, memiliki sekitar 100 juta pengguna. Seorang juru bicara perusahaan, Matt Graves, menolak untuk mengomentari kasus Al-Shabaab yang telah memanfaatkan situs mereka.
Pada bulan Oktober lalu, Kenya mengirim tentara ke perbatasan ke Somalia untuk mengejar pejuang Al-Shabaab, yang dituduh berada di balik penculikan beberapa orang asing di wilayahnya. Namun Al-Shabaab telah membantah keterlibatan mereka dalam hal tersebut.(roy/fq/prtv)

Buldozer Israel hancurkan ruko milik penduduk Palestina

Buldozer zionis Israel menghancurkan ruko industri milik warga Palestina di Silwan, dari selatan Masjid Al Aqsa, di Yerusalem timur yang dijajah, sebagai bagian dari penghancuran yang sedang zionis Israel lakukan di taman milik Universitas Ibrahimi, beberapa meter dari tembok Yerusalem.

Israel berusaha untuk meratakan infrastruktur Palestina dari area tersebut untuk membangun Universitas Kemanan Nasional (milik Yahudi), sebuah proyek yang berusaha di bangun di tanah milik rakyat Palestina, termasuk Universitas Ibrahimi.

Saksi mata mengatakan bahwa puluhan tentara zionis Israel, dan sejumlah buldozer milik mereka, mengepung lingkungan sekitar Universitas Ibrahimi, khususnya ruko industri milik penduduk setempat, Montaser Sarhan. Sebelumnya baru-baru ini, pejabat zionis Israel di Yerusalem menyatakan niatnya untuk mengambil alih tanah Palestina untuk membangun sebuah “gedung parkir”.
Zionis Israel akhir-akhir ini membuat kekacauan di Yerusalem, termasuk perusakan rumah-rumah rakyat Palestina, merebut tanah mereka, menangkap dan melakukan pelecehan terhadap rakyat Palestina di daerah tersebut. (roy/arrahmah.com)


Barat Kecam Pembangunan Pemukiman Yahudi

Empat negara Eropa yang menjadi anggota Dewan Keamanan PBB, yakni Prancis, Inggris, Jerman dan Portugal, mengecam keras keputusan Zionis Israel yang mengusulkan pembangunan permukiman Zionis baru di komplek-kompleks permukiman di Tepi Barat dan al Quds.

Usai pertemua Dewan Keamanan PBB yang membahas seputar kondisi di Timur Tengah, keempat negara tersebut mengeluarkan pernyataan bersama yang mengungkapkan "kekagetan" mereka terhadap perkembangan yang disebutnya "negatif total".
Keempat negara itu meminta pemerintah Zionis Israel menghentikan serangan yang dilakukan para pemukim pendatang Yahudi terhadap penduduk Palestina. "Kami mengecam eskalasi kekerasan yang dilakukan para pemukim Yahudi, termasuk pembakarang masjid Ukasha di al Quds barat dan masjid Barqa di Tepi Barat. Jelas bahwa serangan provokatif terhadap tempat-tempat ibadah ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ketegangan," demikian pernyataan keempat negara tersebut dikutip Pusat Informasi Palestina.

Israel akan membangunan 348 unit permukiman di kompleks permukiman Zionis Bitar Eliat di barat kota Bethlehem di Tepi Barat dan 500 unit permukiman di kompleks permukiman Harhoma (Jabal Abu Ganim) di timur al Quds dan 180 unit permukiman di kompleks permukiman Givat Ze'iv di utara al Quds.

Keempat negara dalam pernyataannya menegaskan bahwa keputusan entitas Zionis Israel dan perpecepatan pembangunan permukiman "menimbulkan pesan yang mencemaskan", terutama tentang niat Israel yang sesugguhnya. Keempat negara Eropa tersebut menyerukan pemerintah Zionis Israel agar meninjau kembali keputusannya.

Disebutkan bahwa pemerintah penjajah Zionis Israel Ahad lalu memutuskan untuk membangun 1000 unit permukiman di kompleks-kompleks permukiman Zionis yang berdiri di Tepi Barat dan al Quds. Langkah ini sebagai bagian dan percepatan aktivitas pembangunan permukiman Yahudi setelah Palestina mendapatkan keanggotaan penuh di Organisasi PBB untuk Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan (UNESCO).( rou/Hidayatullah.com)

Drone Israel selalu mengelilingi RSI Indonesia di Gaza

Walau gempuran yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap wilayah Jalur Gaza sampai dengan detik ini masih berlangsung, proses pembangunan rumah sakit Indonesia (RSI) terus berlangsung. Bahkan dapat dipastikan, setiap menit korban berjatuhan mulai patah tulang, luka parah hingga hilangnya nyawa akibat pelepasan rudal dan bom oleh tentara Zionis-Israel lewat drone (pesawat tanpa awak) yang keseharian selalu sibuk berkeliling di atas langit Jalur Gaza.
Drone meningintai setiap gerakan. Dan setiap yang sesuatu yang dicurgai oleh drone tersebut tanpa memadang sasarannya baik pria maupun wanita bahkan anak yang tak berdosapun kena imbas dari drone atau pesawat tanpa awak tersebut.

Tak hanya warga Gaza yang diintai, bahkan proses pembangunan rumah sakit Indonesia yang saat ini masih berlangsung pembangunannya ikut kena imbas intaian drone. Bahkan hampir setiap hari kurang dari 4 unit drone sibuk berputar mengeliling persis di atas aktifitas lokasi pembanguan rumah sakit Indonesia. Meski demikian, kondisi demikian beruntunglah aktifitas pembangunan masih tetap berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan, dari segi material seperti semen, besi, paku dan kebutuhan lainnya sampai saat ini masih terpenuhi untuk kelancaran pembangunan RSI ini.

Rumah sakit Indonesia ini nantinya akan menjadi rumah sakit utama khususnya di Jalur Gaza, selain rumah sakit As-Syifa yang berada di Gaza City. RSI ini juga akan menjadi rumah sakit terindah dan rumah sakit terkuat di seluruh wilayah Palestina dikarenakan desain konstruksinya gabungan dari konstruksi tahan gempa dengan konstruksi tahan terhadap getaran dari bom dan rudal. Seperti diketahui, dari segi finansial, dana pembangunnya masih kurang yaitu masih sekitar 13 M. Proses pembangunan RSI ini sudah kami lakukan semenjak 6 bulan yang lalu tepanya bulan Maret 2011.

Pembangunan RSI ini sendiri terdiri dari 3 tahap. Pertama adalah pembangunan struktur atau kerangka bangunannya saja. Kedua, mecanical electrik (pemasangan saluran dan aliran listrik), Ketiga, adalah finishing dan perlengkapan furniture RSI itu sendiri. Hal ini dilakukan mengingat dana yang terkumpul belum seluruhnya.( disadur dari arrahmah.com )

Ormas Aceh Tolak Komunitas Punk

Puluhan organisasi masyarakat di Aceh menolak keberadaan anak punk dan mendesak pemerintah daerah melahirkan "qanun" (perda) berisi larangan bagi komunitas itu. "Jangan ada tempat bagi berkembangnya komunitas punk dan kami mendesak pemerintah segera membuat qanun tentang larangan komunitas ini di Aceh," kata Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Ali di Banda Aceh, Selasa (20/12/2011). Hal itu disampaikannya dalam pertemuan pimpinan ormas dengan Kapolda Aceh Irjen (Pol) Iskandar Hasan.
Ormas yang hadir dalam dialog sekaligus memberikan dukungan kepada aparat kepolisian antara lain Front Pembela Islam (FPI) Aceh, Himpunan Imam Masjid, Dewan Dakwah Aceh, Pelajar Islam Indonesia, KAMMI Aceh, dan HMI. Selanjutnya Rabithah Thaliban Aceh (RTA/organisasi santri), organisasi penguatan akidah Islam, Komunitas Barisan Muda Siswa Aceh, dan Kobar GB.

Ketua Himpunan Imam Masjid Aceh Tarmizi Rasyid mengharapkan pembinaan terhadap 65 orang anak punk di SPN Seulawah itu ditambah dari semula 10 hari menjadi tiga bulan. "Tentunya untuk membiayai pembinaan itu harus diupayakan penambahan pendanaan dan hal tersebut diharapkan partisipasi aktif pemerintah. Kalau tidak, mereka dikhawatirkan akan kembali hidup di jalanan," kata dia.

Namun demikian, ujarnya menambahkan, bagi anak-anak yang terlanjur terperosok ke dalam komunitas punk sebaiknya dititipkan di pondok pesantren khusus bagi mereka yang muslim. Keberadaan komunitas anak punk, menurut dia, justru telah melanggar HAM warga Aceh yang memiliki nilai-nilai hidup Islami. [roy/muslimdaily.net]

Imam Abu Hanifah

Posted by newydsui Thursday, January 5, 2012 0 comments

Imam Abu Hanifah
Oleh : Amar Syarifuddin,Lc

Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit al-Kufiy merupakan orang yang faqih di negeri Irak, salah satu imam dari kaum muslimin, pemimpin orang-orang alim, salah seorang yang mulia dari kalangan ulama dan salah satu imam dari empat imam yang memiliki madzhab.

Perkembangannya

Ismail bin Hamad bin Abu Hanifah cucunya menuturkan bahwa dahulu Tsabit ayah Abu Hanifah pergi mengunjungi Ali Bin Abi Thalib, lantas Ali mendoakan keberkahan kepadanya pada dirinya dan keluarganya, sedangkan dia pada waktu itu masih kecil, dan kami berharap Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa Ali tersebut untuk kami. Dan Abu Hanifah At-Taimi biasa ikut rombongan pedagang minyak dan kain sutera, bahkan dia punya toko untuk berdagang kain yang berada di rumah Amr bin Harits.

Perawakannya.

Abu Hanifah itu tinggi badannya sedang, memiliki postur tubuh yang bagus, jelas dalam berbicara, suaranya bagus dan enak didengar, bagus wajahnya, bagus pakaiannya dan selalu memakai minyak wangi, bagus dalam bermajelis, sangat kasih sayang, bagus dalam pergaulan bersama rekan-rekannya, disegani dan tidak membicarakan hal-hal yang tidak berguna.
Beliau disibukkan dengan mencari atsar/hadits dan juga melakukan rihlah untuk mencari hal itu. Dan beliau ahli dalam bidang fiqih, mempunyai kecermatan dalam berpendapat, dan dalam permasalahan-permasalahan yang samar/sulit maka kepada beliau akhir penyelesaiannya.

Beliau sempat bertemu dengan Anas bin Malik tatkala datang ke Kufah dan belajar kepadanya, beliau juga belajar dan meriwayatkan hadits dari ulama lain seperti Atha’ bin Abi Rabbah yang merupakan syaikh besarnya, Asy-Sya’bi, Adi bin Tsabit, Abdurrahman bin Hurmuj al-A’raj, Amru bin Dinar, Thalhah bin Nafi’, Nafi’ Maula Ibnu Umar, Qotadah bin Di’amah, Qois bin Muslim, Abdullah bin Dinar, Hamad bin Abi Sulaiman guru fiqihnya, Abu Ja’far Al-Baqir, Ibnu Syihab Az-Zuhri, Muhammad bin Munkandar, dan masih banyak lagi. Dan ada yang meriwayatkan bahwa beliau sempat bertemu dengan 7 sahabat.

Kezuhudannya.

Pada masa pemerintahan Marwan salah seorang raja dari Bani Umayyah di Kufah, beliau didatangi Hubairoh salah satu anak buah raja Marwan meminta Abu Hanifah agar menjadi Qodhi (hakim) di Kufah akan tetapi beliau menolak permintaan tersebut, maka beliau dihukum cambuk sebanyak 110 kali (setiap harinya dicambuk 10 kali), tatkala dia mengetahui keteguhan Abu Hanifah maka dia melepaskannya.

Penilaian para ulama terhadap Abu Hanifah. Berikut ini beberapa penilaian para ulama tentang Abu Hanifah, diantaranya:
Yahya bin Ma’in berkata, “Abu Hanifah adalah orang yang tsiqoh, dia tidak membicarakan hadits kecuali yang dia hafal dan tidak membicarakan apa-apa yang tidak hafal”. Dan dalam waktu yang lain beliau berkata, “Abu Hanifah adalah orang yang tsiqoh di dalam hadits”. Dan dia juga berkata, “Abu hanifah laa ba’sa bih, dia tidak berdusta, orang yang jujur, tidak tertuduh dengan berdusta, …”.
Abdullah ibnul Mubarok berkata, “Kalaulah Allah subhanahu wa ta’ala tidak menolong saya melalui Abu Hanifah dan Sufyan Ats-Tsauri maka saya hanya akan seperti orang biasa”. Dan beliau juga berkata, “Abu Hanifah adalah orang yang paling faqih”. Dan beliau juga pernah berkata, “Aku berkata kepada Sufyan Ats-Tsauri, ‘Wahai Abu Abdillah, orang yang paling jauh dari perbuatan ghibah adalah Abu Hanifah, saya tidak pernah mendengar beliau berbuat ghibah meskipun kepada musuhnya’ kemudian beliau menimpali ‘Demi Allah, dia adalah orang yang paling berakal, dia tidak menghilangkan kebaikannya dengan perbuatan ghibah’.” Beliau juga berkata, “Aku datang ke kota Kufah, aku bertanya siapakah orang yang paling wara’ di kota Kufah? Maka mereka penduduk Kufah menjawab Abu Hanifah”. Beliau juga berkata, “Apabila atsar telah diketahui, dan masih membutuhkan pendapat, kemudian imam Malik berpendapat, Sufyan berpendapat dan Abu Hanifah berpendapat maka yang paling bagus pendapatnya adalah Abu Hanifah … dan dia orang yang paling faqih dari ketiganya”.

Al-Qodhi Abu Yusuf berkata, “Abu Hanifah berkata, tidak selayaknya bagi seseorang berbicara tentang hadits kecuali apa-apa yang dia hafal sebagaimana dia mendengarnya”. Beliau juga berkata, “Saya tidak melihat seseorang yang lebih tahu tentang tafsir hadits dan tempat-tempat pengambilan fiqih hadits dari Abu Hanifah”.

Imam Syafii berkata, “Barangsiapa ingin mutabahir (memiliki ilmu seluas lautan) dalam masalah fiqih hendaklah dia belajar kepada Abu Hanifah”
Fudhail bin Iyadh berkata, “Abu Hanifah adalah seorang yang faqih, terkenal dengan wara’-nya, termasuk salah seorang hartawan, sabar dalam belajar dan mengajarkan ilmu, sedikit bicara, menunjukkan kebenaran dengan cara yang baik, menghindari dari harta penguasa”. Qois bin Rabi’ juga mengatakan hal serupa dengan perkataan Fudhail bin Iyadh.
Yahya bin Sa’id al-Qothan berkata, “Kami tidak mendustakan Allah, tidaklah kami mendengar pendapat yang lebih baik dari pendapat Abu Hanifah, dan sungguh banyak mengambil pendapatnya”.
Hafsh bin Ghiyats berkata, “Pendapat Abu Hanifah di dalam masalah fiqih lebih mendalam dari pada syair, dan tidaklah mencelanya melainkan dia itu orang yang jahil tentangnya”.
Al-Khuroibi berkata, “Tidaklah orang itu mencela Abu Hanifah melainkan dia itu orang yang pendengki atau orang yang jahil”.
Sufyan bin Uyainah berkata, “Semoga Allah merahmati Abu Hanifah karena dia adalah termasuk orang yang menjaga shalatnya (banyak melakukan shalat)”.

Beberapa nasehat Imam Abu Hanifah

Beliau adalah termasuk imam yang pertama-tama berpendapat wajibnya mengikuti Sunnah dan meninggalkan pendapat-pendapatnya yang menyelisihi sunnah. Dan sungguh telah diriwayatkan dari Abu Hanifah oleh para sahabatnya pendapat-pendapat yang jitu dan dengan ibarat yang berbeda-beda, yang semuanya itu menunjukkan pada sesuatu yang satu, yaitu wajibnya mengambil hadits dan meninggalkan taqlid terhadap pendapat para imam yang menyelisihi hadits. Diantara nasehat beliau adalah:
a. Apabila telah shahih sebuah hadits maka hadits tersebut menjadi madzhabku
Berkata Syaikh Nashirudin Al-Albani, “Ini merupakan kesempurnaan ilmu dan ketaqwaan para imam. Dan para imam telah memberi isyarat bahwa mereka tidak mampu untuk menguasai, meliput sunnah/hadits secara keseluruhan”. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh imam Syafii, “Maka terkadang diantara para imam ada yang menyelisihi sunnah yang belum atau tidak sampai kepada mereka, maka mereka memerintahkan kepada kita untuk berpegang teguh dengan sunnah dan menjadikan sunah tersebut termasuk madzhab mereka semuanya”.
b. Tidak halal bagi seseorang untuk mengambil/memakai pendapat kami selama dia tidak mengetahui dari dalil mana kami mengambil pendapat tersebut. Dalam riwayat lain, haram bagi orang yang tidak mengetahui dalilku, dia berfatwa dengan pendapatku. Dan dalam riawyat lain, sesungguhnya kami adalah manusia biasa, kami berpendapat pada hari ini, dan kami ruju’ (membatalkan) pendapat tersebut pada pagi harinya. Dan dalam riwayat lain, Celaka engkau wahai Ya’qub (Abu Yusuf), janganlah engakau catat semua apa-apa yang kamu dengar dariku, maka sesungguhnya aku berpendapat pada hari ini denga suatu pendapat dan aku tinggalkan pendapat itu besok, besok aku berpendapat dengan suatu pendapat dan aku tinggalkan pendapat tersebut hari berikutnya.
c. Apabila saya mengatakan sebuah pendapat yang menyelisihi kitab Allah dan hadits Rasulullah yang shahih, maka tinggalkan perkataanku.

Wafatnya

Pada zaman kerajaan Bani Abbasiyah tepatnya pada masa pemerintahan Abu Ja’far Al-Manshur yaitu raja yang ke-2, Abu Hanifah dipanggil kehadapannya untuk diminta menjadi qodhi (hakim), akan tetapi beliau menolak permintaan raja tersebut – karena Abu Hanifah hendak menjahui harta dan kedudukan dari sulthan (raja) – maka dia ditangkap dan dijebloskan kedalam penjara dan wafat dalam penjara.
Dan beliau wafat pada bulan Rajab pada tahun 150 H dengan usia 70 tahun, dan dia dishalatkan banyak orang bahkan ada yang meriwayatkan dishalatkan sampai 6 kloter.

Daftar Pustaka:
1. Tarikhul Baghdad karya Abu Bakar Ahmad Al-Khatib Al-Baghdadi cetakan Dar al-Kutub Ilmiyah Beirut
2. Siyarul A’lamin Nubala’ karya Al-Imam Syamsudin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi cetakan ke - 7 terbitan Dar ar-Risalah Beirut
3. Tadzkiratul Hufazh karya Al-Imam Syamsudin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi terbitan Dar al-Kutub Ilmiyah Beirut
4. Al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibnu Katsir cetakan Maktabah Darul Baz Beirut
5. Kitabul Jarhi wat Ta’dil karya Abu Mumahhan Abdurrahman bin Abi Hatim bin Muhammad Ar-Razi terbitan Dar al-Kutub Ilmiyah Beirut
6. Shifatu Shalatin Nabi karya Syaikh Nashirudin Al-Albani cetakan Maktabah Al-Ma’arif Riyadh\
Sumber http://muslim.or.id

PERAYAAN HARI ULANG TAHUN

Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya serta mereka yang mengikuti jejak langkahnya. Amma ba’d.

Pertanyaan.

Saya telah mengkaji makalah yang diterbitkan oleh koran Al-Madinah yang terbit pada hari Senin, tanggal 28/12/1410 H. Isinya menyebutkan bahwa saudara Jamal Muhammad Al-Qadhi, pernah menyaksikan program Abna’ Al-Islam yang disiarkan oleh televisi Saudi yang menayangkan acara yang mencakup perayaan hari kelahiran. Saudara Jamal menanyakan, apakah perayaan hari kelahiran dibolehkan Islam? dst.

Jawaban.
Tidak diragukan lagi bahwa Allah telah mensyari’atkan dua hari raya bagi kaum muslimin, yang pada kedua hari tersebut mereka berkumpul untuk berdzikir dan shalat, Yaitu hari raya ledul Fitri dan ledul Adha sebagai pengganti hari raya-hari raya jahiliyah. Di samping itu Allah pun mensyari’atkan hari raya-hari raya lainnya yang mengandung berbagai dzikir dan ibadah, seperti hari Jum’at, hari Arafah dan hari-hari tasyriq. Namun Allah tidak mensyari’atkan perayaan hari kelahiran, tidak untuk kelahiran Nabi dan tidak pula untuk yang lainnya. Bahkan dalil-dalil syar’i dari Al-Kitab dan As-Sunnah menunjukkan bahwa perayaan-perayaan hari kelahiran merupakan bid’ah dalam agama dan termasuk tasyabbuh (menyerupai) musuh-musuh Allah dari kalangan Yahudi, Nashrani dan lainnya. Maka yang wajib atas para pemeluk Islam untuk meninggalkannya, mewaspadainya, mengingkarinya terhadap yang melakukannya dan tidak menyebarkan atau menyiarkan apa-apa yang dapat mendorong pelaksanaannya atau mengesankan pembolehannya baik di radio, media cetak maupun televisi, berdasarkan sabda Nabi Saw dalam sebuah hadits shahih, “Barangsiapa membuat sesuatu yang baru dalam urusan kami (dalam Islam) yang tidak terdapat (tuntunan) padanya, maka ia tertolak.” [Muttafaq ‘Alaih: Al-Bukhari dalam Ash-Shulh (2697). Muslim dalam Al-Aqdhiyah (1718)]

Dan sabda beliau, “Barangsiapa yang melakukan suatu amal yang tidak kami perintahkan maka ia tertolak.” [Al-Bukhari menganggapnya mu’allaq dalam Al-Buyu’ dan Al-I’tisham. Imam Muslim menyambungnya dalam Al-Aqdhiyah (18-1718).] Dikeluarkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya dan dianggap mu’allaq oleh Al-Bukhari namun ia menguatkannya.
Kemudian disebutkan dalam Shahih Muslim dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa dalam salah satu khutbah Jum’at beliau mengatakan, “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seburuk-buruk perkara adalah hal-hal baru yang diada-adakan dan setiap hal baru adalah sesat.” [ HR. Muslim dalam Al-Jumu’ah (867).]
Dan masih banyak lagi hadits-hadits lainnya yang semakna. Disebutkan pula dalam Musnad Ahmad dengan isnad jayyid dari Ibnu Umar , bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, berarti ia dari golongan mereka.”[ HR. Abu Dawud (4031), Ahmad (5093, 5094, 5634).]

Dalam Ash-Shahihain disebutkan, dari Abu Sa’id Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, “Kalian pasti akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, bahkan, seandainya mereka masuk ke dalam sarang biawak pun kalian mengikuti mereka.” Kami bertanya, “Ya Rasulullah, itu kaum Yahudi dan Nashrani?” Beliau berkata, “Siapa lagi.” [HR. AI-Bukhari dalam Al-I’tisham bil Kitab was Sunnah (7320). Muslim dalam Al-Ilm (2669).]
Masih banyak lagi hadits-hadits lainnya yang semakna dengan ini, semuanya menunjukkan kewajiban untuk waspada agar tidak menyerupai musuh-musuh Allah dalam perayaan-perayaan mereka dan lainnya. Makhluk paling mulia dan paling utama, Nabi kita Muhammad, tidak pernah merayakan hari kelahirannya semasa hidupnya, tidak pula para sahabat beliau pun, dan tidak juga para tabi’in yang mengikuti jejak langkah mereka dengan kebaikan pada tiga generasi pertama yang diutamakan. Seandainya perayaan hari kelahiran Nabi, atau lainnya, merupakan perbuatan baik, tentulah para sahabat dan tabi’in sudah lebih dulu melaksanakannya daripada kita, dan sudah barang tentu Nabi Saw mengajarkan kepada umatnya dan menganjurkan mereka merayakannya atau beliau sendiri melaksanakannya. Namun ternyata tidak demikian, maka kita pun tahu, bahwa perayaan hari kelahiran termasuk bid’ah, termasuk hal baru yang diada-adakan dalam agama yang harus ditinggalkan dan diwaspadai, sebagai pelaksanaan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebagian ahli ilmu menyebutkan, bahwa yang pertama kali mengadakan perayaan hari kelahiran ini adalah golongan Syi’ah Fathimiyah pada abad keempat, kemudian diikuti oleh sebagian orang yang berafiliasi kepada As-Sunnah karena tidak tahu dan karena meniru mereka, atau meniru kaum Yahudi dan Nashrani, kemudian bid’ah ini menyebar ke masyarakat lainnya. Seharusnya para ulama kaum muslimin menjelaskan hukum Allah dalam bid’ah-bid’ah ini, mengingkarinya dan memperingatkan bahayanya, karena keberadaannya melahirkan kerusakan besar, tersebarnya bid’ah-bid’ah dan tertutupnya sunnah-sunnah. Di samping itu, terkandung tasyabbuh (penyerupaan) dengan musuh-musuh Allah dari golongan Yahudi, Nashrani dan golongan-golongan kafir lainnya yang terbiasa menyelenggarakan perayaan-perayaan semacam itu. Para ahli dahulu dan kini telah menulis dan menjelaskan hukum Allah mengenai bid’ah-bid’ah ini. Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan dan menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan.

Pada kesempatan yang singkat ini, kami bermaksud mengingatkan kepada para pembaca tentang bid’ah ini agar mereka benar-benar mengetahui. Dan mengenai masalah ini telah diterbitkan tulisan yang panjang dan diedarkan melalui media cetak-media cetak lokal dan lainnya. Tidak diragukan lagi, bahwa wajib atas para pejabat pemerintahan kita dan kementrian penerangan secara khusus serta para penguasa di negara-negara Islam, untuk mencegah penyebaran bid’ah-bid’ah ini dan propagandanya atau penyebaran sesuatu yang mengesankan pembolehannya. Semua ini sebagai pelaksanaan perintah loyal terhadap Allah dan para hambaNya, dan sebagai pelaksanaan perintah yang diwajibkan Allah, yaitu mengingkari kemungkaran serta turut dalam memperbaiki kondisi kaum muslimin dan membersihkannya dari hal-hal yang menyelisihi syari’at yang suci. Hanya Allah lah tempat meminta dengan nama-namaNya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang luhur, semoga Allah memperbaiki kondisi kaum muslimin dan menunjuki mereka agar berpegang teguh dengan KitabNya dan Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta waspada dari segala sesuatu yang menyelisihi keduanya. Dan semoga Allah memperbaiki para pemimpin mereka dan menunjuki mereka agar menerapkan syari’at Allah pada hamba hambaNya serta memerangi segala sesuatu yang menyelisihinya. Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas hal itu.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Dari Fatwa-Fatwa Terkini, Jilid 2, hal. 415 - 419

TETANUS

Posted by newydsui 0 comments

TETANUS
oleh : dr. Mety

Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang hidup anaerob , berbentuk spora selama di luar tubuh manusia , tersebar luas di tanah dan mengeluarkan toksin bila dalam kondisi baik . Toksin ini dapat menghancurkan sel darah merah , merusak leukosit dan merupakan toksin yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot.

Penyakit tetanus biasanya timbul di daerah yang mudah terkontaminasi dengan tanah dan kebersihan serta perawatan luka yang buruk . Biasanya penyakit ini terjadi setelah luka tusuk yang dalam , misalnya luka yang disebabkan oleh tertusuk paku , pecahan kaca, kaleng atau luka tembak , karena luka tersebut menimbulkan keadaan anaerob yang ideal . Selain itu luka laserasi yang kotor , luka bakar dan patah tulang terbuka juga akan mengakibatkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan kuman Clostridium tetani ini . Walaupun demikian luka-luka ringan seperti luka gores , lesi pada mata , telinga , tonsil dan traktus digestivus serta gigitan serangga dapat pula merupakan pintu masuknya kuman penyebab tetanus ini .
Penyakit tetanus ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher . Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan timbulnya gejala ;

 Kesukaran membuka mulut karena spasme otot-otot mastikatoris
 Kuduk kaku karena ketegangan otot-otot erector trunki
 Ketegangan otot dinding perut
 Kejang tonik terutama bila dirangsang karena adanya toksin yang terdapat di kornu anterior
 Alis tertarik ke atas , sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah , bibir tertekan kuat pada gigi .
 Kesukaran menelan , gelisah , mudah terangsang , nyeri kepala , nyeri anggota badan sering merupakan gejala dini
 Spasme yang khas , yaitu badan kaku dengan opistotonus , ekstremitas inferior dalam keadaan ekstensi , lengan kaku dan tangan mengepal kuat . Anak tetap sadar . Spasme mula-mula intermitten diselingi periode relaksasi . Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai rasa nyeri . Kadang-kadang terjadi perdarahan intramuscular karena kontraksi yang kuat .
 Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernafasan dan laring . Retensi urin dapat terjadi karena spasme otot uretral . Fraktura kolumna vertebralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat .
 Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir .
 Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan cairan otak

Beberapa komplikasi dari penyakit tetanus ini antara lain ;
 Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur di dalam rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi pneumonia aspirasi
 Asfiksia
 Atelektasis
 Fraktura kompressi
Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit tetanus ini dilaporkan masih tinggi yaitu sekitar 62% di Amerika serikat . Sedang untuk Indonesia sendiri di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM Jakarta didapatkan angka 80% untuk tetanus neonatorum dan 30% untuk tetanus anak . Hal ini dipengaruhi beberapa factor dan penyakit ini akan semakin memburuk pada usia yang sangat muda (neonatus) dan usia lanjut , bila disertai frekuensi kejang yang tinggi , kenaikan suhu tubuh yang tinggi , pengobatan yang terlambat , jarak antara trismus dan kejang yang sangat pendek , dan adanya komplikasi terutama spasme otot pernafasan dan obstruksi saluran pernafasan .
Untuk mencegah terjadinya kasus tetanus ini , dilakukan hal-hal sebagai berikut ;
• Mencegah terjadinya luka
• Perawatan luka yang adekuat
• Pemberian serum anti tetanus (ATS) dalam beberapa jam setelah luka yaitu untuk memberikan kekebalan pasif sehingga dapat dicegah terjadinya tetanus atau masa inkubasi diperpanjang , atau bila terjadi tetanus gejalanya ringan .
• Pemberian antibiotic setelah mendapatkan luka berat
• Imunisasi aktif

Jalan Selamat di Tengah Perpecahan Umat
Imtihan asy-Syafi’i

Mukadimah

Rasulullah saw mengabarkan kepada kita banyak hal yang terjadi di masa lampau dan yang belum terjadi pada masa beliau. Sebagai orang yang telah berikrar untuk hanya beribadah kepada Allah dan mengikuti cara beliau dalam beribadah itu, seyogianya kita percaya kepada semua yang beliau kabarkan tentu saja, jika kabar itu sampai kepada kita lewat jalur (baca: sanad) yang dapat dipertanggungjawabkan. Shahih. Di antara yang beliau kabarkan itu adalah fenomena perpecahan umat Islam.

Ini bukan berarti kita diperintahkan untuk berpecah-belah. Kita tetap diperintahkan untuk bersatu dan berpegang teguh pada tali Allah.
“Berpegang teguhlah kalian semua pada tali Allah dan janganlah berpecah-belah.” (Ali ‘Imran: 103)

Hadits Iftiraq

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kaum Bani Israil telah terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya (terancam) masuk neraka, kecuali satu golongan.” Lalu sahabat bertanya, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Nabi SAW menjawab, “(Golongan itu adalah orang-orang yang berpegangan pada) yang aku dan para sahabatku berpegang-teguh padanya.” (Sunan al-Tirmidzi, 2565)

Proses iftiraq atau perpecahan umat itu tergambar dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Hudaifah bin Yaman RA. Beliau bertutur, “Orang-orang biasa bertanya kepada Rasulullah saw tentang kebaikan. Namun, aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir akan menimpaku. Kutanyakan, ‘Wahai Rasulullah saw, kami dahulu berada dalam jahiliyyah dan keburukan, kemudian Allah swt datangkan kebaikan ini (Islam), lalu apakah setelah kebaikan ini ada keburukan?’ Beliau menjawab, ‘Ya.’ Kutanyakan, ‘Apakah setelah keburukan tesebut ada kebaikan lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ya, dan di masa itu ada kabut.’ Kutanyakan, ‘Apakah kabutnya?’ Beliau menjawab, ‘Kaum yang memberi petunjuk dengan selain petunjukku, kamu mengenali mereka dan mengingkarinya.’ Kutanyakan, ‘Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?’ Beliau menjawab, ‘Ya, para penyeru ke pintu-pintu neraka jahanam, siapa yang memenuhi seruan mereka maka mereka akan melemparkannya ke dalamnya.’ Kutanyakan, ‘Gambarkanlah (tentang mereka) kepada kami wahai Rasulullah.’ Beliau berkata, ‘Mereka adalah dari kalangan bangsa kita, berbicara dengan bahasa kita.’ Kutanyakan, ‘Lantas, apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku mendapati masa itu?’ Beliau menjawab, ‘Berpegang teguhlah terhadap jamaah kaum muslimin dan imam mereka.’ Kutanyakan, ‘Bagaimana jika mereka tidak lagi memiliki jamaah dan imam?’ Beliau menjawab, ‘Jauhilah kelompok-kelompok (yang menyeru kepada kesesatan) tersebut seluruhnya, sekalipun kamu harus menggigit akar pohon hingga kematian menjumpaimu sedangkan kamu dalam kondisi seperti itu!’ (HR. Bukhori)

Faktor Iftiraq

Di antara faktor perpecahan umat yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Memahami al-Qur`an dan as-Sunnah tidak dengan cara yang dipesankan oleh Nabi saw. Al-Qur`an dan as-Sunnah adalah sumber hukum Islam yang telah pernah dipahami dan dipraktikkan oleh generasi terdahulu. Terbukti mereka meraih kejayaan dan kesuksesan hidup. Maka, memahami keduanya dengan cara mereka memberikan jaminan kesuksesan dan terhindar dari kesesatan. Rasulullah saw telah bersabda, “Barangsiapa menafsirkan al-Qur`an semaunya sendiri, hendaklah bersiap-siap mendapatkan tempat duduk dari api neraka.”
b. Meninggalkan sunnah/Islam sedikit demi sedikit. Terutama jika mereka yang meninggalkannya tidak merasa bersalah. Orang yang tidak merasa bersalah tidak akan menerima perbaikan yang diberikan oleh orang lain. Orang yang mengingatkan, karena tidak ditanggapi dengan baik, biasanya akan bersikap tidak baik pula. Dari sini, bermulalah perpecahan.
c. Mengejawantahkan kewajiban al-wala` wal bara` dengan tidak benar. Mestinya al-wala` wal-bara` diterapkan dengan landasan yang benar: kebenaran, bukan kelompok, suku, atau institusi tertentu.

Jalan Selamat

Setelah mengetahui faktor penyebabnya, kita pun dapat mengusahakan jalan selamat—dengan karunia Allah tentunya. Jalan selamat itu adalah:
a. Bermanhaj Salaf. Menjalani hidup dengan bermanhaj salaf berarti menempuh jalan aman. Jalan menuju ridha Allah dan surga. Allah berfirman,
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya.” (At-Taubah: 100)
b. Memahami dan mengejawantahkan Islam secara syumul (menyeluruh). Sejak dahulu setiap hamba diperintahkan oleh Allah untuk menerima ajaran Nabi mereka secara utuh. Tentang Bani Israil yang mengimani sebagian dan menerima sebagian, Allah berfirman,
“Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian di antara kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat.” (Al-Baqarah: 85)
c. Memahami dan menyikapi ikhtilaf dan iftiraq dengan benar. Seorang muslim mestinya bertoleransi pada perkara ikhtilaf-ijtihadi dan tidak bertoleransi dalam hal iftiraq-muttafaq ‘alaih. Namun yang banyak terjadi adalah sebaliknya.
Semoga kita diselamatkan oleh Allah di zaman perpecahan ini. Wallahu al-Muwaffiq

RADIO DAKWAH SYARI'AH

Browser tidak support

DONATUR YDSUI

DONATUR YDSUI
Donatur Ags - Sept 2011

DOWNLOAD DMagz

DOWNLOAD DMagz
Edisi 10 Th XI Oktober 2011

About Me

My Photo
newydsui
Adalah lembaga independent yang mengurusi masalah zakat, infaq dan shodaqoh dari para donatur yang ikhlas memberikan donasinya sebagai kontribusinya terhadap da'wah islamiyah diwilayah kota solo pada khususnya dan indonesia pada umumnya.
View my complete profile

Followers