Mampukah Kita Membalas Jasa Mereka?

Posted by newydsui Wednesday, March 31, 2010
Mampukah Kita Membalas
Jasa Mereka?
Abu Hanan

Pada suatu malam seorang anak bertengkar dengan Ibunya. Karena marah, si anak pergi meninggalkan rumah. Beberapa saat berjalan ia baru sadar bahwa ia tak membawa sepeser uangpun.
Di tengah perjalanan rasa lapar dan haus mulai ia rasakan. Sampai akhirnya ia bertemu warung yang menjual bakmi. Ia ingin memesan satu mangkok bakmi hangat untuk mengganjal perutnya, tapi ia sadar tidak punya uang. Akhirnya ia hanya berdiri termangu di depan warung.
Sang pemilik warung melihat anak itu dan bertanya, “Apa engkau mau memesan bakmi, Nak ?”
“Iya, tapi saya tidak mempunya uang,” Jawab anak itu.
“Tidak apa-apa, saya akan membuatkan untukmu gratis.” Jawab pemilik warung itu.
Tak berapa lama kemudian pemilik warung itu membawakan semangkuk bakmi hangat, dan segera anak itu memakannya sampai kenyang. Terharu dengan kebaikan pemilik warung itu, tak terasa air mata si anak itu berlinang.
“Kenapa engkau menangis, Nak ?” Tanya pemilik warung.
“Aku hanya terharu, Pak.” Jawab anak itu. “Bapak yang baru kukenal tetapi bapak sangat baik padaku. Tidak seperti ibuku, yang begitu tega mengusirku. Bapak yang baru kukenal saja lebih perhatian kepadaku di banding dengan ibuku sendiri.”
Mendengar perkataan anak itu, pemilik warung itu menarik napas panjang dan berkata, “Mengapa kau punya pikiran seperti itu Nak?” Aku hanya memberi kamu semangkuk bakmi kau sudah terharu dan berterima kasih sedemikian rupa. Padahal Ibumu telah memberimu makan setiap hari sejak kau masih kecil hingga kini, mengapa kau tidak berterima kasih padanya, malah kau bertengkar dengannya?”. ”Aku yakin Ibumu tidaklah sejahat yang engkau kira Nak.”
Anak tersebut langsung terhenyak mendengar hal itu. “Benar juga ya, untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal, aku sudah berterima kasih, tapi mengapa kepada Ibuku yang telah memberiku makan dari aku kecil, aku malah tidak berterima kasih padanya. Dan hanya karena perkara sepele aku justru bertengkar dengannya. Betapa tidak tahu diri aku ini.” Gumamnya dalam hati.
Dengan segera anak itu bergegas pulang, sambil memikirkan kata-kata apa yang harus ia ucapkan kepada Ibunya.
Begitu sampai di depan rumah, ternyata ia melihat ibunya dengat wajah letih dan cemas tanda ia sedang khawatir. Dan ketika melihat anak itu pulang sang ibu langsung memeluknya dan berkata, “Oh anakku, kau sudah pulang, maafkan ibu ya nak. Cepatlah masuk, ibu telah menyiapkan makan malam kesukaanmu, cepatlah makan sebelum makanan itu menjadi dingin.”
Pada saat itu si anak tak bisa menahan tangisnya lagi, akhirnya menangislah ia sambil memeluk ibunya, dengan perasaan sangat menyesal atas perbuatannya tadi.
Pembaca yang budiman, barangkali ini bukan kisah orang lain. Bisa jadi “si anak” adalah kita sendiri. Sekali waktu, kita kadang sangat berterima kasih pada orang lain untuk pertolongan “kecil” yang mereka berikan kepada kita. Namun kepada ORANG TUA kita sendiri, terkadang kita jarang mengucapkan terima kasih.

Allah SWT berfirman:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari mereka atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu berkata 'ah' kepada mereka dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra': 23-24).
Syaikh Abdurrahman Nashir As Sa’di dalam kitab Taisirul Karimir Rahman mengatakan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua ini mencakup segala hal baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Berkata ‘ah’ (yang ringan menurut kacamata sebagian kita) saja tidak diperbolehkan, apalagi yang lebih kasar dari itu. Atau bahkan, Na’udzubillah kalau sampai anggota badan kita ikut mengejawantahkannya dalam tindakan.
Sungguh amat tidaklah adil kalau hanya untuk masalah yang sepele saja kita begitu mudah melupakan setumpuk kebaikan yang telah ditorehkan kedua orang tua kita. Hanya karena satu kesalahan yang dibuat, kita begitu mudah men’cap’ orang tua kita tidak sayang pada kita. Padahal beribu kesalahan menggunung mungkin telah kita buat terhadap orang tua kita sejak kita lahir hingga kini, namun mereka selalu saja memaafkan kita meski diselingi dengan amarah dan omelan yang sejatinya hanya hadir di permukaan, tidak dari dasar hati.

Lantas, bisakah kita membalas kebaikan kedua orangtua kita?
Seorang laki-laki pernah datang menemui Rasulullah saw lalu bertanya, ”Wahai Rasulullah saya telah menggendong ibu saya di atas pundak saya, lalu saya menunaikan haji bersamanya. Apakah dengan demikian berarti saya telah membalas jasa beliau?” Nabi saw pun menjawab, “Tidak, kamu belum bisa membalas budi beliau sekalipun dengan Thalqah.”
Thalqah adalah bagian dari rasa sakit yang di derita ibu ketika hendak melahirkan.
Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda:
”Tidaklah seorang anak mampu membalas jasa orang tuanya kecuali jika ia mendapati orang tuanya menjadi budak kemudian ia membeli dan membebaskannya.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Perintah Allah untuk berbuat baik kepada orang tua ini bukanlah dalam rangka membalas jasa mereka, karena walau bagaimanapun kita tak mampu membalas jasa mereka. Akan tetapi hendaknya kita niatkan karena Allah semata. Dialah yang akan melipatgandakan amalan kita hingga kita layak masuk jannah-Nya. Oleh karena itu, marilah kita berlomba untuk berbuat baik pada orang tua kita meski sekedar berucap terima kasih atas semua budi yang mereka berikan. Wallahul musta’an

0 comments

Post a Comment

RADIO DAKWAH SYARI'AH

Browser tidak support

DONATUR YDSUI

DONATUR YDSUI
Donatur Ags - Sept 2011

DOWNLOAD DMagz

DOWNLOAD DMagz
Edisi 10 Th XI Oktober 2011

About Me

My Photo
newydsui
Adalah lembaga independent yang mengurusi masalah zakat, infaq dan shodaqoh dari para donatur yang ikhlas memberikan donasinya sebagai kontribusinya terhadap da'wah islamiyah diwilayah kota solo pada khususnya dan indonesia pada umumnya.
View my complete profile

Followers