MARI MENGENAL LOGO SEGITIGA

Posted by newydsui Thursday, December 3, 2009 0 comments

MARI MENGENAL LOGO SEGITIGA


Botol air mineral bekas kadang masih kita gunakan lagi untuk menyimpan air minum , tanpa memperhatikan tanda atau logo yang biasanya tertera di bagian bawah botol. Tanda atau logo yang berbentuk segitiga. Di dalam segitiga tersebut terdapat angka serta nama jenis plastik di bawah segitiga. Masyarakat sering menyalahartikan angka yang tertera sebagai penunjuk kualitas plastik. Padahal, logo segitiga itu bukan menunjukkan derajat kualitas, tetapi penanda plastik yang bisa didaur ulang, golongannya, serta ketepatan penggunaannya.
Uraian berikut menjelaskan tentang berbagai logo yang tertera pada botol.

Tanda 1
Logo daur ulang ini di tengahnya tertera angka 1 dan tulisan PETE atau PET (polyethylene terephthalate) dibawahnya. Biasa dipakai untuk botol plastik berwarna jernih seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya.

Botol jenis ini direkomendasikan hanya sekali pakai. Bila digunakan untuk menyimpan air hangat, apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker).

Tanda 2
Logo daur ulang dengan angka 2 di tengahnya dan tulisan HDPE (high density polyethylene) di bawah simbol segitiga. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air minum, kemasan yoghurt, dan lain-lain.

HDPE memiliki sifat bahan lebih kuat, keras, buram, dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman digunakan karena punya kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan atau minuman yang dikemasnya.

Sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian karena pelepasan senyawa antimonitrioksida terus meningkat seiring berjalannya waktu.

Tanda 3
Logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya dan tulisan PVC di bawahnya. PVC berarti polyvinyl chloride, yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol.

Reaksi antara PVC dengan makanan berpotensi membahayakan organ ginjal dan hati. Karena itu, cari alternatif pembungkus makanan lain (bukan bertanda 3 dan PVC) seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya).

Tanda 4
Logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE. LDPE (low density polyethylene), yaitu plastik tipe cokelat (termoplastik/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol lembek.

Sifat mekanis jenis plastik LDPE: kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak, pada suhu di bawah 60 derajat Celsius sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, kurang baik bagi gas yang lain seperti oksigen.

Plastik ini dapat didaur ulang, memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan.

Tanda 5
Logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya serta tulisan PP. Karakteristik: botol transparan yang tidak jernih atau berawan. PP (polipropilen) lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap rendah, ketahanan baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi, dan cukup mengilap.

Jenis ini adalah bahan plastik terbaik, terutama untuk tempat makanan dan minuman, termasuk botol minum bayi. Carilah kemasan dengan kode angka 5.

Tanda 6
Logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS (polystyrene). PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan atau stirofom, tempat minum sekali pakai, dan lain-lain. Polystyrene merupakan polimer aromatik, dapat mengeluarkan bahan stirena ke dalam makanan. Stirena juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan, dan bahan konstruksi gedung.

Bahan ini harus dihindari karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu kerja hormon estrogen pada wanita, menghambat pertumbuhan dan sistem saraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang.

Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, dapat dikenali juga dengan cara dibakar. Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.

Tanda 7
Logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER. Untuk jenis plastik 7 Other ini ada 4 jenis, yaitu: SAN (styrene acrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene styrene), PC (polycarbonate), dan Nilon. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat elektronik, dan plastik kemasan.

SAN dan ABS memiliki resistensi tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. SAN biasanya terdapat pada mangkuk mikser, pembungkus termos, alat makan, dan sikat gigi, sedangkan ABS digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa.

Setelah kita mengetahui arti berbagai logo plastic tersebut,tentunya harus lebih hati-hati dan bijak menggunakan plastik, khususnyakode 3, 6, dan 7 (PC), yang seluruhnya memiliki bahaya secara kimiawi. Usahakan untuk menggunakannya sekali.

Plastik dengan kode 2, 4, 5, dan 7 (SAN atau ABS) aman untuk digunakan. Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik daiam industri makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Contohnya, kita sering membeli gorengan di pinggir jalan, yang dalam keadaan panas lalu dimasukkan ke kantong kresek hitam. Zat pewarna hitam ini kalau terkena panas bisa terurai, terdegradasi menjadi bentuk zat-zat radikal beracun yang berbahaya bagi kesehatan, terutama memicu terjadinya sel kanker. Karena itu, mulai sekarang hindari membungkus makanan dengan tas kresek, terutama makanan yang masih panas.

Terakhir, pastikan untuk selalu menggunakan wadah atau kemasan yang berkualitas baik dengan cara selektif dalam memilihnya. (dari berbagai sumber)

Iyas bin Mu'awiyah Al-Muzanni
Hakim yang cerdas dan jenius pada masanya
Oleh: Abu Hayyan


Nama beliau ialah Iyas bin Mu'awiyah bin Qurrah Al-Muzanni, lahir pada tahun 46 H di daerah Yamamah Najed. Kemudian beliau berpindah ke Basrah beserta seluruh keluarganya. Di sanalah beliau tumbuh berkembang dan belajar. Beliau sering mondar-mandir ke Damaskus ketika masih belia untuk menimba ilmu dari sisa-sisa sahabat yang mulua dan tokoh-tokoh tabi'in yang agung.

Telah nampak bakat dan kecerdasan putra Al-Muzanni yang satu ini sejak kecil. Orang-orang sering membicarakan kehebatan dan beritanya kendati beliau masih kanak-kanak.

Telah diriwayatkan bahwa ketika masih kecil beliau belajar ilmu hisab di sebuah sekolah yang diajar oleh Yahudi ahli dzimmah. Pada suatu hari berkumpullah kawan-kawannya dari kalangan Yahudi itu, lalu mereka asyik membicarakan masalah agama mereka tanpa menyadari bahwa Iyas turut mendengarkannya.

Guru Yahudi itu bertanya kepada teman-teman Iyas, “Tidakkah kalian heran dengan kaum muslimin itu? mereka berkata bahwa mereka akan makan di surga, namun tidak akan buang air besar?”

Iyas menoleh kepadanya lalu berkata,

Iyas, “Bolehkah aku ikut campur dalam perkara yang kalian perbincangkan itu wahai guru?”

Guru, “Silahkan!”

Iyas, “Apakah semua yang dimakan di dunia ini keluar menjadi kotoran?”

Guru, “Tidak!”

Iyas, “Lantas kemana perginya yang tidak keluar itu?”

Guru, “Tersalurkan sebagai makanan jasmani.”

Iyas, “Lantas dengan alasan apa kalian mengingkari? Jika makanan yang kita makan di dunia saja sebagian hilang diserap tubuh dan memjadi makanan jasmani.”

Merasa kalah argumen, guru itu memberikan isyarat dengan tangannya sambil berkata kepada Iyas, “Semoga Allah mematikanmu sebelum dewasa.”

Semangat putra Al-Muzanni ini semakin membara untuk memperdalam ilmu. Hingga akhirnya sampailah pada suatu titik menkjubkan yang dikehendaki Allah. Sehingga orang-orang tua pun menaruh hormat kepadanya, belajar darinya meskipun beliau masih sangat belia.

Pada suatu tahun, ketika Abdul Malik bin Marwan mengunjungi Basrah, sebelum menjadi khalifah, dia melihgat Iyas yang masih remaja dan belum lagi tumbuh kumisnya berada paling depan sebagai pemimpin, sedangkan di belakangnya ada empat qurra' (penghafal Al-Qiur'an) yang sudah berjenggot panjang dengan pakaian resmi berwarna hijau. Maka Abdul Malik berkata, “Celaka benar orang-orang berjenggot ini, apakah di sini tak ada lagi orang tua yang bisa memimpin, sampai anak sekecil ini dijadikan pemimpin mereka?” Lalu dia menoleh kepada Iyas dan bertanya, “Berapa usiamu wahai anak muda?”

Iyas menjawab, “Usiaku sama dengan usia Usamah bin Zaid saat diangkat oleh Rasulullah sebagai panglima pasukan yang di dalamnya ada Abu Bakar dan Umar wahai amir -semogo Allah memanjangkan umur Anda-. “Abdul Malik berkata, “Kemari, kemarilah wahai anak muda, semoga Allah memberkatimu.”


Tersebarlah berita kecerdasan Iyas, orang-orang berdatangan kepadanya dari berbagai penjuru untuk bertanya tentang ilmu dan agama. Sebagian ingin belajar, sebagian lagi ada yang ingin menguji dan ada pula yang hendak berdebat kusir.

Di antara mereka ada Duhqan (seperti jabatan lurah di kalangan Persi dahulu) yang datang ke majelisnya dan bertanya,

Duhqan, “Wahai Abu Wa'ilah, bagaimana pendapatmu tentang minuman yang memabukkan?”

Iyas, “Haram!”

Duhqan, “Dari sisi mana dikatakan haram, sedangkan ia tak lebih dari buah dan air yang diolah, sedangkan kedua-duanya sama-sama halal?”

Iyas, “Apakah engkau sudah selesai bicara, wahai Duhqan, ataukah masih ada yang hendak kau utarakan?”

Duhqan, “Sudah, silakan bicara!”

Iyas, “Seandainya kuambil air dan kusiramkan ke mukamu, apakah engkau merasa sakit?”

Duhqan, “Tidak!”

Iyas, “Jika kuambil segenggam pasir dan kulempar kepadamu, apakah terasa sakit?”

Duhqan, “Tidak!”

Iyas, “Jika kuambil segenggam semen dan kulempar kepadamu, apakah terasa sakit?”

Duhqan, “Tidak!”

Iyas, “Sekarang, jika kuambil pasir, lalu kucampur dengan segenggam semen, lalu aku tuangkan air di atasnya dan kuaduk, lalu kujemur hingga kering, lalu kupukulkan ke kepalamu, apakah engkau merasa sakit?”

Duhqan, “Benar, bahkan bisa membunuhku.”

Iyas, “Begitulah halnya dengan khamr. Di saat kau kumpulkan bagian-bagiannya lalu kau olah menjadi minuman yang memabukkan, maka dia menjadi haram.”

Ketika beliau menjabat sebagai qadhi atau hakim telah terbukti bahwa dia benar-benar orang yang cerdas, lihai dan memiliki kemampuan besar dalam menyingkap hakikat suatu masalah sampai seakar-akarnya.

Pernah terjadi sengketa antara dua orang. Yang satu berkata bahwa dia telah menitipkan sejumlah harta kepada temannya, tetapi ketika ia memintanya lagi, temannya itu mengelaknya. Iyas bertanya kepada tertuduh dan dia tetap mengingkarinya sambil berkat, “Bila kawanku ini punya bukti, silakan didatangkan, kalau tidak maka tiada jalan baginya untuk menjatuhkan aku kecuali dengan sumpah.”

Iyas khawatir jika orang itu makan harta yang bukan haknya dengan sumpahnya. Maka dia berpaling kepada si penuduh dan bertanya, “Dimanakah tempat engkau menitipkan harta itu kepadanya?” Dia berkata, “Di suatu tempat bernama anu.” Iyas bertanya bagaimana ciri-ciri tempat itu?”

Penuduh menjawab, “Di sana ada sebatang pohon besar. Kami duduk dan makan bersama dan ketika kami hendak beranjak pulang, kuserahkan harta itu kepadanya.” Iyas berkata kepadanya, “Pergilah ke tempat yang terdapat pohon tersebut, karena bila engkau mendatanginya bisa jadi akan mengingatkan kamu di mana telah kau letakkkan barang tersebut, setelah itu kembalilah ke sini untuk mengabarkan apa yang telah engklau dapatkan di sana.

Kemudian pergilah orang itu, sementara Iyas berkata kepada si tertuduh yang masih berada di hadapannya, “Tunggulah di sini sampai kawanmu kembali.” Iapun duduk menanti. Kemudian Iyas pun mengurus perkara-perkara lainnya sambil terus mengawasi tertuduh secara diam-diam. Setelah dilihatnya dia agak tenang, Iyas bertanya, “Apakah kiranya kawanmu itu sudah sampai di tempat di mana ia menitipkan hartanya kepadamu?”

Tanpa menyadari jebakan Iyas tersebut ia menjawab: “Belum , karena tempatnya jauh dari sini.” Mendengar jawaban tersebut Iyas bisa menebak apa yang terjadi sesungguhnya, beliau berkata, “Wahai musuh Allah, engkau hendak memungkiri harta itu sedangkan engkau tahu di mana tempat engkau menerimanya.”

Orang itu tak bisa berkutik lagi, lalu mengakui khianatnya, Iyas memanggil polisi untuk menahannya sampai kawannya datang. Setelah kawannya tiba ia diperintahkan untuk mengembalikan hartanya.

Bukti kecerdasan Iyas terlihat pula dalam kasus berikut:

Ada dua orang yang berselisih lalu mengadukan persoalan kepadanya tentang dua kain beludru yang biasa diletakkan di atas kepala dan dijulurkan hingga ke bahu. Yang satu berwarna hijau, masih baru dan mahal harganya, sedangkan yang lain berwarna merah dan telah usang.

Si penuduh berkata: “Suatu ketika saya beristirahat di sebuah sungai untuk mandi, lalu aku letakkan beludruku milikku yang berwarna hijau bersama bajuku di pinggir telaga. Lalu datanglah orang ini dan meletakkan beludrunya yang berwarna merah di samping beludruku lalu terjun ke telaga. Lalu dia selesai sebelum aku selesai…selanjutnya dia memakai bajunya namun mengambil beludru milikku lalu dipakaikan di kepalanya dan langsung beranjak pergi. Ketika aku selesai kuikuti dia dan aku meminta kembali beludruku, namun dia mengatakan bahwa beludru tersebut miliknya.

Iyas berkata kepada laki-laki yang dituduh, “Bagaimana komentar Anda?” Dia menjawab, Tidak demikian sebenarnya.” Kemudian Iyas berkata kepada penjaga, “Ambilkan aku sebuah sisir.” Lalu diambilkanlah sisir untuk beliau. Selanjutnya Iyas menyisir kedua rambut orang tersebut, lalu keluarlah dari rambut salah seorang dari mereka bulu halus berwarna merah yang tercecer dari beludru merah, yang satunya lagi keluar bulu halus yang berwarna hijau…lalu beliau memutuskan beludru yang merah bagi yang tercecer di rambut kepalanya bulu kain merah dan beludru hijau bagi yang tercecer bulu kain hijau di rambut kepalanya.

Masih ada lagi bukti kecerdasan Iyas dan kejeniusannya. Ada seorang di Kufah yang menampakkan sebagai orang baik-baik di mata masyarakat dan menampakkan sifat wara' dan taqwa. Hingga banyak sanjungan tertuju kepadanya, dan orang -orang menjadikan ia sebagai orang kepercayaan dan menitipkan harta kepadanya bila hendak bepergian atau menitipkan wasiat kepadanya bagi anak-anaknya dan keluarganya ketika merasa hendak datang ajalnya.

Ada seseorang menitipkan harta kepadanya, tetapi ketika si empunya hendak mengambilnya, dia mengelak. Maka orang itu datang kepada Iyas dan melaporkan hal tersebut. Iyas bertanya kepada penuduh, “Apakah kawanmu itu tahu bahwa engkau melapor kepadaku?” Dia berkata,'Tidak”. Iyas berkata, “Kalau begitu pulanglah dan besok saya minta Anda kembali kemari.”

Kemudian Iyas memanggil orang yang dipercaya memegang harta itu (sekaligus sebagai tertuduh) dan berkata kepadanya, ”Ada banyak titipan harta milik anak yatim di tanganku dan tak ada yang mengurusnya. Aku pikir, sebaiknya kutitipkan saja kepada Anda. Kujadikan engkau sebagai wali atas mereka. Apakah rumahmu cukup aman dan Anda memiliki kelonggaran waktu untuk mengurusnya? Orang itu menjawab, “Saya bersedia wahai qadhi.”

Iyas berkata, ”Kalau begitu, datanglah kemari besok lusa dan siapkan tempat untuk menyimpan harta itu. Bawalah orang-orang untuk membantu membawanya.”

Keesokan harinya datanglah penuduh itu kembali. Iyas berkata kepadanya, “Sekarang datangilah kawanmu itu mintalah hartamu kembali, jika dia mengingkari katakan kepadanya, “Akan saya adukan kamu kepada qadhi.”

Orang itupun datang kepada kawannya untuk meminta hartanya, tetapi dia tetap mengelak dan tak mau mengakuinya. Maka berkatalah penuduh itu, “Kalau begitu, sekarang akan aku laporkan engkau kepada qadhi.”

Begitu mendengar ancaman itu, orang yang khianat tersebut segera mengembalikan harta yang diamanatkan kepadanya lalu berdalih bahwa dia lupa dan sebagainya.

Setelah menerima kembali hartanya, penuduh menjumpai Iyas sambil berkata, “Kawanku itu telah mengembalikan hartaku, semoga Allah membalas kebaikan Anda atas jasa dan budi baikmu, wahai qadhi…”

Keesokan berikutnya, sesuai rencana, datanglah si pengkhianat itu kepada Iyas dengan membawa orang untuk mangangkut harta yang dikatakan Iyas. Iyas menghajarnya dan mengumumkan kecurangannya. Beliau berkata, “Celakalah engkau musuh Allah! Kau jadikan agamamu untuk menipu.”

Namun, terkadang kecerdasan dan kejeniusan Iyas ada juga yang bisa mengalahkan dengan argumen yang mematahkannya.

Belaiu bercerita tentang dirinya, “Aku belum pernah kalah kecuali dengan satu orang. Ketika itu di sidang pengadilan Bashrah seseorang menjadi saksi bahwa kebun anu adalah benar-benar milik si Fulan dan dia menguatkannya kepadaku.”

Aku bertanya untuk menguji kebenaran pengakuannya, “Berapa jumlah pohon didalamnya?” Orang itu menunduk sejenak, lalu balik bertanya, ”Berapa lama tuan menjabat qadhi di majelis ini?” Aku menjawab, “Sejak beberapa tahun yang lalu.” Lalu dia bertanya, “Berapa jumlah genting di pengadilan ini?” Aku tak mampu menjawabnya, lalu aku katakan, “Kebenaran ada dipihakmu,” lalu kuterima kesaksiannya itu.

Di saat memasuki usia 76 tahun, Iyas bin Mu'awiyah bermimpi bertemu ayahnya yang telah wafat. Keduanya berlomba naik kuda, ternyata tak ada yang menang. Ayah Iyas wafat tatkala berusia 76 tahun.

Suatu malam Iyas bertanya kepada keluarganya, “Kalian tahu ini malam apa?”

“Tidak”, jawab mereka. Beliau melanjutkan, “Malam ini adalah bertepatan dengan malam kematian ayahku.”

Keesokan harinya, didapatkan bahwa Iyas telah wafat. Semoga Allah merahmati Iyas, hakim yang dikenal sangat cerdas dan jenius pada masanya.

Jejak Para Tabi'in, DR. Abdurrahman Ra'fat Al-Basya, Pustaka At-Tibyan

Bantahan terhadap orang yang berpendapat bahwa Nabi Isa adalah putra Allah.

Pertanyaan:
Bagaimana pendapat anda tentang orang yang memaknai ayat, “….maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami”.
Menurut mereka Ayat ini sebagai bukti, bahwa nabi Isa adalah anak Allah. Mahasuci Allah setinggi-tingginya dari tuduhan orang-orang dzalim seperti itu.

Jawaban:
Ayat tersebut terdapat dalam surat at-Tahrim. Allah berfirman “dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami…”
Dan selain itu ada di surat Al-Anbiya’ yang artinya, “Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami.”Ayat tersebut dengan jelas menyatakan, bahwa ruh ditiupkan kepada Maryam dan ruh itu masuk melalui kemaluannya, lalu setelah itu Maryam mengandung nabi Isa.
Kemudian Allah berfirman di dalam surat Maryam yang artinya, “lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.” Ruh yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah malaikat yang berkata, “Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” Dalam tafsir disebutkan, bahwa malaikat meniupkan ke kantung baju Maryam, lalu ruh itu masuk ke dalam rahim dan jadilah Nabi Isa.
Yang dimaksud dengan Ruh adalah sesuatu (makhluk) yang diciptakan Allah dari ruh, yang dengan adanya ruh tersebut makhluk menjadi hidup. Sama seperti yang terjadi pada penciptaan nabi Adam.
Allah berfirman yang artinya, “Maka apabilaAku telah menyempumakan kejadianya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduk karnu kepadanya dengan bersujud.” Allah telah meniupkan ruh kepada Adam, demikian juga kepada Nabi Isa yang juga termasuk makhluk ciptaan Allah. Jelas disebutkan dalam ayat berikut yang artinya, “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril.”
Dan Allah berfirman,“Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf.”
Jadi, Nabi Isa tercipta dari tiupan ini yang merupakan ruh yang berasal dari Allah, yakni ruh-ruh ciptaan Allah, dan dengan ruh itu pula Allah menciptakan sekalian manusia, dan manusia yang pertama ialah nabi Adam. Allah berfirman, “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati… ”
Dengan demikian, Nabi Isa tidak memiliki keistimewaan dengan keberadaan ruh yang ditiupkan kepadanya. Ruh yang ditiupkan kepadanya sama sebagaimana ruh yang ditiupkan kepada sekalian makhluk ciptaan Allah yang bernyawa dan berjasad yang bergerak dan bertebaran di dunia ini. Wallahu’alam.

Fatawa wa Ahkam Fi Nabi ‘Isa ‘Alaihis Salam, Abdullah bin Abdurrahman bin Jibrin.

Bantahan terhadap orang yang berpendapat bahwa Nabi Isa adalah putra Allah.

Pertanyaan:
Bagaimana pendapat anda tentang orang yang memaknai ayat, “….maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami”.
Menurut mereka Ayat ini sebagai bukti, bahwa nabi Isa adalah anak Allah. Mahasuci Allah setinggi-tingginya dari tuduhan orang-orang dzalim seperti itu.

Jawaban:
Ayat tersebut terdapat dalam surat at-Tahrim. Allah berfirman “dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami…”
Dan selain itu ada di surat Al-Anbiya’ yang artinya, “Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami.”Ayat tersebut dengan jelas menyatakan, bahwa ruh ditiupkan kepada Maryam dan ruh itu masuk melalui kemaluannya, lalu setelah itu Maryam mengandung nabi Isa.
Kemudian Allah berfirman di dalam surat Maryam yang artinya, “lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.” Ruh yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah malaikat yang berkata, “Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” Dalam tafsir disebutkan, bahwa malaikat meniupkan ke kantung baju Maryam, lalu ruh itu masuk ke dalam rahim dan jadilah Nabi Isa.
Yang dimaksud dengan Ruh adalah sesuatu (makhluk) yang diciptakan Allah dari ruh, yang dengan adanya ruh tersebut makhluk menjadi hidup. Sama seperti yang terjadi pada penciptaan nabi Adam.
Allah berfirman yang artinya, “Maka apabilaAku telah menyempumakan kejadianya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduk karnu kepadanya dengan bersujud.” Allah telah meniupkan ruh kepada Adam, demikian juga kepada Nabi Isa yang juga termasuk makhluk ciptaan Allah. Jelas disebutkan dalam ayat berikut yang artinya, “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril.”
Dan Allah berfirman,“Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf.”
Jadi, Nabi Isa tercipta dari tiupan ini yang merupakan ruh yang berasal dari Allah, yakni ruh-ruh ciptaan Allah, dan dengan ruh itu pula Allah menciptakan sekalian manusia, dan manusia yang pertama ialah nabi Adam. Allah berfirman, “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati… ”
Dengan demikian, Nabi Isa tidak memiliki keistimewaan dengan keberadaan ruh yang ditiupkan kepadanya. Ruh yang ditiupkan kepadanya sama sebagaimana ruh yang ditiupkan kepada sekalian makhluk ciptaan Allah yang bernyawa dan berjasad yang bergerak dan bertebaran di dunia ini. Wallahu’alam.

Fatawa wa Ahkam Fi Nabi ‘Isa ‘Alaihis Salam, Abdullah bin Abdurrahman bin Jibrin.

Alasan Nabi Isa Di Juluki Al Masih ?

Pertanyaan:
Kenapa Nabi Isa Di Juluki Al Masih ?

Jawaban:
Tidak diragukan lagi, bahwa nama aslinya adalah Isa. Nama itulah yang disebutkan dalam al-Quran seperti dalam ayat, “Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: “Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,” dan firman-Nya, “Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar..” dan firman-Nya, “dan Zakariya, Yahaya, `Isa, dan Ilyas.” Dan firman-Nya, “(Ingatlah), ketika Allah mengatakan, ‘Hai `Isa putera Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu.” Dan masih banyak lagi ayat yang lain.
Sedangkan nama Al-Masih termaktub di beberapa ayat, di antaranya dalam firman Allah, “….sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera Maryam..” dan firman Allah yang artinya, “Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah…” dan firman Allah yang artinya, “Sesungguhnya al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah…”
Sebagian ulama Salaf berpendapat, bahwa Nabi Isa dijuluki Al-Masih karena beliau banyak melakukan siyahah (karena sering berpindah tempat atau banyak berjalan kaki). Pendapat lain mengatakan karena telapak kakinya datar. Dan ada juga yang memberi alasan beliau dijuluki al-Masih karena setiap kali ia mengusap orang yang berpenyakit sembuh dengan izin Allah.
Abu `Ubaid dan Laits berpandapat bahwa kata Al-Masih berasal dari bahasa Ibrani, Machih. Kemudian diserap ke dalam bahasa Arab, dan lafadznya ikut berubah dari huruf Syin Masyih menjadi huruf Sin Masih. Oleh sebab itu, tidak ada pecahan kata Al-Masih dalam tata bahasa Arab. Namun mayoritas ulama (jumhur) berpendapat, bahwa kata Al-Masih itu adalah musytaq (memiliki pecahan/akar kata).
Sedang menurut ahli bahasa yang lain, kata Al-Masih berarti As-¬Siddiq (yang membenarkan). Pendapat lain mengatakan, karena sentuhan (masaha) nabi Zakariya kepada Isa. Dan juga yang memberi alasan karena nabi Isa berkelana di bumi (dari kata masaha yang artinya qatha’a: menempuh jarak). Berikutnya ada ahli bahasa yang memberi alasan, karena Nabi Isa terlahir ke bumi tubuhnya sudah terolesi minyak (dari kata masaha). Pendapat lain, karena nabi Isa ketika lahir disentuh oleh keberkahan. Pendapat berikutnya, masih dari kata masaha yang artinya khalaqa; nabi Isa diciptakan Allah dengan fisik yang sempurna dan bagus. Dan masih banyak lagi pendapat lain, sebagaimana diterangkan Nawawi dalam Syarh Muslim. [Lihat: Syarh Kitab Al-Imam Muslim li An-Nawawi, (Bab tentang al-Masih bin Maryam dan Masih Dajjal), (1/510). Dan lihat Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, Ibnu Hajar AI ‘Asqalani, Kitab Hadits-hadits kisah para nabi. (6/544)] Wallahu’alam.

MUI Solo Larang Pemutaran Film 2012


SURAKARTA (SuaraMedia News) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) wilayah Solo bersiap melarang pemutaran film 2012 di wilayah solo. alasan pelarangan karena film tersebut dinilai mengarah ke provokasi penontonnya pada ajaran agama tertentu. "Kami siap melarang, karena ada provokasi, yakni saat terjadi kekacauan dunia, film tersebut menganjurkannya untuk bersembunyi ke gereja-gereja. Provokasi itu yang kita persoalkan, kalau soal animasi tidak jadi masalah," kata Ketua MUI Solo, Zaenal Abidin di Solo, Selasa, 17 November 2009.

Kendati bersiap melarang pemutaran film tentang cerita kiamat pada 2012 itu, pihaknya belum mengeluarkan fatwa resmi pelarangan tersebut. MUI Solo, kata dia, bakal mengikuti fatwa MUI pusat. "Kalau sikap kita jelas melarang kalau ada provokasi semacam itu, namun untuk resminya kita ikut MUI Pusat," terangnya.

Pihak MUI Solo sendiri mengaku belum melihat pemutaran film tersebut secara langsung. Untuk membuktikan ada atau tidaknya unsur provokasi itu, pihak mui bakal membuktikan sendiri. "Kami sudah pesan tiket tapi harus menunggu dua hari lagi, kita lihat nanti benar tidak ada unsur provokasi. Kalau benar ya kita siap melarang, kalau soal yang lain kita tidak mempersoalakannya," terangnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Prof H. Asywadie Syukur, Lc menyarankan kepada pemerintah untuk meninjau ulang izin edar film "2012". "Saya sependapat dengan MUI Malang, Jawa Timur yang menyatakan film '2012' bisa menyesatkan umat atau kaum muslim khususnya sehingga pemerintah perlu meninjau ulang izin edar film tersebut," katanya ketika menjawab pertanyaan di Banjarmasin, Selasa (17/11).

Mantan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin itu berharap pemerintah menaruh perhatian lebih serius pada segala persoalan yang bisa menyesatkan atau menimbulkan kerisauan umat. Begitu pula kaum muslim hendaknya tidak mudah terbawa arus yang bisa berdampak negatif terhadap aqidah atau nilai keimanan karena berbahaya bagi kehidupan baik di dunia maupun akhirat kelak, katanya. "Memang belakangan muncul film yang aneh-aneh, yang bisa menyesatkan umat serta menciderai Islam," kata Asywadie Syukur.
Sebelumnya, MUI Kabupaten Malang, Jawa Timur mengimbau umat Islam untuk tidak menonton film "2012", yang saat ini sedang diputar pada sejumlah bioskop di Indonesia. Ketua MUI Kabupaten Malang Mahmud Zubaidi menilai film "2012" bisa menyesatkan umat Islam karena menurut ajaran Islam, hari kiamat tidak dapat dipastikan kapan akan terjadi karena hal itu kuasa dari Allah SWT.

Film itu dikhawatirkan menyebabkan penonton, khususnya umat Islam percaya bahwa kiamat pasti terjadi pada 2012. "Memang Islam mengajarkan kiamat pasti datang, tapi kapan terjadinya, menurut agama tidak ada yang dapat memastikannya," ujar Zubaidi.( www.suaramedia.com/roy)

MUI Jatim: Jangan Percaya Ramalan Kiamat

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim mengimbau masyarakat untuk tidak mempercayai ramalan tentang datangnya hari kiamat, seperti yang digambarkan dalam film berjudul "2012". "Apabila masyarakat mempercayai film tersebut, maka bertentangan dengan akidah," kata Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi MUI Jatim, Ustadz A. Rachman Aziz, di Surabaya, Rabu (18/11).
Menurutnya, datangnya hari kiamat tidak bisa diramalkan dan ditentukan oleh manusia. "Umat Islam memang harus percaya kiamat itu pasti terjadi. Tapi, kapan dan seperti apa kiamat itu terjadi, merupakan kuasa Allah," katanya. Bahkan dia yakin orang yang membuat film "2012" tidak dapat mengetahui, kapan dan bagaimana kiamat itu terjadi. "Yang ada di film itu hanya imajinasi orang yang membuatnya," kata Ustadz Rachman, menjelaskan.
Film yang dibintangi John Cussack itu diputar secara serentak di gedung-gedung bioskop di Indonesia, sejak 14 November lalu. Film yang menjadi "Box Office" itu, mengisahkan ramalan suku Maya kuno bahwa kehidupan di dunia akan berakhir pada 21 Desember 2012. Ustadz Rachman berpendapat ada dampak positif dan negatif bagi masyarakat mengenai film tersebut. "Sisi positifnya, masyarakat akan memercayai datangnya hari kiamat sehingga akan berbuat kebajikan, sedangkan negatifnya adanya kepercayaan masyarakat bahwa pada 2012 mendatang akan terjadi kiamat," tuturnya.
Meskipun demikian, MUI Jatim tidak melarang masyarakat untuk menonton film "2012" itu. "Kami hanya mengimbau masyarakat jangan percaya film itu, bukan melarang menonton," katanya, menegaskan. [muslimdaily.net/Roy)

Tawarkan ke Surga Rp 1 Juta, Aliran Sesat Dibubarkan

Kejaksaan Negeri Blitar dan Pemerintah Blitar akan membubarkan ajaran Padange Ati siang ini. Ajaran yang dianut sekelompok masyarakat di Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, ini dinilai meresahkan masyarakat.
Kepala Seksi Intelejen Kejaksaan Mohammad Riza mengatakan ajaran Padange Ati ini merupakan pecahan dari aliran kepercayaan pimpinan Suliyani, warga Desa Jajar, Kecamatan Talun, Blitar. Suliyani sendiri sebelumnya pernah berurusan dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat setelah menyebarkan ajaran masuk surga dengan melakukan amalan tertentu. Menurut data intelejen, jumlah anggota mereka cukup besar.
"Kami sudah bersepakat dengan pemerintah untuk membubarkan mereka siang ini," kata Riza kepada Tempo, Senin (16/11).
Berdasarkan kajian MUI, kelompok ini dinilai menyimpang dari ajaran agama Islam karena mengabaikan ibadah salat lima waktu. Mereka juga mengecilkan arti ibadah haji karena dianggap pemborosan dan tidak memiliki dasar hukum yang kuat.
Selain itu, kelompok ini juga menawarkan kehidupan di surga setelah kematian mendatang asal membayar sedekah Rp 1-4 juta per orang. "Karena itu kami merekomendasikan pembubaran mereka," kata Sekretaris MUI Blitar Achmad Su'udi.
Kepala Kesbanglinmas Kabupaten Blitar Agus Pramono mengaku siap mengawal pembubaran yang akan dilakukan Kejaksaan siang nanti, di antaranya dengan menyiapkan tenaga konsultan agama dan Satuan Polisi Pamong Praja.
Dalam pembubaran nanti pemerintah akan meminta kesediaan jamaah Padange Ati untuk membuat pernyataan tertulis pembubaran kelompok itu. Mereka juga diminta kembali ke ajaran Islam yang benar sesuai bimbingan MUI. "Kami harap tidak ada perlawanan dari mereka," kata Agus Pramono.
Diperkirakan jumlah pengikut Padange Ati di Desa Ngaglik sebanyak 25 orang. Pemerintah juga masih melacak keberadaan anggota lain yang diduga tersebar secara sporadis di masyarakat pinggiran. ( Tempo/Roy)

Tiga Gedung Mata-Mata Pakistan Hancur Dibom Taliban

Sebuah bom mobil di Pakistan menghantam gedung utama agen mata-mata hari Jum'at di barat daya Pakistan. Ledakan tersebut menewaskan paling tidak tujuh orang dan terjadi ditengah institusi (agen mata-mata -red) yang sedang melancarkan perang melawan teror di negeri tersebut.
Ledakan di Peshawar ini merupakan rangkaian terbaru dari serangan berdarah yang ditujukan terhadap petugas keamanan, target-target yang berhubungan dengan Barat dan pemerintah yang sejak pertengahan Oktober lalu melancarkan serangan besar-besaran terhadap Taliban di wilayah Waziristan Selatan, dimana diwilayah tersebut bersembunyi para pemimpin Taliban dan Al Qaeda.

Ledakan Jum'at pagi ini terdengar di seluruh kota, menghancurkan banyak bagian dari tiga gedung milik ISI (Inter-Services Intelligence), dan juga menghancurkan banyak kendaraan yang terparkir diluar gedung tersebut. Reporter AP yang berada ditempat kejadian melaporkan melihat beberapa mayat bergelimpangan atau orang-orang terluka yang sedang ditandu pergi.
Hingga saat ini terdapat tujuh mayat dan 35 orang luka yang dibawa ke rumah sakit terdekat Lady Reading, kata opsir polisi Ullah Khan. Kepala Polisi Peshawar Liaqat Ali Khan mengatakan bom mobil meledak di gerbang utama komplek gedung ISI tersebut.

Pemerintah menyerukan bahwa meningkatnya serangan militan tidak akan menghentikan serangan militer besar-besaran di Waziristan Selatan, yang dipercaya sebagai tempat jaringan teror paling berbahaya di dunia berkembang.

Agen-agen ISI telah dilibatkan dalam banyak operasi intelejen di baratlaut Pakistan terhadap Al Qaeda sejak 2001, dimana saat itu banyak pemimpin militan yang menyeberang ke daerah tersebut saat dimulainya invasi Amerika di Afghanistan. Waziristan Selatan juga dipercaya sebagai tempat persembunyian Usamah bin Ladin.

Taliban menggelorakan perang melawan pemerintah Pakistan karena pemerintah Pakistan tidak Islami dan mereka marah mengenai kedekatan Pakistan dengan Amerika yang memusuhi Islam. Perlawanan Taliban Pakistan mulai meninggi pada 2007 dan sejak itu serangan terus meningkat setiap hari apalagi setelah serangan gencar militer Pakistan di Waziristan Selatan. [muslimdaily.net/Roy]

Petraues Akui Taliban Makin Kuat

Taliban semakin kuat dan menuntut pasukan AS dan NATO yang tergabung dalam ISAF untuk memperkuat diri, demikian pernyataan Komandan pusat komando Amerika Serikat. Jendral David Petraeus mengatakan hari Kamis kemarin bahwa pasukan ISAF perlu ditingkatkan lagi kemampuannya untuk menghadapi kekuatan Taliban.
Komentar Petraeus ini berkaitan dengan rencana Presiden Barack Obama yang akan mengirim pasukan tambahan lagi ke Afghanistan hingga 40.000 tentara baru. Hal ini juga sejalan dengan permintaan komandan tentara gabungan agresor AS dan NATO (ISAF), Jendral Stanley McChrystal.
Kepada Bloomberg News bahwa Taliban memiliki pendirian kuat dan regenerasi di dalam negeri Afghanistan meskipun mereka terusir oleh para penjajah dari pemerintahan yang sedang mereka pimpin tahun 2001 lalu. "Mereka berangsur kembali bersama dan kemudian, dengan berjalannya waktu, membangun kembali infrastruktur, mereka membangun sel-sel dan struktur pada titik-titik dimana saat ini terdapat 33 atau 34 provinsi yang memiliki pemerintahan bayangan," terangnya.
"Itu melebihi usaha pasukan ISAF yang mereka bangun selama beberapa waktu, pada titik yang kami harus dapatkan."
Sebelumnya, telah gencar diberitakan bahwa Obama berusaha memenuhi permintaan Jendral Stanley McChrystal untuk menambah tentara Amerika di Afghanistan dengan segera. Selain penambahan pasukan, agresor AS akan memberikan pelatihan bagi tentara Afghanistan untuk menghadapi pejuang Taliban. [muslimdaily.net/Roy]

Karena Kata
Bisa Menorehkan Luka
Oleh: Qodri Fathurrohman

Suatu ketika, ada seorang anak yang mempunyai kebiasaan suka marah-marah, mesti tanpa sebab yang jelas. Untuk mengurangi kebiasaan jelek tersebut, ayahnya membelikan sekantong paku untuknya. ”Nak, setiap kali Engkau marah tancapkan satu buah paku di pagar belakang rumah kita!.” Begitu perintah ayah kepada anaknya.
Hari pertama, anak itu telah menancapkan 48 paku di pagar rumahnya. Namun hari berikutnya paku yang ia tancapkan semakin berkurang, tidak sebanyak hari yang lalu. Ia merasakan, ternyata lebih mudah menahan amarah daripada menancapkan paku ke pagar.
Akhirnya tibalah hari dimana ia bisa benar-benar mengendalikan amarahnya, sehingga tidak satu paku pun ia tancapkan ke pagar. Ia melapor kepada bapaknya atas keberhasilannya tersebut. Sang bapak lantas memerintahkannya untuk mencabut satu paku setiap kali ia bisa menahan amarahnya.
Hari-hari berlalu dan ia ternyata ia berhasil mencabut semua paku yang tertancap di pagar tersebut. Sang Ayah lalu menuntut anaknya tersebut ke pagar lantas berujar, ”Hemm,.. kamu sudah berhasil dengan baik wahai anakku, tapi coba kamu lihat lubang-lubang yang ada di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah akan bisa sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu di saat marah, kata-katamu meninggalkan bekas sebagaimana lubang ini... bekas di hati orang lain.”
”Ketika kamu menusukkan pisau pada seseorang lantas kamu cabut pisau tersebut, setelah itu kamu meminta maaf padanya seribu kali.., mungkin orang tersebut akan memaafkanmu. Tapi lukanya tetap membekas, tidak akan hilang. Dan ingatlah, luka karena kata-kata lebih menyakitkan dan lebih membekas daripada luka karena senjata.”

Urgensi lisan

Lisan merupakan bagian tubuh yang paling sering kita digunakan dan memegang peran penting dalam kehidupan. Karena lisan dapat menghantarkan seseorang ke surga bila digunakan untuk taat kepada Allah. Sebaliknya lisan dapat menjerumuskan ke dalam neraka jika digunakan untuk bermaksiat kepada-Nya. Lisan bisa digunakan untuk berdzikir kepada Allah, mengucapkan kata-kata yang baik dan amar ma’ruf nahi munkar serta perbuatan baik lainnya. Namun dengan lisan pula seseorang bisa melakukan setumpuk dosa seperti: berdusta, ghibah, mencela, berkata keji dan kotor, menyebarkan rahasia, menghasut, sendau gurau dan lain sebagainya.
Begitu pentingnya masalah menjaga lisan, Al-Qur'an memberi perhatian yang sangat besar terhadap lidah dan ucapan. Allah telah mengingatkan bahwa setiap perkataan yang diucapkan oleh lisan akan dicatat oleh malaikat, tidak satupun yang terlewatkan.
”Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf : 18)

Selain itu, Allah juga menjelaskan beberapa jalan kebaikan yang harus ditempuh oleh lisan dalam firman-Nya :
”Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (An Nisa’ :114)
Bukti seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kiamat adalah jika dia bisa menggunakan lisannya untuk berucap yang baik. Jika tidak bisa hendaknya diam. Sebagaimana sabda beliau:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ
”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya berbicara yang baik atau diam. ” (HR. Bukhari dan Muslim)

Meraih surga dengan menahan kata

Lisan (lidah) memang tak bertulang, sekali kita gerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula. Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya. Dua orang yang berteman penuh keakraban bisa dipisahkan dengan lisan. Seorang bapak dan anak yang saling menyayangi dan menghormati pun bisa dipisahkan karena lisan. Suami istri yang saling mencintai dan saling menyayangi bisa dipisahkan dengan cepat karena lisan. Bahkan darah seorang muslim dan mukmin yang suci serta bertauhid dapat tertumpah karena lisan. Sungguh betapa besar bahaya lisan.
Generasi salafus saleh rahimahumullah sangat mengerti besarnya arti dan urgensi anggota tubuh yang satu ini, sehingga mereka menjaganya dengan baik agar selalu mengatakan benar dan sangat khawatir bila ia akan menjerumuskan mereka pada kebinasaan.
Ibnu Abbas ra, seorang ulama’ dari kalangan sahabat pernah ditanya, ”Bagaimana Anda mendapatkan ilmu ini?” Ia menjawab, "Dengan lidah yang gemar bertanya dan akal yang suka berfikir.” Namun di lain waktu ia pernah menarik lidahnya sendiri seraya berkata, ”Awas! Katakanlah yang baik niscaya engkau beruntung dan diamlah dari yang buruk niscaya engkau selamat. Jika tidak, ketahuilah engkau akan menyesal.”
Memang, ucapan kita tanpa kita sadari kadang-kadang berakibat tertorehnya luka. Maka jika kita tidak mampu menggunakan lisan kita untuk berbuat kebaikan, lebih baik kita memenjarakannya agar tidak ada yang terluka. Dengan harapan kita bisa meraih surga-Nya lantaran lisan kita.
Seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah saw seraya berkata, “Tunjukkanlah kepadaku amal perbuatan yang dapat memasukkan diriku ke dalam surga.” Nabi saw bersabda, “Berilah makan orang yang lapar, berilah minum orang yang haus, perintahkan yang ma’ruf dan cegahlah yang munkar. Jika kamu tidak sanggup maka tahanlah lidahmu kecuali dari kebaikan.” (HR Ibnu Abid Dunya)
Maka, tidak salah kalau kita katakan: Diam itu ’Emas’. Namun bicara yang baik dan benar itu ’Berlian’. Wallahu a’lam bis shawwab.

Hakikat Berislam

Posted by newydsui 0 comments

HAKIKAT BERISLAM
Oleh : Imtihan Asy Syafi'i, MIF

Hari ini kita dapat menyaksikan –mudah-mudahan kita sendiri tidak termasuk di dalamnya– orang-orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat dengan fasih dan mengerjakan shalat tepat waktu, namun di hatinya tertanam kebencian kepada Islam. Sebab, banyak orang berpersepsi, Islam adalah mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan berhaji jika punya biaya.
Urusan selain kelima perkara itu ada hak pribadi setiap orang, kata mereka. Jika ada yang mengingatkan bahwa seorang muslim mesti menaati semua aturan Allah sesuai dengan aturan main yang diajarkan oleh Rasulullah saw, ada saja jawaban mereka. Jangan mengintervensi urusan orang lain; itu hak asasi, berislam koq repot, dan seribu satu jawab semisal lainnya.

Islam = Taslim

Berislam artinya bertaslim. Bertaslim atau beristislam maknanya tunduk, taat dan menerima apa saja yang datang dari Allah dan Rasulullah saw. Apa saja yang datang, baik itu berupa perintah atau pun larangan, tidak ada yang ditentang. Perintah dilaksanakan sebatas maksimal kemampuan dan larangan dijauhi. Semua dimanifestasikan secara lahir-batin. Allah berfirman,
"Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak mendapati di dalam hati mereka suatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An-Nisa`: 65)
Keputusan Allah dan Rasulullah saw adalah yang terbaik, meskipun terkadang terasa berat dan tidak enak. Pun Allah telah mengingatkan kita bahwa,
"Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah: 216)
Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Dalam setiap ketetapan-Nya, ada hikmah yang dalam. Hikmah yang boleh jadi tidak kita ketahui. Baik kiranya jika kita merenungkan pernyataan Muhammad bin Syihab az-Zuhriy berikut ini:
مِنَ اللّهِ الرِّسَالَةُ وَعَلَى الرَّسُولِ الْبَلاَغُ وَعَلَيْنَا التَّسْلِيْمُ
"Risalah datang dari Allah, Rasul bertugas menyampaikan, dan kita berkewajiban untuk menerima."

Ittiba' adalah bukti taslim

Ittiba' yakni mengikuti Nabi saw. Beliau adalah utusan Allah; manusia yang paling tahu tentang maksud Allah yang tersurat maupun tersirat dalam firman-firman-Nya. Karenanya para Salaf sepakat, jika ada ayat al-Qur`an yang makna dan maksudnya telah dijelaskan oleh Rasulullah saw, maka tidak ada seorang pun yang boleh membantahnya. Semua mesti mengikuti petunjuk beliau. Inilah hakikat ittiba'. Sesuatu yang akan mengantarkan kita kepada Mahabbatullah.
Allah berfirman,
'Katakanlah, 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, berittiba'lah kepadaku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu!' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ali 'Imran: 31)
Imam Syafi'i berkata, "Aku beriman kepada Allah dan apa saja yang ada di dalam Kitabullah sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Dan aku beriman kepada Rasulullah saw dan apa saja yang datang dari Rasulullah saw sesuai dengan yang dimaksud oleh Rasulullah saw."
Imam Ahmad berkata, "Kuamati Mushhaf dan kudapati perintah untuk mentaati Rasulullah saw ada di 33 tempat." Kemudian beliau membaca,
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa adzab yang pedih." (An-Nur: 63)
Imam Ahmad mengulang-ulang ayat itu. Kemudian beliau ditanya, apakah yang dimaksud dengan fitnah? Beliau menjawab bahwa fitnah itu adalah syirk. Kemusyrikan. Maknanya, jika seseorang menolak sebagian perintah Nabi saw, bisa jadi di hatinya ada sedikit penyimpangan sehingga hatinya menyimpang dan celakalah dia.
Imam Ahmad juga pernah diberitahu adanya orang-orang yang menomorduakan sabda Nabi dan memilih pendapat Sufyan bin 'Uyainah. Beliau berkata, "Saya heran dengan adanya orang-orang yang mendengar hadits, mengetahui isnad, dan keshahihannya, namun dia meninggalkan sabda Nabi dan memilih pendapat Sufyan dan yang lain. Padahal Allah telah berfirman, "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa adzab yang pedih." (An-Nur: 63)

Nomor Satu Wahyu

Demikianlah, Islam adalah agama taslim dan ittiba'. Bertaslim dan berittiba' maknanya menomorsatukan wahyu dan menomorduakan selainnya. Akal, pikiran, perasaan, insting, dan logika siapa pun mesti ditimbang dengan wahyu dan bukan sebaliknya: wahyu yang ditimbang dengan perkara-perkara itu. Sungguh, ada banyak perkara yang tidak masuk akal, pikiran, dan perasaan yang mesti kita terima dan kita ikuti, jika kita masih ingin dikategorikan sebagai seorang muslim.
Apatah lagi, sekiranya kita hanya menerima perkara-perkara yang masuk akal saja, pastilah kita tidak akan memeluk agama ini, Kita pasti akan melepaskannya. Sebab akal manusia ada yang tidak akan menerima adanya adzab kubur, ada yang mempermasalahkan bagaimana turunnya wahyu dari langit, ada yang mempermasalahkan adanya Rasul dari kalangan manusia, ada yang menginginkan supaya sunnah itu semua mutawatir. Ada juga yang menyatakan hanya mau mengambil al-Qur`an, tidak mau as-Sunnah. Wallahul Muwaffiq.

Istighfar Kuncinya

Posted by newydsui 0 comments

ISTIGHFAR KUNCINYA
Oleh: Tengku Azhar, Lc

Firman Allah SWT:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا * يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا * وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا * مَا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا * وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا *

“Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Rabbmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia Sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.” (QS. Nuuh: 10-14)

Tafsir Ayat
Imam Ibnu Katsir –rahimahullahu- ketika menafsirkan ayat ini berkata, “Allah SWT menceritakan tentang hamba-Nya yang bernama Nuh –‘alaihissalam- bahwasanya beliau mengadu kepada Rabbnya tentang perlawanan dan pengingkaran kaumnya kepadanya, dan beliau telah bersabar menghadapi semua ujian itu selama 950 tahun.
Dalam ayat ini, Nabi Nuh –‘alaihissalam- berkata kepada kaumnya, “Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun.” Yakni kembalilah kalian kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya sedekat-dekatnya, karena siapa saja diantara kalian yang bertaubat kepada-Nya (sebanyak apapun dosa yang dimilikinya) maka niscaya Allah SWT akan:

1. Menurunkan kepada kalian hujan yang lebat.
Berdasarkan ini, Imam Ibnu Katsir berkata, “Disunnahkan membaca ayat ini ketika shalat Istisqa’ (shalat minta huja).” Diriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab –radhiyallahu ‘anhu- ketika naik mimbar pada shalat Istisqa’ beliau hanya beristighfar dan membaca ayat-ayat yang berisikan istighfar, salah satunya adalah ayat ini. Kemudian beliau berkata, “Aku telah meminta hujan kepada Allah dengan kunci-kunci langit yang dengannya akan diturunkan hujan.”

2. Membanyakkan harta dan anak-anak kalian, serta mengadakan untuk kalian kebun-kebun, dan mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai.
Yakni, jika kalian bertaubat kepada-Nya, beristighfar kepada-Nya, dan menaati-Nya, maka niscaya Allah memperbanyak rezeki kalian, menghujani kalian dengan keberkahan-keberkahan, yang dengannya tumbuhlah pepohonan, suburlah sesawahan dan ladang, serta membanyakkan harta dan anak-anak kalian. Berdasarkan ini, Imam Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata, “Prinsip dakwah didahului dengan targhib (motivasi) dan kemudian tarhib (ancaman).”
Kemudian Nabi Nuh –‘alaihissalam- berkata kepada kaumnya, “Mengapa kalian tidak percaya dengan kebesaran Allah?” Yakni mengapa kalian tidak takut pada adzab dan ancaman Allah SWT?

Bukankah Dia telah menciptakan kalian dalam beberapa tingkatan kejadian? Yakni dari bentuk (setetes mani), kemudian menjadi ‘alaqah (segumbal darah), dan kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging).

Bentuk-bentuk Lafazh Istighfar
Istighfar mempunyai beberapa shighah/bentuk, setiap shighah yang dipakai akan mendapatkan pahala, shighah tersebut diantaranya adalah:
1- اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَإِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ ، وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَاصَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ
بِذَنْبِيْ ، فَاغْفِرْلِيْ ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ .
2- أَسْتَغْفِرُاللهَ الَّذِيْ لاَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ .
3- رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ .
4- سُبْحَانَ اللهِ وَ بِحَمْدِهِ وَ أَتُوْبُ إِلَيْهِ .
5- أَسْتَغْفِرُاللهَ ، أَسْتَغْفِرُاللهَ .
6- اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ
7- غُفْرَانَكَ ، غُفْرَانَكَ .
8- أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ، وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ .

Jika diperuntukkan untuk orang lain:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ ، رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Istighfar Kuncinya

1. Berkaitan dengan ayat di atas, dalam Tafsir Al-Maraghi ada cerita menarik. Imam Hasan Al-Bashri adalah salah satu generasi tabi’in (ulama yang pernah bertemu dengan sahabat). Dia seorang ulama berilmu dan shalih. Banyak orang datang kepadanya bertanya soal agama dan meminta nasihat atas berbagai persolan. Suatu kali datang kepadanya seorang laki-laki mengadu tentang masa paceklik yang menimpanya. Beliau pun menerima pengaduan itu dengan penuh perhatian. Tapi nasihat yang diberikan tidak panjang-panjang. Beliau hanya berucap, “Beristighfarlah kepada Allah SWT.”
Tidak berapa lama datang laki-laki lain yang mengeluh soal kemelaratan yang menderanya. Ulama yang masyhur itu juga hanya mengatakan, “Beristighfarlah kepada Allah SWT.” Ada pula laki-laki lain yang berkata, “Doakanlah aku agar Allah memberiku anak.” Lagi-lagi beliau cuma berkata, “Beristighfarlah kepada Allah SWT.” Datang lagi laki-laki lain yang mengeluh kebunnya mengalami kekeringan. Jawaban Imam Hasan Al-Bashri tetap sama, “Beristighfarlah kepada Allah SWT.”

2. Kisah ini terdapat dalam Musnad Abu Hanifah. Dari kitab yang ditulis oleh imam Hanafi, salah satu imam mahzab, disebutkan sebuah riwayat dari Jabir bin Abdullah. Suatu ketika, ada seseorang yang datang menemui Nabi Muhammad SAW. Orang ini belum dikaruniai anak, karena itu ia ingin mendapat keturunan. Rasulullah SAW lalu berkata, “Engkau memperbanyak Istighfar dan sedekah maka engkau akan diberi rizki dengan lantaran keduanya.” Laki-laki itu lalu memperbanyak Istighfar dan sedekah. Jabir mengatakan bahwa laki-laki itu akhirnya dikaruniai sembilan anak laki-laki.

3. Ini kisah lain lagi, dituturkan Syaikh ‘Aidh Al-Qarni, penulis buku best seller La Tahzan. Ada seorang yang tak kunjung dikarunia anak. Sementara para dokter sudah angkat tangan tidak mampu mengobatinya dan obat-obatan pun sudah tidak mempan lagi. Orang itu akhirnya bertanya kepada salah seorang ulama yang kemudian menyarankan kepadanya, “Hendaklah engkau memperbanyak Istighfar di kala Shubuh dan sore hari, sesungguhnya Allah SWT mengatakan perihal orang-orang yang beristighfar, ‘Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu’. (QS. Nuuh: 12). Lelaki itu kemudian memperbanyak Istighfar secara terus menerus. Akhirnya dengan izin Allah SWT dan kasih sayang-Nya, ia pun mendapatkan keturunan yang shalih-shalih.

4. Umar bin Khaththab, salah satu sahabat Rasuallah SAW yang pernah menjadi Amirul Mukminin memegang erat ayat-ayat di atas ketika ia meminta supaya Allah SWT menurunkan hujan. Imam Mutharrif meriwayatkan dari cerita Asy-Sya’bi bahwa suatu ketika Umar keluar dari rumahnya untuk berkumpul bersama orang-orang meminta hujan turun. Namun, Umar hanya membaca Istighfar dan tidak lebih dari itu, sampai akhirnya ia pulang. Ada orang berkata kepadanya, “Aku tidak mendengar engkau memohon supaya turun hujan.” Umar berkata, “Aku memohon supaya didatangkan bintang majadin di langit yang biasanya turun membawa hujan. Setekah itu ia membaca ayat (dalam surat Nuh ayat 10-12), maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia maha pengampun niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.”

Penutup
Sebagai penutup, marilah kita memperhatikan dan merenungi ayat Allah SWT berikut ini:
“Dan tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman,
ketika petunjuk telah datang kepada mereka, dan dari memohon ampun
kepada Rabbnya, kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah
yang telah berlalu pada) umat-umat yang dahulu atau datangnya azab
atas mereka dengan nyata.” Wal’iyadzubillah.
Wallahu A’lamu bish Shawab.

Reference:
1. Tafsir Ibnu Katsir, Imam Ibnu Katsir.
2. Tafsir Al-Maraghi, Imam Al-Maraghi.
3. Keutamaan Istighfar dan Tatacaranya, Ustadz Ali Halim.
4. Dan lain-lain.

ISTIGHFAR SEPANJANG MASA

Muqadimah
Sebagai seorang makhluk yang faqir kepada Rabbnya dan seorang hamba yang tidak lepas dari kealfaan dan kesalahan, istighfar kepada Allah adalah suatu kebutuhan setiap pribadi mukmin. Rasulullah SAW telah memberikan contoh yang baik dalam masalah ini, beliau senantiasa beristighfar kepada Allah SWT sekalipun beliau makshum dari segala perbuatan dosa, dan telah diampuni dosa-dosanya oleh Allah baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa istighfar selalu senantiasa melekat pada diri seorang mukmin sekalipun dia tidak melakukan perbuatan dosa, terlebih jika dia telah terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Karenanya, sudah selayaknya bagi kita kaum mukminin untuk senantiasa membasahi lisan kita dengan istighfar, di manapun dan kapanpun kita berada (kecuali pada tempat-tempat yang dilarang untuk berdzikir). Dan sekali-kali tidak akan binasa orang-orang yang senantiasa beristighfar kepada Allah.
Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. Al-Anfal: 33).
Pengertian Istighfar
Istighfar dalam pengertian bahasa adalah memohon ampunan
atas segala dosa yang dilakukan oleh seorang hamba dengan upaya
untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Hal ini dapat dilakukan
baik dengan perkataan maupun perbuatan, beberapa ulama mengungkapkan
istighfar berasal dari kata "al-ghafar" yang berarti "as-
satr/menutup" untuk itu dinamakan istighfar karena mengandung ma'na
menutupi sebagaimana firman Allah :

وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni
(mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun: 14)
Sedangkan dalam Al-Qur’an istighfar mempunyai beberapa pengertian
diantaranya:
1. Al-Islam: Para Ahli Tafsir seperti Mujahid dan `Akramah
mengartikannya demikian berdasarkan pada ayat yang berbunyi:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada
di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka,
sedang mereka meminta ampun.” (QS. Al-Anfal: 33)
2. Doa: Ulama yang lain mengartikannya dengan do'a, setiap do'a
yang berisikan permohonan ampunan disebut istighfar, antara do'a dan
istighfar mempunyai kekhususan dan keumuman. Istighfar menjadi
khusus jika dilakukan dengan perbuatan (al-istighfar bil a'maal)
sebagaimana do'a menjadi khusus jika berisikan bukan permohonan
ampunan.
3. Taubat: Banyak diantara kita mengartikan Istighfar dengan
taubat, seperti diatas keduanya mempunyai kekhususan dan
keumuman. Istighfar: Memohon ampunan dan perlindungan dari perbuatan
dosa dimasa lampau. Taubat: Kembali dan memohan perlidungan dari
perbuatan dosa yang sama dimasa yang akan datang. Ibnul Qoyyim
berpendapat Istighfar dua bagian, Istighfar mufrad dan Istighfar
yang diiringi dangan Taubat (maqrun). Pertama seperti ungkapan Nabi
Nuh terhadap kaumnya,
َفقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
“Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Rabbmu,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” (QS. Nuh:10)
Yang kedua seperti firman Allah:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat
kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada
waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap
orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari
kiamat.” (QS. Huud: 3)

Hukum Istighfar
Istighfar merupakan suatu ibadah yang mulia dan salah satu
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, baik hal tersebut untuk
dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Bagaimakah kedudukan hukum
Istighfar itu sendiri?
1. Mandub. Hukum istighfar pada asalnya adalah mandub/sunnah,
berdasarkan dalil Al-Qur'an dalam surat Al-Muzammil 20.

وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dalam ayat tersebut terkandung makna mandub/sunnah, karena seseorang
beristighfar bukan hanya karena dia melakukan maksiat/dosa, namun bisa
jadi beristighfar untuk dirinya sendiri, kedua orang tuanya, anak-
anaknya ataupun untuk kaum muslimin baik yang sudah meninggal maupun
yang masih hidup.”
2. Wajib. Istighfar yang dilakuan setelah berbuat dosa, seorang
hamba diwajibkan untuk segera beristighfar jika dia berbuat hal yang
dilarang oleh Allah SWT.
3. Makruh. Seperti beristighfar di belakang jenazah, karena
memang tidak ada sanadnya dan Rasulullah tidak menganjurkannya.Yang
dianjurkannya adalah beristighfar bagi mayit ketika sholat jenazah
dan setelah pemakamannya.
4. Haram. Seperti beristighfar untuk orang kafir, Istighfar
bagi mereka tidak ada manfaatnya sama sekali, disebabkan oleh
kekufuran dan kefasikannya, walaupun dia saudara dekat kita,
berdasarkan dalil dalam Al-Qur'an yang berbunyi:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ * وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman
memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun
orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas
bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
neraka jahanam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah)
untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah
diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim
bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri
dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
hatinya lagi penyantun.” (QS. At-Taubah 113-114).
Dan juga firman Allah SWT:
سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَاسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu
mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Munaafiqun:6)

Kemuliaan Istighfar
Istighfar merupakan amalan yang mulia dan senantiasa dilakukan oleh
para Rasul dan waliyullah, berikut beberapa kemulian istighfar :
1. Pujian Allah terhadap Al-Mustaghfirin (mereka yg selalu
beristighfar), Allah SWT memuji mereka sebagaimana termaktub dalam
firman-Nya:
الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَار
“(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang
menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di
waktu sahur. ” (QS. Ali-`Imron: 17)
Dan juga firman Allah:
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS. Adz-
Dzariyaat: 18)
“Ashar” adalah bentuk plural “Sahr” yang berarti
sepertiga malam, waktu ini dikhususkan dengan istighfar, karena
berdo'a diwaktu tersebut amat sangat mustajab.
2. Nabi Muhammad SAW selalu melakukannya. Sebagaimana yang
kita ketahui dari sirahnya bahwa Rasulullah SAW selalu melakukan perbuatan
yang terbaik (afdhal) sekaligus juga selalu mudawamah (kontinuitas)
dalam mengerjakannya, dan Istighfar salah satu amalan yang selalu
dilakukan oleh Rasullullah.
Dalam sebuah hadist Rasullullah SAW bersabda:
“Demi Allah Aku beristighfar dan bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam
sehari.” (HR. Al-Bukhari)
Jika Rasullulah SAW yang ma'shum dan dosanya
sudah diampuni baik dimasa lalu maupun di masa akan datang selalu
beristighfar seratus kali dalam sehari, bagaimana dengan kita?
3. Istighfar merupakan syi’ar para Rasul Allah, tidak ada
seorang Nabi dan Rasulpun yang tidak beristighfar dan selalu mengajak umatnya
untuk beristighfar, Nabi Adam ’Alaihissalam dan Siti Hawa beristighfar atas
dosa yang telah mereka perbuat.
Allah SWT berfirman, tentang keduanya berkata:
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنْ الْخَاسِرِينَ
“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 23)
4. Istighfar merupakan asas ubudiyah. Ketika seorang hamba
beristighfar dia akan merasakan betapa hina dan rendah dirinya, akan
selalu merasakan bahwasanya dia tidaklah ada apa-apanya dibanding
Sang Khalik dan amat sangat membutuhkan-Nya dalam mengarungi bahtera
kehidupan. Maka dianjurkan dalam beristighfar untuk merendahkan
diri, ikhlas kepada-Nya dan tentunya istighfar tersebut tidak hanya
sekedar terucap dengan bibir saja namun hatipun harus digerakkan.
5. Dalam Istighfar ada maslahat yang tidak diketahui oleh
seorang hamba.
Para ulama salaf berkata, “Dosa seorang hamba bisa
membawanya ke jannah, dan amal seorang hamba bisa membawanya ke neraka.”
Mereka berkata: “Bagaimana hal ini bisa terjadi?” Ketika seorang hamba
berbuat dosa, setiapkali mengingatnya dia menangis, menyesal dan
akhirnya bertaubat dan beristighfar, tunduk kepada-Nya berusaha
melakukan perbuatan baik tanpa mengulangi lagi dosa tersebut, maka dia
akan mendapatkan rahmat-Nya dan masuk jannah. Sebaliknya ketika dia
berbuat baik, kemudian riya’, sombong, ta’jub atas pujian orang
kepadanya, maka dia akan mendapat kemurkaan Allah dan akhirnya masuk
neraka. Tanda-tanda kebahagian adalah menjadikan perbuatan baik
berada dibelakang punggungya dan perbuatan dosa didepan pelupuk mata
Sebaliknya tanda-tanda kesengsaraan adalah menjadikan perbuatan baik
dipelupuk mata dan kejelekannya dibelakang punggungnya. Alangkah
beruntungnya seseorang yang sibuk dengan aibnya sendiri dan
memperbaikinya serta melupakan aib orang lain.
Semoga Allah SWT memasukkan kita ke dalam golongan mustaghfirin (orang-orang yang senantiasa beristighfar kepada-Nya), dan orang-orang yang senantiasa menjadikan dosa-dosanya berada di pelupuk matanya dan kebaikan-kebaikannya berada di belakang punggungnya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa memperbanyak Istighfar maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan, dan memberinya jalan keluar bagi kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duga.” (HR. Abu Dawud).
Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Wa Shallallahu ‘Ala Muhammadin wa ‘Ala Alihi wa Ashhabihi Ajma’in.

Reference:
1. Ahammiyatul Istighfar, Ali bin Nayif Asy-Syahud.
2. Al-Istighfar, Wa Tsamaratuhu Al-‘Ajilah wal Ajilah, Muhammad bin Ali Al-‘Arfaj.
3. Keutamaan Istigfar; Ustadz Ali Halim. www.pesantrenvirtual.com
4. Dan lain-lain.

JANGAN PERNAH ENGKAU REMEHKAN SHOLAT

"Sesungguhnya sholat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa', 4:103)
Abu Hurairah RA meriwayatkan, "Setelah Isya' aku bersama Umar bin Khattab RA pergi ke rumah Abu Bakar AsShiddiq RA untuk suatu keperluan. Sewaktu melewati pintu rumah Rasulullah SAW, kamimendengar suara rintihan. Kami pun terhenyak dan berhenti sejenak. Kami dengar beliau menangis dan meratap." "Ahh..., andaikan saja aku dapat hidup terus untuk melihat apa yang diperbuat oleh umatku terhadap sholat. Ahh..., aku sungguh menyesali umatku."

"Wahai Abu Hurairah, mari kita ketuk pintu ini", kata Umar RA. Umar kemudian mengetuk pintu. "Siapa?" Tanya Aisyah RA. "Aku bersama Abu Hurairah". Kami meminta izin untuk masuk dan ia mengizinkannya. Setelah masuk, kami lihat Rasulullah SAW sedang bersujud dan menangis sedih, beliau berkata dalam sujudnya: "Duhai Robbku, Engkau adalah Waliku bagi umatku, maka perlakukan mereka sesuai sifat-Mu dan jangan perlakukan mereka sesuai perbuatan mereka". "Ya Rasulullah, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu. Apa gerangan yang terjadi, mengapa engkau begitu sedih?".

"Wahai Umar, dalam perjalananku ke rumah Aisyah sehabis mengerjakan sholat di mesjid, Jibril mendatangiku dan berkata, "Wahai Muhammad, Allah Yang Maha Benar mengucapkan salam kepadamu," kemudian ia berkata, "Bacalah!" "Apa yang harus kubaca?" "Bacalah: "Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan hawa nafsunya, mereka kelak akan menemui kesesatan." (QS. Maryam, 19:59)
"Wahai Jibril, apakah sepeninggalku nanti umatku akan mengabaikan sholat?" "Benar, wahai Muhammad, kelak di akhir zaman akan datang sekelompok manusia dari umatmu yang mengabaikan sholat, mengakhirkan sholat (hingga keluar dari waktunya), dan memperturutkan hawa nafsu.
Bagi mereka satu dinar (uang) lebih berharga daripada sholat." Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA.

Abu Darda` berkata, "Hamba Allah yang terbaik adalah yang memperhatikan matahari, bulan dan awan untuk berdzikir kepada Allah, yakni untuk mengerjakan sholat."
Rasulullah SAW bersabda: "Wahai Abu Hurairah, perintahkanlah keluargamu untuk sholat, karena Allah akan memberimu rezeki dari arah yang tidak pernah kamu duga."
Atha' Al-Khurasaniy berkata, "Sekali saja seorang hamba bersujud kepada Allah di suatu tempat di bumi, maka tempat itu akan menjadi saksinya kelak di hari kiamat. Dan ketika meninggal dunia tempat sujud itu akan menangisinya."
Sekarang masihkah kita remehkan sholat.. maka jangan pernah engkau remehkan sholat. (RED)

Renungkanlah

Posted by newydsui Thursday, November 12, 2009 0 comments

Baru untuk maju, yang berlalu sebagai ukuran mutu.

30 Ribu tentara Pakistan Buru Taliban

Posted by newydsui Sunday, November 1, 2009 0 comments

30 Ribu tentara Pakistan Buru Taliban

Memasuki hari kedua operasi pembersihan militan Taliban di selatan Waziristan pada Minggu (18/10/2009), pasukan keamanan berhasil menewaskan sebelas militan. ''Dalam 24 jam terakhir, dilaporkan 60 mujahidin meninggal dalam operasi Rah-e-Nijat,'' ujar militer Pakistan seperti dikutip AFP.
Tentara maupun militan saling serang. Tentara Pakistan menjatuhkan bom dari jet di kawasan Ladha dan Makeen di wilayah utara guna melindungi rekannya di darat. Taliban membalas dengan meluncurkan roket dan senjata berat di kawasan Sharwangi, area yang sulit disentuh karena berada di hutan pegunungan. Pertempuran juga terjadi di luar wilayah Spinkai Raghzai dan Kalkala. ''Perlawanan tak sekeras yang kami duga. Mungkin karena kami masih bergerak dan tidak menjangkau benteng Taliban seperti Kotkia, Makin, Ladha, dan Kanigurram,'' ujar militer kepada AFP.
Kurang lebih 30.000 tentara diterjunkan ke selatan Waziristan untuk membersihkan kawasan tersebut. Wilayah itu diperkirakan menjadi pusat gerakan 10.000 hingga 12.000 militan lokal dan 1.500 warga asing yang sebagian besar berasal dari Asia Tengah.
Pasukan keamanan Pakistan ingin merebut wilayah seluas 3.310 kilometer persegi atau separo luas wilayah di selatan Waziristan yang dikuasai Taliban. ''Operasi akan berlanjut hingga tujuan tercapai. Pasukan telah memblokade seluruh pintu masuk dan keluar di Waziristan,'' tutur Juru Bicara Angkatan Darat Mayor Jenderal Athar Abbas. (Roy/Jawa Pos)

Amerika Serikat Habiskan 1,3 Milyar Dolar Di Afghanistan

Meskipun Washington berkeberatan pada pilihan tentang pengiriman lebih banyak pasukan ke Afghanistan, namun militer AS tetap menghabiskan miliaran dolar untuk memperbaiki basis-basis militernya di negara tersebut. Washington Post melaporkan dalam edisi Minggu (18/9) bahwa militer AS akan menghabiskan 1,3 miliar dolar untuk lebih dari 100 proyek di seluruh Afghanistan.
Sekitar 30 juta dolar akan dibelanjakan untuk basis militer utama AS yang terletak di kota Bagram, utara Afghanistan untuk membangun terminal penumpang dan kargo yang berdekatan fasilitas untuk menangani aliran pasukan. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa infrastruktur Afghanistan dapat mendukung AS dan pasukan NATO selama bertahun-tahun yang akan datang.
Militer AS telah menghabiskan sekitar 2,7 milyar dolar untuk konstruksi selama tiga tahun terakhir. Langkah ini muncul seiring dengan defisit anggaran yang dialami Washington pada tahun 2009 dengan rekor 1,4 triliun dolar. (Roy/arrahmah.com)

AGAR PRASANGKA TIDAK BERBUAH DOSA
Oleh: Ummu Hanan Dzakiyya

Seorang wanita sedang menunggu di bandara. Masih ada beberapa menit sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk mengisi waktu, ia membeli buku dan sebungkus kue. Lalu mencari tempat untuk duduk.
Sambil duduk wanita itu membaca buku yang barusan dibelinya. Dalam keasyikannya, ia melihat seorang lelaki yang duduk di sebelahnya dengan berani mengambil satu, dua kue yang ada diantara mereka berdua.
Wanita tersebut mencoba diam, ia biarkan lelaki tersebut melancarkan aksinya, agar tidak terjadi keributan. Dalam hati ia hanya bergumam, “Kalau aku bukan orang baik, sudah aku pukul dia.”
Setiap ia mengambil satu kue, lelaki itu juga mengambil satu kue. Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu.
Ternyata, lelaki itu mengambil kue terakhir dan membaginya menjadi dua. Yang separo kue ia tawarkan kepada wanita tersebut sedangkan yang separonya lagi ia makan.
Si wanita pun merebut kue tersebut dengan kasarnya sambil bergumam dalam hati, “Ya Allah, berani sekali orang ini, dasar pencuri!.” Belum pernah rasanya ia kesal seperti hari itu.
Akhirnya ia bisa menghela nafas lega setelah mendengar bahwa pesawat akan segera berangkat. Dengan tergesa ia menuju pesawat dan mencari tempat duduknya. Setelah itu ia mencari buku yang tadi belum selesai dibacanya.
Saat merogoh tasnya, ia menahan nafas dengan kaget. Disitu ada sebungkus kue miliknya, masih utuh!. Koq milikku masih disini?.. Lha tadi yang saya makan?.. Ia baru tersadar bahwa tadi ia belum mengeluarkan kue dari tasnya. “Jadi kue tadi berarti milik si lelaki yang mencoba berbagi, namun aku sangka seorang pencuri?” Sesalnya dalam hati.


Terlambat untuk minta maaf. Ternyata, sesungguhnya dialah yang tidak tahu berterimakasih, dialah sejatinya yang mencuri.

Barangkali kisah seperti ‘pencuri roti’ diatas acap kita jumpai di sekitar kita. Suami menyalahkan istri dan anak-anaknya, atasan memarahi bawahannya atau tidak jarang bapak guru membentak-bentak murid-muridnya, karena suatu permasalahan yang kadang belum jelas penyebabnya. Hal itu terjadi karena mereka melihat orang lain dengan ‘kaca mata’ yang dikenakannya. Sehingga yang terjadi, muncullah perasaan bahwa dialah yang paling benar sedang orang lainlah yang salah. Orang lainlah yang berdosa. Orang lainlah yang membuat masalah dan orang lainlah yang perlu mendapatkan hukuman. Padahal sejatinya dialah yang bersalah, dialah yang berdosa dan dialah mestinya yang berhak mendapatkan hukuman.
Perasaan bahwa orang lain telah berbuat salah padahal belum jelas kebenarannya, itulah yang disebut dengan su’udhan atau buruk sangka. Su’udhan adalah penyakit hati kronis yang perlu untuk segera diobati. Karena dari sanalah pintu-pintu dosa dan kemaksiatan bermula. Berapa banyak pertikaian terjadi hanya karena buruk sangka. Berapa banyak tali ukhuwah yang terputus dan nyawa melayang hanya gara-gara penyakit yang satu ini.

Melihat cermin diri dan menghiasinya dengan husnudhan
Dalam rentang kehidupan kita, akan selalu kita temui beragam karakter manusia yang selalunya tak sama satu dengan yang lainnya. Adakalanya menyenangkan dan tak jarang pula menyedihkan, bahkan membuat kita kesal dan terluka. Apalagi jika kita tak pandai bercermin diri dan selalu melihat orang lain dengan kaca mata diri kita, niscaya yang terjadi tak kan ada seorang pun yang benar di mata kita. Kita akan selalu hidup dalam prasangka dan prasangka. Padahal sejatinya jika kita mau senantiasa introspeksi diri dan mengedepankan sifat husnudhan dalam menyikapi segala kejadian yang melintas di hadapan kita, niscaya kita tidak akan mudah terjerumus ke dalam penyakit yang satu ini.
Ketika ada tetangga lewat tanpa menegur kita, eloklah kita berjaga jangan-jangan saya yang tidak melihat atau mendengar tatkala ia menegur kita. Ketika suami pulang terlambat, jangan terburu menerornya dengan berbagai sangkaan. Akan lebih baik kita tenangkan hati dengan kalimat, ‘Oh, barangkali suamiku lembur malam ini dan nggak sempat kasih kabar ke rumah, atau pulsanya habis untuk sekedar berkirim sms’, atau kalimat apa saja yang membuat hati kita tenang di buatnya.

Tabayyun dengan bahasa yang santun
Jika semua usaha di atas sudah ditempuh, prasangka buruk tak juga hengkang dari hati, akan lebih baik jika kita ber’tabayyun’ terhadap orang yang bersangkutan sehingga permasalahan menjadi jelas dan kesalah pahaman bisa terlibas. Kita ‘sharingkan’ segala keraguan dan kegundahan hati kita terhadap orang yang bersangkutan dengan bahasa yang santun.

Sadar akan bahaya agar tidak terjerumus dalam dosa

Allah SWT telah memperingatkan kita akan bahaya prasangka dalam firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa…” (Al Hujuraat: 12)
Rasulullah juga telah mewanti-wanti kita dengan sabda-Nya:
إياكم والظن؛ فإن الظن أكذب الحديث
“Jauhilah oleh kalian prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah sedusta-dusta perkataan.” (HR. Mutafaqun ‘Alaih)
Bakar bin Abdullah berkata: “Dan janganlah melakukan perbuatan yang jika kalian benar tidak mendapatkan pahala dan jika salah mendapat dosa.” Ada yang bertanya, “Amalan apa itu?” Dia menjawab, “Su’udhan kepada manusia. Jika kalian benar tidak mendapatkan pahala sedang jika salah berdosa.”
Jika pahala tak akan pernah di dapat sementara dosa berkemungkinan merapat, masihkah kita rela berhias dengan prasangka?. Wallahu Musta’an.

BERHARAP SYAFAAT NABI MUHAMMAD
Oleh: Imtihan Asy Syafi'i, MIF

Di akhirat nanti, dengan kelembutan dan kemurahan-Nya, Allah mengizinkan sebagian hamba-Nya yang shalih, yang terdiri dari para rasul, malaikat, dan orang-orang yang beriman untuk memberi syafaat bagi sebagian orang yang berdosa. Yang demikian untuk menunjukkan karamah yang Allah berikan kepada orang-orang yang memberi syafaat dan sekaligus menunjukkan kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang diberi syafaat.

Seperti halnya banyak masalah akidah lainnya, sebagian orang menolak syafaat secara mutlak dan sebagian yang lain menetapkannya secara mutlak, bahkan syafaat dari berhala yang mereka sembah. Ahlussunnah wal jamaah berada di antara keduanya. Mereka yang menolak syafaat mentah-mentah berpijak pada makna tekstual teks beberapa ayat tanpa mengindahkan penafsiran para ulama/mufassir. Bahkan hadits-hadits Nabi saw yang menjelaskan masalah syafaat, tidak mereka pandang, meski dengan sebelah mata.
Di antara ayat-ayat yang mereka jadikan pijakan adalah:
"Maka tidak berguna bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat." (Q.S. al-Muddatstsir: 48)
"… dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafaat kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong." (Q.S. al-Baqarah: 123)

Para ulama/mufassir menerangkan, yang dinegasikan oleh Allah di dalam ayat-ayat di atas adalah syafaat bagi orang-orang musyrik; syafaat yang tidak diizinkan dan tidak diridhai oleh Allah.

Sedangkan mereka yang menetapkan syafaat secara ekstrim membangun keyakinan mereka tanpa ilmu. Tentang mereka Allah berfirman,
"Selain menyembah Allah, Mereka menyembah apa yang tidak dapat mendatangkan mudarat kepada mereka dan tidak (pula) mendatangkan manfaat. Mereka berkata, 'Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada Kami di sisi Allah.'." (Q.S. Yunus: 18)
Adapun Ahlussunnah, mereka menetapkan syafaat yang ditetapkan oleh Allah dan Rasulullah saw.

Macam-macam Syafaat
Disebutkan dalam banyak hadits—hadits tentang syafaat mencapai derajat mutawatir—bahwa kelak Rasulullah saw. akan memberikan delapan macam syafaat. Kedelapan macam syafaat itu adalah:
1. Syafa'at 'Uzhma (syafaat teragung), yakni syafaat yang diberikan oleh Rasulullah saw. kepada semua mukallaf saat mereka berada di Mahsyar. Inilah yang disebut dengan Maqam Mahmud.
2. Syafaat Rasulullah saw. untuk orang-orang yang memiliki timbangan kebaikan sama dengan timbangan keburukannya, sehingga mereka langsung masuk surga.
3. Syafaat Rasulullah saw. untuk orang-orang yang mestinya masuk neraka, sehingga mereka tidak masuk neraka.
4. Syafaat Rasulullah saw. untuk para penghuni surga, sehingga derajat surga yang mereka terima dinaikkan.
5. Syafaat Rasulullah saw. untuk orang-orang yang mestinya masuk surga dengan hisab, sehingga mereka masuk surga tanpa hisab.
6. Syafaat Rasulullah saw. bagi sebagian penghuni neraka supaya siksa untuk mereka diringankan; seperti yang diberikan kepada Abu Thalib. Syafaat ini juga hanya dimiliki oleh Rasulullah saw.
7. Syafaat Rasulullah saw. bagi calon penghuni surga, sehingga mereka diperkenankan memasukinya.
8. Syafaat Rasulullah saw. bagi para pelaku dosa besar dari umatnya yang disiksa di neraka sehingga mereka dikeluarkan darinya.
Syafaat yang pertama, keenam, dan ketujuh adalah kekhususan Rasulullah saw. Nash-nash syar'i menunjukkan, hanya beliau yang diberi izin oleh Allah untuk memberikan ketiganya. Adapun syafaat yang lain, selain untuk beliau, Allah juga mengizinkan kepada para malaikat dan orang-orang shalih untuk memberikannya.

Syarat Syafaat
Menurut Ahlussunnah tidak ada syafaat kecuali dengan terpenuhinya dua syarat:
Pertama, izin dari Allah bagi syafi' (pemberi syafaat). Dasarnya adalah firman Allah,
"Syafaat di sisi Allah tidak berguna, melainkan (syafaat) orang yang telah diizinkan-Nya." (Q.S. Saba`: 23)
Mereka yang diizinkan oleh Allah adalah para malaikat, para nabi, dan orang-orang shalih. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"Setiap nabi memiliki doa mustajab (yang pasti dikabulkan). Setiap nabi menyegerakan doanya, sedangkan aku, kusimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku pada hari Kiamat. Syafaatku akan sampai, insya Allah, kepada siapa saja dari umatku yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu."
Mengenai syafaat para malaikat dan orang-orang yang beriman, Imam Ahmad bin Hanbal dan 'Abdurrazzaq meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"Kemudian Allah berfirman, 'Para malaikat telah memberi syafaat, para nabi telah memberi syafaat, dan orang-orang yang beriman pun telah memberi syafaat. Tidak ada yang tersisa selain Arhamurrahimin (Allah).'"
Kedua, ridha Allah bagi orang yang diberi syafaat. Dasarnya adalah firman Allah,
"Mereka tidak memberi syafaat melainkan untuk orang yang diridhai Allah." (Q.S. al-Anbiya`: 28)

Mereka yang mendapatkan syafaat
Orang-orang yang berhak mendapat ridha Allah sehingga mereka berhak mendapatkan syafaat adalah adalah orang-orang yang:
Pertama, bertauhid. Orang-orang yang musyrik dan kafir tidak berhak mendapatkan syafaat. Allah berfirman,
"Syafaat orang-orang yang (diizinkan memberi syafaat) tidak bermanfaat bagi mereka." (Q.S. al-Muddatstsir: 48)
Kedua, membaca al-Qur`an. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Umamah al-Bahiliy ra bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya pada hari Kiamat ia akan datang untuk memberi syafaat bagi orang yang membacanya."
Ketiga, membaca doa setelah adzan. Imam al-Bukhariy meriwayatkan dari Jabir bin 'Abdullah bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa setelah mendengar adzan membaca,
'Ya Allah, Rabb seruan yang sempurna dan shalat yang tegak ini, berikanlah wasilah dan fadhilah untuk Muhammad. Dirikanlah untuknya maqam mahmud yang Engkau janjikan.'
niscaya dia akan mendapatkan syafaat dariku pada hari Kiamat."
Keempat, tinggal di Madinah. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudriy ra, Ibnu 'Umar ra, dan Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tidaklah seseorang bersabar atas kerasnya Madinah sehingga dia meninggal di dalamnya, kecuali aku akan memberi syafaat atau menjadi saksi baginya pada hari Kiamat."
Kelima, ketika dia meninggal, sekelompok orang Islam menyalatinya. Imam Muslim meriwayatkan dari 'Aisyah ra dan Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tidaklah seseorang yang meninggal dunia dishalati oleh orang-orang Islam yang jumlahnya mencapai 100, semuanya memintakan syafaat untuknya, kecuali permintaan syafaat mereka akan dikabulkan."
Wallahu a'lam.

HEPATITIS

Posted by newydsui 0 comments

HEPATITIS
oleh : dr. Mety

Hepatitis adalah penyakit infeksi pada hati yang memiliki banyak jenis , sehingga mempunyai dampak yang beragam pula. Ada yang dapat sembuh dalam jangka waktu tertentu, namun ada juga yang dapat berlanjut menjadi karsinoma hati. Apa sajakah itu??

MACAM HEPATITIS DAN CARA PENULARAN

1. Hepatitis A

Hepatitis A dapat terjadi di seluruh dunia, dan hepatitis jenis ini merupakan hepatitis akut yang paling sering muncul di indonesia, yang biasa dikenal dengan nama sakit kuning, penyebabnya adalah virus hepatitis A ( HAV ).

Virus hepatitis A bisa menyebar lewat kotoran manusia. Kondisi lingkungan dan sanitasi yang kurang baik, bisa menyebabkan virus berpindah ke makanan dan minuman. Itu sebabnya setiap orangtua perlu mengawasi pola jajan buah hatinya, karena sangat mungkin anak-anak yang kerap jajan sembarangan, mengudap jajanan yang telah terjangkiti virus hepatitis A.

2. Hepatitis B

Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B ( HBV ) yang menduduki posisi penting karena dapat menyebabkan penyakit hati kronik termasuk sirosis hepatis serta kanker hati, dimana kedua penyakit ini pada akhirnya akan berujung pada kematian.
Penularan virus Hepatitis B dapat terjadi melalui jarum suntik, jarum infus, jarum donor, serta peralatan transfusi darah yang seharusnya sekali pakai langsung dibuang (disposable syringe), namun mungkin dipakai ulang. Kemungkinan lain lewat jarum tindik, jarum tato, yang belum tentu disterilisasi setiap kali habis dipakai. Begitu pula dengan jarum akupunktur jenis bukan sekali pakai, dan tidak disterilisasi dulu setiap kali dipakai. Jangan lupa, virus Hepatitis B juga tanpa diduga bisa ditularkan lewat peralatan dokter gigi dan peralatan dokter bedah, jika sterilisasi peralatannya kurang sempurna.

Selain hal di atas, penularan hepatitis B dapat juga akibat hubungan yang erat, seperti melalui hubungan seks, sehingga dapat menular pada pasangannya, sehingga nantinya anak-anaknya dapat terkena penyakit ini karena hepatitis B juga menular melalui proses persalinan bayi. Berbeda dengan AIDS yang sampai sekarang masih belum bisa dicegah dengan vaksinasi, setiap orang sudah bisa dikebalkan terhadap bahaya penularan virus Hepatitis B. Namun, yang menjadi masalah, tidak setiap orang menganggap perlu imunisasi, atau tidak merasa perlu minta vaksinasi, walau berisiko tinggi tertular Hepatitis B. Jika ada orang serumah yang positif Hepatitis B, misalnya, seluruh anggota keluarga mestinya tidak abai untuk perlu minta vaksinasi

3. Hepatitis C

Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C ( HCV ). Sama seperti hepatitis B, hepatitis C juga dapat menular melalui hubungan seks, penggunaan jarum suntik bergantian pada pemakai narkoba, atau lewat transfusi darah.

GAMBARAN KLINIS HEPATITIS AKUT

Gambaran klinis hepatitis virus bervariasi, mulai dari yang tidak merasakan apa-apa atau hanya mempunyai keluhan sedikit saja sampai keadaan yang berat. Pada hepatitis yang tidak diawali oleh ikterik keluhan yang dirasakan sangat ringan dan samar-samar, umumnya malas makan dan gangguan pencernaan. Air kencing tampak berwarna seperti teh tua dan bila dikocok akan memperlihatkan busa berwarna kuning kehijauan. Tetapi kasus yang paling sering ditemukan adalah hepatitis akut yang mengalami stadium ikterik. Biasanya perjalanan jinak dan akan sembuh dalam waktu kira-kira 8 minggu. Untuk membedakan penyebab virus hepatitis akan dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium. Pada hepatitis akut ini sebenarnya dapat sembuh dengan penatalaksanaan memadai dan pasien memiliki daya tahan tubuh kuat. Namun, jika hasil pemeriksaan darah menunjukkan tanda-tanda kecenderungan penyakit memburuk, perjalanan penyakit umumnya akan berlangsung terus memburuk lebih dari 6 bulan menjadi hepatitis kronik dengan segala komplikasinya.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan hepatitis akut ini terdiri dari istirahat, pengaturan makanan yang bergizi, serta obat obatan. Apabila terdapat gejala yang mencurigakan hepatitis akut, segera periksakan ke tenaga medis terdekat serta dibarengi dengan istirahat yang cukup, dan pengaturan makanan.

PENCEGAHAN

Agar dapat memproteksi diri dari hepatitis, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Menjaga kebersihan tempat buang air besar, sanitasi dan lingkungan rumah
2) Mintalah selalu alat suntik yang baru dari tenaga medis
3) Menggunakan jarum akupunktur, jarum tindik , alat transfusi serta alat infus yang betul-betul baru
4) Mengutamakan kesterilan alat bagi tenaga medis yang hendak melakukan tindakan medis apapun, baik itu menyuntik, tindakan bedah mayor atau minor, termasuk saat menolong persalinan.
5) Melakukan vaksinasi
6) Usahakan si kecil tidak jajan di sembarang tempat

Wallohu a’lam bish-showab.

Mahalnya sebuah pengertian
Oleh: Abu Faza

Pada zaman kekhalifahan Umar Al-Khattab, terdapat sepasang suami isteri seringbertengkar. Isteri tidak henti-henti nya mengomel. Waktu memasak ia ngomel, saat mencuci ia ngomel, saat santai atau sibuk ia tak henti-hentinya mengomel dan menyalahkan suaminya. Bahkan hendak beranjak tidyrpun ia ngomel, tak ada waktu kecuali selalu ngomel. Lama kelamaan suami tidak tahan dengan perangai isterinya. Dia pun marah kepada isterinya karena sering mengomel. Isteri tidak tinggal diam ketika dimarahi suaminya, ia membalas kemarahan suami dengan suara lebih tinggi. Karena tidak tahan dengan kata-kata istrinya, akhirnya suami semakin tidak sabar dan menjadi sangat murka dangan kelakuan istrinya.

Dari situlah mereka bertengkar hampir setiap hari. Lama kelamaan suami merasa bahwa isterinya sudah melampau batas. Memandang rumahtangganya semakin parah, suami mengambil inisiatif untuk berjumpa dengan kholifah Umar bin Khottob dalam rangka mengadu kelakuan isterinya. Sesampai di depan rumah Umar bin Khottob, suami tadi mendengar isteri Umar bin Khottob sedang ngomel-ngomel di dalam rumah. Tetapi tidak terdengar suara Umar membalas omelan istrinya. Mendapati isteri Umar ternyata juga begitu, suami tidak jadi mengadukan isterinya kepada Umar bin Khottob. Dalam hati ia berguman, kalau isteri Khalifah begitu, apalagi isteriku”.

Ketika dia berbalik hendak pergi, tiba-tiba Umar bin Khottob memanggilnya dan bertanya, “Apa kebutuhanmu datang ke mari?” suami tadi menjawab, “Aku datang hendak mengadu hal isteriku, tapi aku melihat isterimu pun berkelakuan demikian terhadapmu”. Umar bin Khottob tersenyum lalu berkata, “Tidak patut kalau aku tidak sabar dengan omelannya. Bukankah dia telah memasak untukku, mencuci pakaianku, menjaga dan mendidik anak-anakku dan dia tempat aku mendapat hajatku? Sabarlah, sesungguhnya kejadian itu tidak lama (nanti akan baik sendiri)”.

Sepenggal kisah ini patut kita jadikan sebagai pelajaran. Sebagai suami, kita perlu memainkan peranan “senyap” sebagai reverse psychology dalam membentuk rumah tangga yang bahagia. Tapi Ingatlah wahai isteri. Suami adalah pemimpin, perlu dihormati dan ditaati pada perintah yang tidak melanggar syariat. Jagalah ia, sayangilah ia, dan balas kebaikannya dengan sikapmu yang lemah lembut serta penuh perhatian maka suamipun akan lebih mencintaimu. Suami juga manusia, ada kalanya silap kata, ada nafsu, ada terpengaruh dengan hasutan syaitan, dan sebagainya yang kadangkala perlu ditegur, diingatkan dengan sesopan mungkin. Sebab itulah, di belakang setiap lelaki yang sukses ada perempuan (isteri) yang membantunya.

Menikahlah, Dan Engkau Akan Kaya
Oleh: Tengku Azhar, Lc


Prolog
Bukan sedekah aja yang membuat kita kaya. Tetapi menikah juga akan menjadikan kita kaya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) dan lagi Maha mengetahui.” (QS. An-Nuur: 32).
Demikianlah janji Allah bagi orang-orang yang menikah, dan sekali-kali Allah tidak akan mengingkari janji-Nya.

Menikah Adalah Tuntunan Fitrah
Setiap lelaki dan wanita normal tentu memiliki fitrah untuk berkeinginan menikah. Mereka tidak akan pernah bisa merasakan ketenangan dan kebahagiaan kecuali setelah keinginan yang dibawa sejak lahir, yang bisa merekatkan di antara mereka berdua, ini terpenuhi. Mereka tentu memiliki keinginan untuk itu. Dan jiwa mereka tidak akan pernah tenteram dan damai kecuali setelah impiannya ini terwujud.
Allah berfirman,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepada mereka, dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum: 21)
Allah juga berfirman,
“Dialah yang menciptakan kalian dari diri yang satu, dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.” (QS. Al-A’raf: 189)
Islam tidak pernah berkeinginan memusnahkan fitrah dan mengingkari watak dasar yang telah diciptakan oleh Allah pada diri manusia ini. Bahkan dia justru menganjurkan mereka untuk memenuhinya, namun harus tetap dalam bingkai syariat Islam. Syariat yang bisa mengatur dan menertibkan gejolaknya, sehingga pada akhirnya nanti, tujuannya bisa tercapai. Yang demikian itu karena Allah menciptakan naluri ini pada manusia dengan memiliki tujuan yang lebih penting dari hanya sekedar memenuhi dan menuntaskan keinginan mereka tersebut.
Anjuran untuk memenuhi dan menuntaskan keinginan untuk mendapatkan kenikmatan itu, pada hakikatnya adalah sekadar sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan Allah swt menciptakan manusia.
Manusia adalah pengemban tugas kerisalahan, dan mereka pula yang dipercaya untuk mengelola dunia ini dengan cara memakmurkannya sesuai dengan kehendak-Nya. Sebuah bentuk tugas pemakmuran yang diwarisi dari generasi ke generasi, hingga akhirnya Allah kembali mewarisi dunia ini di hari Kiamat nanti.

Manusia tidaklah sama dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya, yang tidak dibebani tugas apapun oleh-Nya. Manusia diciptakan untuk melakukan kemanfaatan-kemanfaatan yang terus berkesinambungan dan untuk merealisasikan misi-misi tertentu sampai misi tersebut berakhir. Bahkan manusia adalah makhluk yang paling utama, kalau tidak boleh dikatakan bahwa alam semesta ini diciptakan hanya untuk mereka. Allah telah menundukkan seluruh makhluk-Nya agar bisa diperbantukan oleh mereka dalam rangka melaksanakan risalah-Nya.

Menikahlah Dan Engkau Akan Kaya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kalian dan orang-orang yang layak untuk menikah dari hamba-hamba sahaya kalian yang laki-laki dan hamba-hamba sahaya kalian yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) serta Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur: 32)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh menikahkan orang-orang yang sendirian. Kata “Al-Ayama” adalah bentuk jamak dari kata “ayyimun”, yang artinya adalah lelaki yang tidak memiliki istri atau wanita yang tidak memiliki suami. Penulis Mu’jam Matnul Lughah mengatakan, “Ayyimun dari kalangan wanita adalah gadis atau janda yang tidak memiliki suami lagi, baik karena telah dicerai atau karena telah ditinggal mati. Bentuk jamaknya adalah “Ayayim dan Ayama”. Kedua kata ini bisa juga diberlakukan untuk para lelaki. Dia juga memiliki pengertian wanita yang telah memiliki suami kemudian suaminya itu meninggal dunia. Pengertian ini bisa diberlakukan kepada para lelaki yang telah memiliki istri, lalu istri mereka tersebut meninggal dunia, sementara mereka sendiri masih muda.”

Ayat tersebut juga menganjurkan untuk menikahkan budak-budak yang shalih dari kalangan lelaki serta budak-budak yang shalih dari kalangan wanita, meskipun mereka hidup dalam suasana kefakiran. Sebabnya karena kefakiran bukanlah suatu keadaan yang sengaja dibikin oleh mereka sendiri sehingga menyebabkan mereka dilekati oleh keaiban, seperti yang selama ini difahami oleh kebanyakan orang. Akan tetapi ia adalah suatu keadaan yang memang telah ditakdirkan oleh Allah, di mana keadaan itu tidak bisa didahulukan oleh Allah, di mana keadaan itu tidak bisa didahulukan ataupun diakhirkan, serta tidak bisa pula direbut ataupun dihindari. Kefakiran itu adalah semata-mata kehendak Allah.
Allah berfirman,
“Allah melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hambaNya, dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ankabut: 62)
Allah berfirman lagi,
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dari Dia pula yang menyempitkan (rizki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.” (QS. Ar-Rum: 37)
Allah berfirman lagi dalam kitab-Nya yang sempurna,
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya Rabbku melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya), akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Saba`: 36)
Allah berfirman lagi,
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)’. Dan barang apa saja yang kalian nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dan Dialah pemberi rizki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba`: 39)
Allah juga berfirman,
“Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rizki dan menyempitkannya bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman.” (QS. Az-Zumar: 52)
Untuk bisa mendapatkan dan melapangkan rizki, sesungguhnya bukanlah termasuk dalam kekuasaan manusia. Rizki tidak bisa diperbanyak jumlahnya dengan ambisi, pemerasan pikiran, kekuatan badan, dan banyaknya bekerja. Akan tetapi, dia bisa menjadi banyak adalah karena takdir Allah Yang Maha Agung dan Maha Kukuh Kekuatannya. Manusia tidak memiliki kemampuan apapun untuk bisa memperbanyak rizki itu, kecuali hanya sekadar kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang bisa menjadi media untuk itu, semisal berdagang, memproduksi aneka barang, bertani, dan sebagainya.

Pada firman Allah yang artinya ‘…jika mereka miskin, maka Allah akan menumpukan mereka…’ sesungguhnya ada janji dari-Nya untuk mengayakan orang-orang yang menikah dalam rangka menjaga kehormatan diri dan memelihara kemaluan. Dan Allah memang Maha Luas anugerah-Nya serta Maha Mengetahui. Hal yang senada juga disiratkan oleh hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-,
Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam bersabda, “Ada tiga orang yang sudah tentu akan ditolong oleh Allah: orang yang tengah berjihad di jalan-Nya, orang berhutang yang ingin melunasi hutangnya, dan orang yang menikah untuk menjaga kehormatan dirinya.” (HR. At-Tirmidzi)
Karena itu, kita mendapati syariat mendorong dan menganjurkan untuk menikah. Diriwayatkan dari al-Jama’ah, dari Ibnu Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu-,
Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam bersabda, “Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang sudah memiliki kemampuan untuk menikah, maka menikahlah! Itu karena menikah bisa lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan barangsiapa belum mampu untuk itu, maka berpuasalah! Itu karena puasa bisa menjadi benteng baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam pun melarang kaum muslimin dari tidak menikah karena ingin membujang dan hanya ingin memfokuskan diri untuk beribadah saja. Diriwayatkan dari Anas ra, bahwa ada beberapa sahabat Nabi saw yang salah seorang di antara mereka berkata, “Aku tidak akan menikah!”, yang lain berkata, “Aku akan selalu shalat malam dan tidak tidur sekejap pun!”, dan yang lainnya lagi berkata, “Aku akan selalu berpuasa dan tidak akan berbuka!” Hal itu kemudian terdengar oleh Nabi Shallallahu ‘Alahi wa Sallam, lantas beliau bersabda,
“Ada apa gerangan dengan orang-orang yang berkata begini dan begitu? Akan tetapi aku shalat dan tidur, berpuasa dan berbuka, serta menikah. Maka barangsiapa tidak menyukai sunnahku, dia bukan termasuk dari golonganku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Carilah Yang Paling Bagus Agamanya
Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam bersabda,
“Wanita itu dinikahi karena 4 (empat) perkara, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Pilihlan wanita yang memiliki agama, niscaya kedua tanganmu akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Beliau Shallallahu ’Alaihi wa Sallam juga bersabda,
”Siapa saja yang menikahi seorang wanita karena kemuliaannya, maka Allah tidak akan menambahkan kepadanya selain daripada kehinaan. Siapa yang menikahinya karena hartanya, maka Allah tidak akan menambahkan kepadanya selain daripada kemiskinan. Siapa yang menikahinya karena kedudukannya, maka Allah tidak akan menambahkan kepadanya selain daripada kerendahan. Tetapi, siapa yang menikahi wanita hanya karena ia menginginkan agar menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, atau menyambung ikatan kekeluargaannya, maka Allah akan memberkahi orang tersebut pada wanita itu dan akan memberkahi wanita itu padanya.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Ausath).
Beliau Shallallahu ’Alaihi wa Sallam juga bersabda,
”Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, barangkali kecantikannya itu akan membinasakannya. Dan janganlah kamu menikahi wanita itu karena hartanya, barangkali hartanya akan menyebabkannya durhaka. Akan tetapi, nikahilah wanita karena agamanya, sesungguhnya perempuan harqo' –yakni telinganya masuk kedalam- dan berkulit hitam legam, tapi beragama adalah lebih baik baginya.” (HR. Ibnu Majah).
Wallahu A’lamu bish Shawab

Reference:
1. Al-Qaulus Sadid Fiz Zawajis Sa’id, Syaikh Sulaiman bin Qasim Al-Faify.
2. Dua’ul ’Urs waz Zawaj, Syaikh Muhyiddin Abdul Hamid.
3. Aku Inging Nikah Tapi...., Syaikh Salman bin Zhafir Abdullah Asy-Syahri, Pustaka At-Tibyan, Solo.
4. Dan lain-lain.

RADIO DAKWAH SYARI'AH

Browser tidak support

DONATUR YDSUI

DONATUR YDSUI
Donatur Ags - Sept 2011

DOWNLOAD DMagz

DOWNLOAD DMagz
Edisi 10 Th XI Oktober 2011

About Me

My Photo
newydsui
Adalah lembaga independent yang mengurusi masalah zakat, infaq dan shodaqoh dari para donatur yang ikhlas memberikan donasinya sebagai kontribusinya terhadap da'wah islamiyah diwilayah kota solo pada khususnya dan indonesia pada umumnya.
View my complete profile

Followers