Hakekat Dan Keistimewaan Istighfar
Dalam Tinjuan Syar’i
Oleh: Ryan Arif Rahman,Lc
PrologDalam Tinjuan Syar’i
Oleh: Ryan Arif Rahman,Lc
Sesungguhnya Allah telah memerintahkan para hamba-Nya agar bertaubat dan beristigfar melalui banyak ayat dalam kitab-Nya. Allah telah menyebut dan menamai diri-Nya dengan Al-Ghaffar, Al-Ghoffur dan Ghofirudz Dzanbi. Dia swt juga memuji orang orang yang beristighfar dan menjanjikan pahala besar bagi mereka. Allah swt meridhoi orang yang tulus dalam beristighfar, karena berarti ia telah mengakui dosanya serta merendahkan diri dihadapan Rabb dan penciptanya. Istighfar merupakan obat yang manjur dan terapi yang efektif untuk menghilangkan dosa dan kesalahan. Jika kita telah dicabik-cabik perasaan cemas, ditekan oleh kesedihan dan tersiksa oleh duka, hendaklah kita beristighfar, karena ia akan menyibak mendung kecemasan, menghilangkan awan kegundahan, sebagai obat penyembuh yang manjur.
Definisi Istighfar
Istighfar adalah bentuk masdar dari istaghfara-yastaghfiru. Akar katanya dari ghofara yang menunjukan makna ’menutup’. Al-ghofru artinya as-satru (menutup). Al-ghofru dan al-ghufran memiliki arti yang sama. Dikatakan, ghofarallahu dzanbahu ghufran wa maghfiratan wa ghufranan.
Ar-raghib berkata, “al-ghofru artinya mengenakan sesuatu yang melindunginya dari kotoran. Contohnya seperti kalimat ighfir tsaubaka fiddu’a (kenakan pakaianmu ketika berdo’a). al-ghufran dan al-maghfirah dari Allah artinya adalah Allah melindungi hanba-Nya agar terhindar adzab. Istighfar adalah permohonan untuk memperoleh hal itu dengan ucapan dan tindakan.
Lafadz Dan Bentuk Istighfar
Ada banyak lafadz istighfar yang diriwayatkan dalam hadist-hadist shohih dari Nabi saw. Seorang muslim seyogyanya sering mengucapkannya sebagai bukti peneladanan kepada Nabi saw. Diantara lafazd-lafadz tersebut adalah:
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ.
“Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada-Mu dan aku akui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu) '." (Bukhari - 5831)
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Abu Daud - 1295)
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
“aku memohon ampun kepada Allah Dzat yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, yang Maha Hidup dan Yang terus mengurus makhlukNya, dan aku bertaubat kepadaNya.” (Abu Daud - 1296)
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
“aku memohon ampun kepada Allah dan aku bertaubat kepadaNya.” (Bukhari - 5832)
Hakekat Dan Keistimewaan Istighfar
Allah ta’ala memuji orang orang yang beristighfar-terkhusus waktu sahur- dan Allah menjadikan bagi mereka dampak yang baik. Suri tauladan terbaik dalam hal ini adalah Rasulullah saw, beliau beristighfar dalam sehari sebanyak seratus kali. Kemudian orang orang sholih mengikuti beliau saw dalam melazimi istighfar bahkan mengamalkan bentuk do’a dan dzikir yang lainnya di pagi dan sore hari. dengannya dapat menambah keimanan mereka dan menjadikan rasa aman dalam sanubari mereka, dengannya pula terhindar dari himpitan hidup, dan terhindar dari keluh kesah, jika meraka dalam keadaan sempit dan sukar niscaya Allah memberikan kemudahan, dan jika mereka dalam keadaan duka melainkan Allah berikan jalan keluar bagi mereka.
Terbiasa beristighfar melahirkan dampak yang menakjubkan-dengan izin Allah- yaitu dapat menghilangkan kesedihan, menghapus dosa, mencapai tujuan, menghilangkan rasa dengki, menghilangkan penderitaan dan kegundahan, menyembuhkan penyakit, menghilangkan sakit, turunnya berkah, melahirkan sifat qana’ah terhadap rizki Allah, mewujudkan akhir kesudahan yang mulia, mendatangkan kebaikan untuk diri, keluarga dan anak keturunan, dapat menurunkan hujan, dapat membuat berlimpahnya harta dan anak, dan mendapatkan berbagai macam kebaikan.
Keutamaan keutamaan tersebut berdasar pada banyak ayat dan hadist serta riwayat salaf. Diantaranya Seperti firman Allah,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا * يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا * وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ * وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami adzab yang pedih". Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.”
Sedangkan dalam hadist, Rasulullah saw bersabda,
من لزم الاستغفار جعل الله له من كل ضيق مخرجًا ومن كل هم فرجًا ورزقه من حيث لا يحتسب
"Barang siapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah pasti akan selalu memberikannya jalan keluar dari setiap kesempitan dan kelapangan dari segala kegundahan serta Allah akan memberikan rizki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka." (Abu Daud - 1297)
Sedangkan perkataan salaf adalah sebagai berikut, Abu Musa ra berkata, “dulu kita memiliki dua pengaman dari adzab, salah satunya sudah tidak ada, yaitu Rasulullah saw di tengah-tengah kita. Sedangkan istighfar masih bersama kita, apabila ia juga tidak ada, niscaya kita binasa.”
Ibnul jauzi mengatakan, “iblis pernah berkata, ‘aku binasakan manusia dengan dosa dosa, tetapi mereka membinasakanku dengan istighfar dan lailahaillallah. Ketika mengetahui keadaan mereka, aku tebarkan keinginan hawa nafsu pada mereka, sehingga mereka selalu melakukan dosa tanpa pernah melakukan istighfar, karena mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat baik.
Qatadah ra berkata, ‘alqur’an telah menunjukan pada kalian penyakit dan obat bagi kalian. Adapun penyakit kalian adalah dosa dosa, sedangkan obat kalian adalah istighfar.
Ibn Taimiyah ra berkata, “sungguh, kadang-kadang terlintas di hatiku suatu persoalan yang sulit untuk aku fahami, maka aku beristighfar kepada Allah, sehingga dadaku menjadi lapang dan persoalan itu terpecahkan. Kadang kadang aku berada di pasar, masjid, atau sekolah, hal itu tidak menghalangiku untuk mengucapkan istighfar hingga aku memperoleh apa yang aku inginkan.”
Begitulah keistimewaan istighfar di dalam alqur’an dan as-sunnah serta menurut ulama salaf. Namun sayang Dewasa ini Banyak orang mengira bahwa Istighfar tersebut cukup dilakukan dengan ucapan lisan, dengan kalimat “astaghfirullah’, kemudian pengaruh ucapan ini tidak ditemukan dalam hati, sebagaimana pula tidak ditemukan pada anggota badan. Istighfar semacam itu sebenarnya merupakan perbuatan orang –orang yang dusta.
Fudhoil Bin iyadh berkata, ’istighfar yang tidak disertai dengan berhenti dari dosa, adalah taubatnya para pembohong.”
Salah seorang yang sholih pernah mengatakan, “istighfar kita ini masih memerlukan istighfar”, maksudnya bahwa barang siapa yang beristighfar kepada Allah, akan tetapi tidak meninggalkan kemaksiatan, maka istighfarnya tersebut memerlukan istighfar. Oleh karena itu, marilah kita memperhatikan istighfar kita, agar kita tidak menjadi para pembohong yang selalu mengucapkan istighfar dengan lisan, akan tetapi terus menerus mengerjakan maksiat.
Referensi
1. Hasan Bin Hasan Hamam, At Tadawi Bilistighfar, Darul Hadhoroh Lin Nasr Wat Tauzi’ 1427/2006
2. Kholid Bin Sulaiman Bin Ali Arrab’i, Min ‘Ajaib Al-istighfar
0 comments