Susunan Pengurus

Posted by newydsui Tuesday, May 26, 2009 2 comments

Penasehat :

Ust. Drs Abdullah Manaf Amin

Ust. Muh. Jamaluddin

Ketua Harian

Nor Sahid

Bendahara

Hammad

Sekretaris

Fadhlun Aly

Koordinator Pengumpulan Dana

Bp. Wiryono

Produksi Buletin

Abdurrohman

Setting

Maryanto

Flu babi "Swine Flu" mulai meresahkan penduduk bumi, para kepala negara hampir di setiap belahan dunia melakukan rapat mendadak untuk mengantisipasinya. Sikap dunia yang terkesan sangat berlebihan ini dapat dimengerti, karena sejarah telah mencatat bahwa flu yang berasal dari babi ini pernah memusnahkan ± 40 juta jiwa penduduk dunia pada tahun 1918. (sumber: AFP 280409).

Babi adalah hewan yang kerakusannya dalam makan tidak tertandingi hewan lain. Ia makan semua makanan di depannya. Semua kotoran akan dilahapnya, entah kotoran manusia, hewan atau tumbuhan, bahkan kotorannya sendiri. Jika perutnya telah penuh atau makanannya telah habis, ia akan memuntahkan isi perutnya dan memakannya lagi, untuk memuaskan kerakusannya. Ia tidak akan berhenti makan, hingga muntahannya pun ia makan kembali.

Al Qur’an dan Ilmu Kedokteran
Di dalam Al Qur’an secara tegas disebutkan bahwa babi adalah salah satu binatang yang diharamkan oleh Allah SWT, diantaranya:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.” (QS. Al Maidah: 3)
Allah juga menyebutkan bahwa segala yang haram dimakan pasti mengandung bahaya bagi tubuh manusia:
"Dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” (Al A'raf: 157)
Menurut sebagian ulama’ bahwa makna segala yang buruk (Al Khobaaits) dalam ayat diatas adalah segala yang membahayakan bagi tubuh manusia. Mukjizat kebenaran Al Quran ini telah dibuktikan oleh ilmu kedokteran modern yang menjelaskan tentang bahaya mengkonsumsi babi (sebagai binatang yang kotor) serta penyakit yang diakibatkannya, diantaranya:
Penyakit pembuluh rambut, yang disebabkan oleh cacing yang terdapat pada daging babi, jika bersarang di otak akan berakibat gila atau lumpuh, jika bersarang di mata akan menyebabkan kebutaan. Radang selaput otak yang disebabkan oleh mikroba yang terdapat pada babi juga akan berakibat kepada kematian si penderita. Sedangkan cacing pita, larvanya mampu menyebar ke seluruh tubuh manusia hingga bersarang di otak manusia yang menyebabkan penyakit gila.
Sedangkan flu babi, merupakan epidemi (penyakit yang menular secara cepat) menyerang jutaan umat manusia. Penyakit ini semakin berbahaya bila meradang pada otak dan jantung yang menyebabkan menurunnya fungsi organ tubuh ini secara drastis yang berakhir dengan kematian si penderita.

Pengaruh Makanan Haram
Hendaknya seorang muslim selalu memperhatikan makanan yang masuk ke dalam perutnya. Karena makanan yang halal dan thayyib itu mempunyai pengaruh yang besar bagi manusia, terhadap akhlaqnya, kehidupan hatinya dan jernihnya pandangan serta diterimanya amal-amal kita. Sedangkan makanan yang haram mempunyai dampak buruk bagi manusia, selain tidak dikabulkan do'anya, ia akan mendatangkan berbagai macam penyakit yang mungkin belum pernah dibayangkan sebelumnya oleh manusia, contohnya adalah flu babi sebagaimana yang telah disebutkan diatas.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya, Madarijus Salikin menyebutkan dampak lainnya, bahwa makanan haram yang dikonsumsi oleh seseorang akan sangat berpengaruh terhadap sifat dan tingkah laku orang yang memakannya.
Suatu saat ketika Muhammad Abduh mengunjungi Perancis, orang-orang kafir bertanya kepadanya mengenai rahasia diharamkannya babi dalam Islam. Mereka menganggap bahwa umat Islam mengharamkan babi karena ia memakan sampah yang mengandung cacing pita dan bakteri lainnya, sedangkan sekarang babi diternak dalam peternakan modern, apa mungkin babi tersebut terjangkiti cacing pita?. Muhammad Abduh tidak langsung menjawab pertanyaan itu, dan dengan kecerdikannya beliau meminta mereka untuk menghadirkan dua ekor ayam jantan beserta satu ayam betina, dan dua ekor babi jantan beserta satu babi betina.
Mengetahui hal itu, mereka bertanya, “Untuk apa semua ini?” Beliau menjawab, “Penuhi saja apa yang saya pinta, akan saya perlihatkan suatu rahasia.”
Mereka memenuhi apa yang beliau pinta. Kemudian beliau memerintahkan agar melepas dua ekor ayam jantan bersama satu ekor ayam betina dalam satu kandang. Kedua ayam jantan itu bertarung dan saling membunuh, untuk mendapatkan ayam betina bagi dirinya sendiri, hingga salah satu dari keduanya hampir tewas. Beliau lalu memerintahkan agar mengurung kedua ayam tersebut.
Kemudian beliau memerintahkan mereka untuk melepas dua ekor babi jantan bersama dengan satu babi betina. Kali ini mereka menyaksikan keanehan. Babi jantan yang satu membantu temannya sesama jantan untuk melaksanakan hajat seksualnya, tanpa rasa cemburu, tanpa harga diri atau keinginan untuk menjaga babi betina dari temannya.
Selanjutnya beliau berkata, “Saudara-saudara, daging babi membunuh 'ghirah' (rasa cemburu) orang yang memakannya. Itulah yang terjadi pada kalian. Seorang lelaki dari kalian melihat isterinya bersama lelaki lain, dan membiarkannya tanpa rasa cemburu, dan seorang bapak di antara kalian melihat anak perempuannya bersama lelaki asing, dan kalian membiarkannya tanpa rasa cemburu dan was-was, karena daging babi itu menularkan sifat-sifatnya pada orang yang memakannya.”
Subhanallah, inilah sesungguhnya kaitan erat antara makanan yang dikonsumsi dengan sifat dan tingkah laku orang yang mengkonsumsinya. Jika demikian, belum sadarkah kalian wahai para pengkonsumsi daging babi? (AHan)

Yahudi Kaum Mulia Yang Durhaka

Posted by newydsui Monday, May 18, 2009 0 comments

Sejarah Singkat tentang Yahudi
Yahudi adalah agama samawi (yang berdasarkan wahyu dari Allah), agama ini ada sekitar 2000 tahun sebelaum agama Islam turun. Kitab sucinya adalah At-Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa As. Ada beberapa pendapat mengenai asal kata yahudi, diantaranya yang paling mendekati kebenaran adalah bahwa kata yahûd diambil dari kata hada yahudu yang berarti raja’a yarji’u (kembali), makna ini dikuatkan dengan Al-Quran, Surat Al A’raf, ayat 156, Inna hudna ilaik, artinya sesunggguhnya aku (Musa) telah kembali kepadamu.

Ayat ini menjelaskan bahwa kedatangan Nabi Musa As kepada kaumnya untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar ketika bangsa israil sedang tenggelam dalam penderitaan yang hebat dan Fir’aun sedang di puncak kemegahannya. Ada beberapa nama lain untuk kaum Yahudi, diantaranya : Bani Israîl, al ‘ibriyyun/al’ibraniyyun, Qoûm Musa (pengikut Musa As), Ahlul Kitab. Nama-nama inilah yang sering dipakai dalam Al-Quran untuk meyebut mereka, seperti dalam surat Al Baqarah, ayat 43, 67, 83, 120, surat Al Mâidah, ayat 51, surat Ali ‘imran, ayat 64, surat Al A’râf ayat 156.

Pada awalnya mereka pengikut Nabi Musa As, mereka menjadi pengikut yang baik dan mulia, karena mengikuti ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Nabi Musa As. Namun, setelah Nabi Musa meninggal mereka banyak melakukan tahrîf/mengubah isi At-Taurat dan banyak melakukan pelanggaran pada ajaran-ajaran mereka bahkan semasa nabi Musa hidup pun mereka sedikitnya melakukan empat kedurhakaan besar. 

Al-Quran adalah kitab petunjuk bagi manusia untuk menuju jalan yang benar. Keadaan manusia akan selamanya gelap ketika tidak diterangi dengan cahaya Al-Quran. Seperti halnya orang yang berada dalam suatu ruangan tanpa disinari oleh cahaya apapun, maka ia tidak akan melihat benda apapun yang berada di sekitarnya. Begitu juga kehidupan yang kita jalani akan bisa tersesat, jika tanpa mendapatkan hidayah Al-Quran. Kitab suci Al-Quran banyak menjelaskan karakteristik orang-orang Yahudi, seperti dalam aspek akidah, ubudiyah dan juga sosial. 

Pelanggaran Yahudi dalam Akidah

Perihal pelanggaran kaum Yahudi pada aspek akidah, mereka banyak menyelewengkan ajaran yang telah mereka dapatkan dari Nabi Musa as. Dalam Al-Quran, surat al-Taubah, 30. “Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah." Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?.  

Dari ayat ini nampak jelas bahwa orang-orang Yahudi telah menghina Allah, karena telah menyamakan Allah dengan makhluk-Nya. Padahal Allah SWT tidak beranak dan juga tidak diperanakkan, (QS 112:3). Dalam tafsir Al Maraghi dijelaskan bahwa ‘Uzair adalah seorang pendeta (kahin) Yahudi, ia hidup sekitar 457 SM. 

Menurut kepercayaan orang-orang Yahudi ‘Uzair adalah orang yang telah mengumpulkan kembali wahyu-wahyu Allah di kitab At Taurat yang sudah hilang sebelum masa Nabi Sulaiman As. Sehingga segala sumber yang dijadikan rujukan utama adalah yang berasal dari ‘Uzair, karena menurut kaum Yahudi waktu itu ‘Uzair adalah satu-satunya sosok yang paling diagungkan, maka sebagian mereka akhirnya menisbatkan ‘uzair sebagai anak Allah. 

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa penyelewengan dalam masalah akidah merupakan tindakan yang sangat sesat, karena sekitar 1/3 dari kandungan Al-Quran menjelaskan tentang akidah/kepercayaan atas semua rukun iman yang harus diyakini oleh setiap manusia.

Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi juga berburuk sangka dan mencela Allah (QS 5:64) Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila'nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. 

Dalam Ayat ini semakin jelas bahwa orang-orang Yahudi telah menghina Allah, mereka mengatakan bahwa tangan (kekuasaan) Allah telah terbelenggu (dari kebaikan), mereka menganggap Allah bakhil. Sungguh sangat keji dan sombong sifat mereka yang berani menghina Allah. Padahal tangan mereka yang sebenarnya terbelenggu dari kebaikan dan lebih menyukai kebakhilan. Mereka tidak bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepada mereka, tetapi justru selalu kufur nikmat. Orang-orang yang demikian yang telah diancam oleh Allah dengan siksaan yang sangat pedih.

Al-Quran sering menggunakan sebutan Ahlul Kitab untuk kaum Yahudi, dan yang dimaksud Ahlul Kitab juga termasuk orang-orang Nasrani, jadi Ahlul Kitab adalah sebutan untuk orang-orang Yahudi dan Nasrani. Di antara beberapa surat dalam Al-Quran yang banyak menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kaum Yahudi adalah QS. Al Baqarah, Ali ‘imran, Al Maidah. 

Keburukan Yahudi dalam Aspek Sosial

Ada satu topik yang diangkat dalam QS 3:75, Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. 

Allah telah menjelaskan sikap mereka yang sulit untuk bisa dipercaya, sebagaimana sifat orang munafik yang suka berbohong, khianat, dan ingkar janji. Selain itu mereka juga suka meremehkan kaum lain, seperti sikap Yahudi kepada bagsa Arab, pendapat ini diambil dari penafsiran yang menjelaskan maksud kata alummiyyîn adalah orang-orang arab. 

Dari Ayat ini kita bisa mengambil pelajaran yang sangat berarti yaitu untuk lebih berhati-hati dalam bermuamalah dengan mereka baik yang bersifat politik atau hubungan sosiala lainnya, agar kita bisa selamat dari tipu daya mereka.

Sudah menjadi sifat manusia untuk berbuat semena-mena, karena merasa paling hebat dan kuat, serta sombong. Begitu juga yang telah dilakukan kaum Yahudi, mereka suka membuat kerusakan di muka bumi dengan melakukan perang dan sejenisnya. 
Mari kita kembali bertadabbur pada akhir ayat (QS 5:64), Allah menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi akan selalu berbuat kerusakan di muka bumi, dalam ayat ini digunakan fi’il mudlari’ pada kata yas’auna, dalam ilmu balaghah penggunaan kalimat yang berbentuk mudlari’ memiliki arti istimrâr (terus menerus/berkelanjutan). Orang-orang Yahudi termasuk golongan yang suka membangkang perintah Allah. 

Apalagi terhadap ajakan kebaikan dari sesama manusia, pasti mereka lebih berani untuk menolak. Sekarang kita bisa melihat dengan mata kepala kita sendiri atas sikap mereka yang sudah tidak manusiawi. Dengan berdalih membela diri, mereka tanpa merasa berdosa telah membunuh lebih dari 800 orang dan telah melukai lebih dari 3000 warga sipil yang tak berdosa. 

Antipati Yahudi Terhadap Umat Islam
Ketika kita kembali mengingat sejarah orang-orang Yahudi yang suka membantah ajakan Nabi Muhammad Saw menuju jalan yang benar, maka kita bisa melihat betapa angkuh dan keras hati mereka. Kebencian mereka terhadap Islam tak akan pernah surut sampai kapan pun. Mereka tak akan pernah rela kepada umat Islam, sampai umat Islam mau mengikuti hawa nafsu mereka. 

Memang musuh Islam banyak (tak hanya Yahudi), bahkan orang yang beragama Islam yang munafik kepada agama Islam bisa menjadi musuh Islam juga. Namun, rasa permusuhan yang ada dalam hati para Yahudi lebih keras dan sadis dibanding dengan musuh-musuh yang lain.

Dalam QS 5:82, Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri.
Dalam Tafsir Al Alûsi dijelaskan bahwa orang-orang Yahudi disifati oleh Allah sebagai asyaddannâs, karena kufur mereka yang sudah sangat berlebihan, serta kebiasaan mereka berbohong dan mengikuti hawa nafsu. Bahkan dikatakan juga bahwa dalam pandangan mereka wajib memerangi orang-orang yang kontroversi dengan keinginan mereka. Selain orang Yahudi juga orang-orang musyrik yang menjadi musuh yang sangat keras bagi umat Islam. Namun, dalam ayat ini orang-orang Yahudi lebih didahulukan (disebut terlebih dahulu) dari pada orang-orang musyrik, kenapa? Masih menurut Al Imam Al Alûsi dalam tafsirnya, orang-orang Yahudi disebut terlebih dahulu karena kebiasaan mereka yang lebih suka memusuhi dulu/mencari masalah, dalam pendapat lain dikatakan karena sifat kejelekannya lebih banyak dari pada yang lain.

Kita semua sekarang juga bisa melihat fakta kebencian mereka terhadap orang-orang Islam yang ada di Gaza, walaupun perang yang sedang berlangsung bukan atas nama agama, tetapi secara otomatis umat Islam sedunia merasa ikut diperangi, karena melihat saudar-saudara mereka seagama telah dibantai di Gaza. Bertahun-tahun Yahudi Israel menjajah, mengusir dan menyiksa rakyat Palestina. Berbagai macam kecaman telah mereka dapatkan dari mayoritas manusia di seluruh penjuru dunia, Ratusan ribu orang berdemonstrasi di negara-negara Eropa, puluhan ribu orang berdemonstrasi di negara-negara Arab dan Asia Tenggara untuk mengecam agresi militer Israel yang sangat didukung AS, tetapi mereka justru semakin gila meluncurkan serangan-serangan ke pemukiman warga Gaza. 

Permusuhan Yahudi Terhadap Islam
Permusuhan Yahudi terhadap Islam sudah terkenal dan ada sejak dahulu kala. Dimulai sejak dakwah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan mungkin juga sebelumnya bahkan sebelum kelahiran beliau. Hal ini mereka lakukan karena khawatir dari pengaruh dakwah islam yang akan menghancurkan impian dan rencana mereka. Namun dewasa ini banyak usaha menciptakan opini bahwa permusuhan yahudi dan islam hanyalah sekedar perebutan tanah dan perbatasan Palestina dan wilayah sekitarnya, bukan permasalahan agama dan sejarah kelam permusuhan yang mengakar dalam diri mereka terhadap agama yang mulia ini.
Padahal pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan eksistensi, bukan persengkataan perbatasan. Musuh-musuh islam dan para pengikutnya yang bodoh terus berupaya membentuk opini bahwa hakekat pertarungan dengan Yahudi adalah sebatas pertarungan memperebutkan wilayah, persoalan pengungsi dan persoalan air. Dan bahwa persengketaan ini bisa berakhir dengan (diciptakannya suasana) hidup berdampingan secara damai, saling tukar pengungsi, perbaikan tingkat hidup masing-masing, penempatan wilayah tinggal mereka secara terpisah-pisah dan mendirikan sebuah Negara sekuler kecil yang lemah dibawah tekanan ujung-ujung tombak zionisme, yang kesemua itu (justeru) menjadi pagar-pagar pengaman bagi Negara zionis. Mereka semua tidak mengerti bahwa pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan lama semenjak berdirinya Negara islam di Madinah dibawah kepemimpinan utusan Allah bagi alam semesta yaitu Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.
Demikianlah permusuhan dan usaha mereka merusak Islam sejak berdirinya Negara islam bahkan sejak Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam hijrah ke Madinah sampai saat ini dan akan berlanjut terus. Walaupun tidak tertutup kemungkinan mereka punya usaha dan upaya memberantas islam sejak kelahiran beliau n . hal ini dapat dilihat dalam pernyataan pendeta Buhairoh terhadap Abu Thalib dalam perjalanan dagang bersama beliau diwaktu kecil. Allah Ta’ala telah jelas-jelas menerangkan permusuhan Yahudi dalam firmanNya: (QS Al-Maidah ayat 82) 
Alasan Ummat Islam Membenci Yahudi
Pertama, Allah menegaskan bahwa bersama kaum Musyrikin bangsa Yahudi merupakan kaum yang paling hebat permusuhannya terhadap orang-orang beriman.
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
”Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS Al-Maidah ayat 82) 
Pantaslah bilamana dalam perang di Gaza kemarin rejim Yahudi Zionis Israel memang sengaja menjadikan anak-anak Muslim Palestina sebagai target sasaran militer mereka. Karena menurut mereka anak-anak Palestina di Gaza akan tumbuh menjadi para ‘teroris’. 
Kedua, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan bangsa Yahudi sebagai kaum yang paling hebat sifat hasad-nya kepada Ummat Islam. Hasad dalam bahasa Arab bukan berarti sekedar dengki atau iri. Hasad dalam bahasa Arab mengandung setidaknya tiga pengertian:
(1).Iri melihat orang lain memperoleh suatu kenikmatan.
(2).Berusaha keras dengan berbagai cara agar kenikmatan tersebut lepas dari orang tadi.
(3).Setelah lepas ia akan mengupayakan sekuat tenaga agar kenikmatan tersebut berpindah ke tangannya.
Inilah tiga pengertian yang dikandung oleh kata hasad dalam bahasa Arab. Dan menurut Nabi shollallahu ’alaih wa sallam kaum Yahudi merupakan kaum yang paling sarat sifat hasad. 
إن اليهود قوم حسد ، وإنهم لا يحسدونا على شيء كما يحسدونا على السلام ، وعلى آمين  
 “Sesungguhnya bangsa Yahudi merupakan kaum yang penuh sifat hasad. Dan sesungguhnya mereka tidak hasad terhadap sesuatu sebagaimana hasadnya terhadap kita (kaum Muslimin) dalam perkara (ucapan) ”Assalamu’alaikum” dan ”Amin”. (HR Shohih Ibnu Khuzaimah 1500) 
Melalui hadits di atas Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa di antara sebab utama kaum Yahudi hasad kepada Ummat Islam karena kebiasaan kita mengucapkan doa ”Assalamu’alaikum” satu sama lain tatkala berjumpa. Ucapan ini mencerminkan cinta dan persaudaraan yang tumbuh subur di kalangan sesama orang beriman. Dan hal ini tidak disukai oleh kaum Yahudi. Oleh karenanya mereka sangat terkenal dengan politik ”belah bambu” atau devide et empera ketika menghadapi ummat Islam. Mereka sangat benci melihat Ummat Islam saling berkasih-sayang dan menjaga persatuan. Itulah sebabnya mereka memberikan gula-gula kepada Mahmud Abbas dengan kelompok Fatah-nya dan memberikan agresi militer kepada kelompok Hamas. Sebagian bangsa Muslim Palestina mereka jadikan kolaborator sedangkan sebagian lainnya mereka hancurkan dan tuduh sebagai kelompok teroris...!! 
Hal lain yang menyebabkan mereka hasad kepada kita ialah ucapan ”Amin”. Ucapan ini biasa diperdengarkan ummat Islam saat mereka sholat berjamaah di masjid terutama sholat-sholat Subuh, Isya dan Magrib saat Imam men-jaharkan bacaan sholatnya. Oleh karenanya Yahudi sangat benci terhadap kebiasaan ummat Islam –terutama kaum prianya- menegakkan sholat berjamaah di masjid. Mereka akan berupaya sekuat tenaga menjauhkan ummat Islam dari melakukan hal ini. Dan itulah sebabnya mengapa sebagian kebrutalan pasukan Yahudi Zionis Israel kemarin di Gaza adalah menghancurkan setidaknya 22 bangunan masjid di mana sebagian di antaranya dirudal pada saat sholat berjamaah sedang berlangsung...!!!  
Ketiga, Allah menegaskan bahwa sebagian besar kaum Yahudi memiliki kebiasaan berkhianat. Hanya sedikit saja dari mereka yang tidak berkarakter pengkhianat. 
وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ
”..dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat)...” (QS Al-Maidah ayat 13)
Sejarah kaum Yahudi adalah sejarah pengkhianatan. Mereka biasa mengkhianati para Nabi utusan Allah. Bahkan mereka biasa mengkhianati Allah...!!  
Salah satu contoh pengkhianatan Yahudi terhadap Allah ialah yang digambarkan dalam surah Al-A’raf. Dimana terdapat suatu kampung Yahudi yang dilarang menangkap ikan di hari Sabtu. Namun di bawah taqdir Allah ikan-ikan justru hanya muncul ke permukaan air laut di hari Sabtu saja sedangkan di hari-hari lainnya ikan tidak tampak. Maka apa yang dilakukan warga kampung itu? Mereka menggelar jala ikan di malam Sabtu. Lalu pada hari Sabtu mereka menyaksikan ikan-ikan tersebut masuk ke dalam jeratan jala yang telah mereka pasang. Kemudian begitu tiba hari ahad mereka gulung jala tadi sebelum ikan-ikan tersebut sempat keluar darinya.  
وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لا يَسْبِتُونَ لا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
”Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (QS Al-A’raf ayat 163)
Itulah sebabnya kalau kita ingat mesin pembunuh Israel pertama kali menyerang Gaza pada tanggal 27 Desember 2008. Tanggal itu merupakan hari Sabtu. Mereka mengerahkan pesawat-pesawat tempur tidak berawak menjatuhkan puluhan peluru kendali yang membunuh ratusan warga Gaza. Mereka mensiasati larangan keluar rumah di hari Sabtu dengan cara mengerahkan mesin perang tanpa awak. Jadi mereka membunuh dengan mengandalkan teknologi modern yang bisa diatur dari jarak jauh. Mereka khianati hukum Tuhan dengan bersiasat persis seperti kampung Yahudi dalam kasus larangan menangkap ikan di hari Sabtu ...!!!
Jika Allah saja mereka khianati apalagi ”sekedar” bangsa Palestina yang mereka nilai bukan saja bukan manusia. Bangsa Yahudi memandang bangsa selain mereka sebagai Ghoyim atau Gentile dalam bahasa Inggris. Ghoyim artinya makhluk yang tidak dikategorikan sebagai manusia karena tidak termasuk bangsa Yahudi. 
Saudaraku, ini merupakan sebagian kecil dari alasan mengapa kita perlu memusuhi kaum Yahudi. Sesungguhnya masih banyak lagi daftar panjang kejahatan mereka. Benarlah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam di bawah ini:  
عن عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْيَهُودُ مَغْضُوبٌ عَلَيْهِمْ
Dari Adi bin Hatim dari Nabi shollallahu ’alaih wa sallam, beliau bersabda: “Kaum Yahudi merupakan kaum yang dimurkai Allah...” (HR Tirmidzi 2878)
Wallahu A’lam Bis Showab.
Reference:
1. Al Yahudu Wara’a Kulli Jarimah, Wiliam Gay Carr, Darul Kitab Al Arabi, Bairut.1402 H.
2. Belajar Islam Dari Yahudi, Herry Nurdi, Cakrawala Publishing 1428 H.
3. Perbandingan Agama, Pandangan Islam Mengenai Agama Samawi, Agus Hakim, Cv Penerbit Diponogoro . 
4. tafsir al maraghi.
5. tafsir al alusi.
6. Kutubut Tis’ah.

Tatkala Duka Melanda

Posted by newydsui 1 comments

Oleh : Ummu Hanan Dzakiya

Ketika ummu Salamah ditinggal mati oleh suaminya yaitu Abu Salamah ia bermurung durja. Maka datanglah Rasulullah untuk mengingatkannya agar mengucapkan Inna lillahi wa inna ilahi raji’un (sesungguhnya kita ini milik Allah dan kelak akan kembali kepada Allah pula), Ummu Salamah mematuhi perintah Rasulullah. Namun tatkala ia disuruh untuk melanjutkan dengan ucapan Allahumma’jurni fi musibati wahlufli khauran minha (Ya Allah berilah aku pahala karena musibah yang menimpa diriku dan berilah aku ganti yang lebih baik darinya) awalnya ia enggan mengucapkannya, karena menurutnya tidak ada orang yang lebih baik dari Abu Salamah. Tetapi setelah ia mengucapkannya berulang-ulang ternyata Allah menggantikannya dengan orang yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rasulullah saw.


Peristiwa yang di alami manusia dalam kehidupannya tak pernah lepas dari dua hal, menyenangkan dan menyedihkan. Jika mendapatkan nikmat membuncahlah hatinya dipenuhi kegembiraan tak terkira. Pun jika kesedihan menerpa hati serasa ditancapi beribu duri sakit tak terperi hingga tak jarang berujung pada niatan untuk mengakhiri episode hidupnya.

Bukan ukuran kemuliaan dan kehinaan.
Ragam peristiwa yang dialami manusia boleh jadi sama tapi dalam penyikapannya menampilkan aneka macam corak. Ketika peristiwa yang terjadi sesuai dengan keinginan jiwa, beberapa orang ada yang tersungkur sujud memuji Rabbnya. Ada pula yang melonjak kegirangan hingga tak peduli beribu pasang mata yang menatap ‘aneh’. Banyak pula yang akhirnya merayakannya dengan pesta aneka warna. Semua itu sebenarnya merupakan bentuk pengejawantahan akan kegembiraan jiwa. Demikian juga dalam merefleksikan kedukaan. Ada yang bisa selalu tersenyum, ada yang biasa-biasa saja walau hati gerimis, ada pula yang menangis meraung-raung meratapi nasib diri.
Perbedaan sikap ini bertolak dari kondisi iman yang berbeda pula. Tak jarang karena tipisnya iman orang menganggap bahwa berbagai kenikmatan dan kemudahan yang didapat adalah bukti pemuliaan Allah atas dirinya. Sehingga ia tak perlu lagi bersusah payah memperbanyak ibadah, karena semua telah dirasa cukup. Berbalik ketika musibah dan berbagai kesulitan datang menerpa, ia merasa bahwa Allah telah menghinakannya padahal ia merasa telah banyak beribadah kepada-Nya. Tak ayal lagi, semangat ibadahnyapun surut seiring banyaknya ujian yang menyapanya.
Padahal sesungguhnya datangnya musibah dan kenikmatan bukanlah ukuran mulia-hinanya seseorang di sisi Allah. Keduanya adalah ujian Allah bagi hamba-hambanya sebagai bukti keimanan dan ketaqwaannya. Allah berfirman:
“Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata:"Rabbku telah memuliakanku". Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata:"Rabbku menghinakanku.” (QS. Al Fajr : 15-16)
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi.” (QS. Al ‘Ankabut : 2)
Siapa yang lulus dari ujian ini maka terbuktilah keimanan dan ketakwaannya. Hingga ia layak disebut sebagai orang yang mulia. Sebaliknya jika terlibas, maka pantaslah ia dikata sebagai orang yang hina.
Allah berfirman:
 “…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu…” (QS. Al Hujurat : 13)

Dua sisi yang menguntungkan
Imam Nawawi dalam Syarh Riyadhus Shalihin menegaskan bahwa dalam menghadapi ujian yang tidak menyenangkan jiwa manusia terbagi menjadi empat macam: orang yang membenci, orang yang sabar, orang yang ridha, dan orang yang syukur.
Orang yang benci akan musibah yang menimpanya akan nampak pada perilaku dan gerak ucapannya yang merefleksikan apa yang ada dalam hatinya. Mulutnya akan selalu mencaci, mencela, dan mengutuk. Sementara anggota badannya tergerak untuk merusak segala sesuatu yang ada di sekelilingnya, tak terkecuali orang-orang yang disayanginya pun turut menjadi sasaran. Inilah hakekat orang yang marah ketika ditimpa musibah. Yang ia peroleh hanyalah kesengsaraan dan kehinaan. Di dunia dia tersiksa dengan amarah dan musibah yang menimpanya sedang di akherat ia mendapat siksa karena telah berburuk sangka dan marah kepada Allah.
Orang dikatakan bersabar terhadap musibah, jika ia mampu menahan energi negative yang menyeruak ke seluruh pembuluh darahnya meski rasa tidak suka masih meraja di dalam jiwa. Karena hakekat sabar adalah menahan. Tentunya tanpa melupakan syarat keikhlasan karena Allah semata.
Adapun orang yang ridha terhadap musibah, sedikitpun tidak ada rasa benci dan berat hati dalam dirinya. Dia selalu lilo-leghowo dalam menerima ketentuan Allah. tidak sedetikpun rasa buruk sangka pada Allah singgah di hatinya. Peristiwa apapun yang menimpa adalah baik baginya. Kenikmatan dan bencana sama-sama memberikan keberuntungan baginya. Jika beroleh kenikmatan dia bersyukur dan jika tertimpa musibah dia bersabar. Syukur dan sabar adalah dua ibadah yang berpahala di sisi Allah.
Rosululloh saw bersabda: 
 “Menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua peristiwa yang menimpanya adalah baik baginya. Dan ini hanya terjadi pada diri seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kelapangan, dia bersyukur. Dan syukur itu adalah baik baginya. Dan jika ia mendapat kesempitan maka dia bersabar. Dan sabar itu baik baginya.” (HR. Muslim)
 
Syukur adalah pilihan terbaik
Rasulullah saw selalu memuji Allah dalam kondisi lapang maupun sempit. Tatakala apa yang terjadi tak sesuai dengan harapan, beliau berucap: Alhamdulillah ‘ala kulli hal (segala puji bagi Allah, atas segala keadaan yang menimpa). Beliau sangat yakin bahwa Allah tak akan mendholimi hamba-Nya. Terlebih jika mengingat pahala yang diberikan Allah terhadap orang-orang yang bersabar, niscaya akan sirnalah segala rasa sakit yang menghujam jiwa. Allah berfirman:
“…Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas.” (QS. Az-Zumar : 10)
Jadi, amat pantaslah ketika ada seorang ‘abidah (perempuan ahli ibadah) terluka jarinya, ia berucap ‘alhamdulillah’. Ketika beliau ditanya tentang sikapnya, ia menjawab, “Sungguh manisnya pahala telah melalaikanku akan rasa sakit yang mendera.” Kesempurnaan penerimaan hamba akan janji Allah, membuatnya tidak peduli dengan segala rasa tak mengenakkan yang menyapa tubuhnya. Karena ia sadar betul bahwa dunia hanyalah tempat singgah sementara. Keabadian hidup hanya bisa ia raih di akherat kelak.
Lantas, manakah yang Anda pilih? Wallahu Musta’an. (Ummu Hanan Dzakiya)



Bergantung Kepada Allah

Posted by newydsui 1 comments

Oleh: Imtihan Asy Syafi’i, MIF.

"Manusia yang paling celaka adalah orang yang bergantung kepada selain Allah." (Ibnu Qayyim al-Jawziyah dalam Madarijus Salikin, 1/458)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhariy dan Imam Muslim dinyatakan bahwa Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallama. menyebut tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari Kiamat. Pada hari itu tiada naungan selain naungan-Nya. Di antara mereka yang tujuh itu adalah: 
وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسَاجِدِ
"… orang yang hatinya tergantung di masjid-masjid."
Mensyarah hadits di atas, al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalaniy menulis: "Ini adalah isyarat bahwa hati orang itu selalu berada di masjid, meskipun tubuhnya berada di luar masjid."
Seperti apakah gambaran orang yang hatinya senantiasa tergantung di masjid? Seperti Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhariy. Apabila Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam membantu pekerjaan rumah tangga keluarga beliau lalu masuk waktu shalat, beliau segera menuju shalat. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau sedang bercengkrama dengan salah satu istri beliau. Begitu terdengar kumandang adzan, air muka beliau berubah dan seakan-akan beliau tidak mengenal istri beliau itu.
Atau seperti salah seorang salaf yang bekerja sebagai perajin perhiasan emas. Saat dia mengangkat palu kecilnya, lalu terdengar adzan, serta merta dia meletakkan palunya itu. Dia tidak mempedulikan apa pun yang ada di sekitarnya selain seruan adzan. Dia pun bergegas menyambut seruan itu.

Bukan hanya shalat
Dewasa ini, sebagian orang merasa sudah menjadi bagian dari orang-orang yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari tiada naungan selain Allah hanya dengan mengerjakan shalat lima waktu berjamaah di masjid. Mereka keliru. Orang yang hatinya tergantung di masjid bukan berarti dia hanya memikirkan shalat dan tidak mengindahkan perintah Allah yang lain. Disebutnya masjid di sini lantaran masjid adalah tempat seorang muslim menunaikan shalat, sementara shalat adalah amalan yang paling agung secara mutlak—sebagimana dinyatakan oleh Ibnu Qayyim al-Jawziyah.
Bukanlah orang yang hatinya tergantung di masjid—meskipun dia mengerjakan shalat lima waktu di masjid—apabila dia tidak menjaga pandangan matanya dan pergaulannya. Sebab Allah telah berfirman,
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itulebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (an-Nuur: 30)
“Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.”(al-Isra`: 32)
Bukanlah orang yang hatinya tergantung di masjid apabila dia tidak malu berbuat korupsi. Sebab Allah telah berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.” (an-Nisa`: 29)
“Orang laki-laki dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (al-Maidah: 38)
Bukanlah orang yang hatinya tergantung di masjid apabila dia masih menikmati makanan, minuman, dan pakaian dari hasil riba. Sebab Allah telah berfirman,
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (al-Baqarah: 275) 
Bukanlah orang yang hatinya tergantung di masjid apabila dia masih mau minum arak dan berjudi. Sebab Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minum arak, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung.” (Al-Maidah: 90) 
Para ulama menyatakan, makna hati seseorang tergantung di masjid adalah bahwa orang ini senantiasa berhubungan dengan Allah. Tidak pernah terputus dari-Nya meski sesaat. Segala perintah dan larangan Allah senantiasa terngiang-ngiang di telinganya, senantiasa dihadirkan di hatinya. Tak terbersit di benaknya untuk bermaksiat kepada-Nya atau melanggar aturan-Nya.

Kita butuh taat 
Seorang hamba yang hatinya bergantung kepada Allah, meskipun dia sibuk dengan dagangannya, keluarganya, atau berbagai urusan duniawi lainnya, dia senantiasa menjaga ketaatan kepada Allah dan mendahulukan apa saja yang dicintai-Nya. Berbagai keindahan dan kelezatan dunia tidak melalaikannya dari upayanya mencari keridhaan Allah. 
Yang demikian itu karena sebenarnya setiap orang butuh kepada berbagai ketaatan dan berbagai hal yang dicintai oleh Allah. Allah tidak butuh kepada segala bentuk ketaatan dan ibadah kita. 
Sungguh, dalam ketaatan dan berbagai hal yang dicintai oleh Allah ada kemaslahatan bagi kita. Karena Allah Mahatahu bahwa kebaikan kita ada dalam ketaatan kepada-Nya, maka Dia memerintahkan kita untuk mentaati-Nya. Karena Allah Mahatahu bahwa kecelakaan kita—di dunia dan di akhirat—ada pada kemaksiatan dan berbagai larangan-Nya, maka Dia memerintahkan kita untuk menjauhi-Nya. Maka sungguh, kita butuh taat kepada Allah. Kita butuh bergantung kepada Allah. (azm)

Program YDSUI

Posted by newydsui 4 comments


1. KEMITRAAN

YDSUI Mengembangkan pola kemitraan dengan lembaga Islam yang memiliki kepedulian terhadap program pemberdayaan umat yang terkait dengan masalah kesehatan dan pendidikan. Lembaga yang dianggap efektif memberdayakan umat Islam dan memeliki manajemen program yang baik akan menjadi mitra YDSUI. Sebagai mitra, lembaga Islam bersangkutan secara reguler akan mendapatkan bantuan pendanaan.

2. BEASISWA

YDSUI memberikan beasiswa kepada para siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk membiayai studinya. Beasiswa pada dasarnya diberikan kepada siswa, namun penerimaannya langsung diserahkan kepada lembaga pendidikan tempat siswa belajar. Hal ini dimaksudkan agar dana beasiswa secara efektif dapat digunakan bagi perbaikan aktivitas pembelajaran dari lembaga pendidikan bersangkutan. Beasiswa diberikan terutama untuk jenjang pra pendidikan tinggi.

3. HIBAH BULANAN

Perbulanan, YDSUI mengevaluasi proposal permohonan dana yang masuk dari lembaga-lembaga Islam lain, yang secara langsung bergerak dalam upaya pemberdayaan umat. Proposal yang disetujui akan mendapatkan bantuan biaya operasional dari para donatur yang terkumpul melalui YDSUI. Jenis program pemberdayaan yang bisa diajukan dalam proposal bisa berhubungan dengan aspek apa saja kecuali pembangunan, namun yang menjadi prioritas adalah yang terkait dengan masalah pendidikan dan kesehatan.

4. SANTUNAN DHUAFA

Santunan dhuafa diberikan kepada mereka yang memerlukan bantuan pendanaan untuk keperluan yang mendesak, terlebih adalah lembaga yang secara langsung terjun dalam bidang penyantunan dhuafa’ wal masakin.

5. BULETIN

Buletin YDSUI terbit bulanan. Fungsi utama sebagai media pelaporan atau informasi bagi berbagai aktifitas yang dilakukan YDSUI, dan sebagai media komunikasi antara YDSUI dan para donaturnya. Melalui buletin ini pula, kepedulianYDSUI terhadap tarbiyah pembentukan kepribadian muslim yang kaffah dimanifestasikan.

Profil YDSUI

Posted by newydsui 1 comments

I. MUKADIMAH

مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّاْئَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَآءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:261)

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At Taubah:103)

Seseorang datang menemui Rosulullah dan bertanya : wahai Rosulullah, shodaqoh yang bagaimana yang pahalanya paling besar? Beliau menjawab:

أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيْحٌ حَرِيْصٌ تَخْشَى اْلفَقْرَ تَأْمُلُ الْغِنَى وَلاَ تُهْمِلُ حَتىَّ إذِاَ بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمَ قُلْتَ: لِفُلاَنٍ كَذَا وَلِفُلاَنٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ (رواه ابخاري)

“Engkau bershodaqoh dalam keadaan sehat, amat membutuhkannya, khawatir miskin dan berangan-angan menjadi orang kaya. Janganlah menunda-nunda (shodaqoh) sehingga jika ajal telah sampai ketenggorokan engkau berkata: untuk sefulan sekian, untuk sifulan sekian, padahal memang harta itu untuk sifulan”. (HR. Bukhori)

Yayasan Dana Sosial Umat Islam (YDSUI) merupakan lembaga pengelola zakat, infaq dan shodaqoh (ZIS). Fungsi utama lembaga ini adalah memusatkan ZIS umat Islam yang terserak dan mendistribusikannya di bidang pendanaan program pemberdayaan umat Islam. Program pemberdayaan umat Islam yang menjadi kepedulian utama YDSUI adalah program yang terkait dengan masalah pendidikan dan kesehatan. Prinsip kerja yang dianut sebagai dasar pengelolaannya adalah proaktif dan amanah.

Pola mobilisasi dana ZIS yang diimplementasikan YDSUI adalah pola donatur tetap. Pada pola ini, yang lebih dipentingkan adalah rutinitas pemberian dana bukan besarnya dana. Petugas YDSUI setiap bulannya akan “jemput bola” mendatangi para donatur tetap, guna mengambil dana yang diinfaqkan atau dizakatkan. Dengan pola ini diharapkan seluruh lapisan umat Islam dapat ikut berperan serta dalam upaya pemberdayaan umat Islam, khususnya dibidang pendanaan. Pula, akan terjalin silaturahmi yang kuat antara YDSUI dan para donaturnya.

II. TUJUAN

Memusatkan dana ZIS yang terserak dan mendistribusikannya pada program pemberdayaan umat Islam, terutama yang terkait dengan masalah kesehatan dan pendidikan.

III. VISI

Menjadi lembaga pengelola ZIS yang amanah dan proaktif dengan manajemen dan akuntabilitas yang dapat dipertanggung jawabkan dihadapan Alloh dan umat Islam.

IV. MISI

Secara aktif ikut andil dalam menyelesaikan persoalan pendanaan bagi program pemberdayaan umat Islam yang relevan bagi penyiapan generasi pengganti, yang lebih siap dan cakap dalam mengemban tugas penegakan dienul Islam secara Kaffah (menyeluruh).

About Me

My Photo
newydsui
Adalah lembaga independent yang mengurusi masalah zakat, infaq dan shodaqoh dari para donatur yang ikhlas memberikan donasinya sebagai kontribusinya terhadap da'wah islamiyah diwilayah kota solo pada khususnya dan indonesia pada umumnya.
View my complete profile

Followers