yas bin Mu'awiyah Al-Muzanni Hakim yang cerdas dan jenius pada masanya

Posted by newydsui Thursday, December 3, 2009
Iyas bin Mu'awiyah Al-Muzanni
Hakim yang cerdas dan jenius pada masanya
Oleh: Abu Hayyan


Nama beliau ialah Iyas bin Mu'awiyah bin Qurrah Al-Muzanni, lahir pada tahun 46 H di daerah Yamamah Najed. Kemudian beliau berpindah ke Basrah beserta seluruh keluarganya. Di sanalah beliau tumbuh berkembang dan belajar. Beliau sering mondar-mandir ke Damaskus ketika masih belia untuk menimba ilmu dari sisa-sisa sahabat yang mulua dan tokoh-tokoh tabi'in yang agung.

Telah nampak bakat dan kecerdasan putra Al-Muzanni yang satu ini sejak kecil. Orang-orang sering membicarakan kehebatan dan beritanya kendati beliau masih kanak-kanak.

Telah diriwayatkan bahwa ketika masih kecil beliau belajar ilmu hisab di sebuah sekolah yang diajar oleh Yahudi ahli dzimmah. Pada suatu hari berkumpullah kawan-kawannya dari kalangan Yahudi itu, lalu mereka asyik membicarakan masalah agama mereka tanpa menyadari bahwa Iyas turut mendengarkannya.

Guru Yahudi itu bertanya kepada teman-teman Iyas, “Tidakkah kalian heran dengan kaum muslimin itu? mereka berkata bahwa mereka akan makan di surga, namun tidak akan buang air besar?”

Iyas menoleh kepadanya lalu berkata,

Iyas, “Bolehkah aku ikut campur dalam perkara yang kalian perbincangkan itu wahai guru?”

Guru, “Silahkan!”

Iyas, “Apakah semua yang dimakan di dunia ini keluar menjadi kotoran?”

Guru, “Tidak!”

Iyas, “Lantas kemana perginya yang tidak keluar itu?”

Guru, “Tersalurkan sebagai makanan jasmani.”

Iyas, “Lantas dengan alasan apa kalian mengingkari? Jika makanan yang kita makan di dunia saja sebagian hilang diserap tubuh dan memjadi makanan jasmani.”

Merasa kalah argumen, guru itu memberikan isyarat dengan tangannya sambil berkata kepada Iyas, “Semoga Allah mematikanmu sebelum dewasa.”

Semangat putra Al-Muzanni ini semakin membara untuk memperdalam ilmu. Hingga akhirnya sampailah pada suatu titik menkjubkan yang dikehendaki Allah. Sehingga orang-orang tua pun menaruh hormat kepadanya, belajar darinya meskipun beliau masih sangat belia.

Pada suatu tahun, ketika Abdul Malik bin Marwan mengunjungi Basrah, sebelum menjadi khalifah, dia melihgat Iyas yang masih remaja dan belum lagi tumbuh kumisnya berada paling depan sebagai pemimpin, sedangkan di belakangnya ada empat qurra' (penghafal Al-Qiur'an) yang sudah berjenggot panjang dengan pakaian resmi berwarna hijau. Maka Abdul Malik berkata, “Celaka benar orang-orang berjenggot ini, apakah di sini tak ada lagi orang tua yang bisa memimpin, sampai anak sekecil ini dijadikan pemimpin mereka?” Lalu dia menoleh kepada Iyas dan bertanya, “Berapa usiamu wahai anak muda?”

Iyas menjawab, “Usiaku sama dengan usia Usamah bin Zaid saat diangkat oleh Rasulullah sebagai panglima pasukan yang di dalamnya ada Abu Bakar dan Umar wahai amir -semogo Allah memanjangkan umur Anda-. “Abdul Malik berkata, “Kemari, kemarilah wahai anak muda, semoga Allah memberkatimu.”


Tersebarlah berita kecerdasan Iyas, orang-orang berdatangan kepadanya dari berbagai penjuru untuk bertanya tentang ilmu dan agama. Sebagian ingin belajar, sebagian lagi ada yang ingin menguji dan ada pula yang hendak berdebat kusir.

Di antara mereka ada Duhqan (seperti jabatan lurah di kalangan Persi dahulu) yang datang ke majelisnya dan bertanya,

Duhqan, “Wahai Abu Wa'ilah, bagaimana pendapatmu tentang minuman yang memabukkan?”

Iyas, “Haram!”

Duhqan, “Dari sisi mana dikatakan haram, sedangkan ia tak lebih dari buah dan air yang diolah, sedangkan kedua-duanya sama-sama halal?”

Iyas, “Apakah engkau sudah selesai bicara, wahai Duhqan, ataukah masih ada yang hendak kau utarakan?”

Duhqan, “Sudah, silakan bicara!”

Iyas, “Seandainya kuambil air dan kusiramkan ke mukamu, apakah engkau merasa sakit?”

Duhqan, “Tidak!”

Iyas, “Jika kuambil segenggam pasir dan kulempar kepadamu, apakah terasa sakit?”

Duhqan, “Tidak!”

Iyas, “Jika kuambil segenggam semen dan kulempar kepadamu, apakah terasa sakit?”

Duhqan, “Tidak!”

Iyas, “Sekarang, jika kuambil pasir, lalu kucampur dengan segenggam semen, lalu aku tuangkan air di atasnya dan kuaduk, lalu kujemur hingga kering, lalu kupukulkan ke kepalamu, apakah engkau merasa sakit?”

Duhqan, “Benar, bahkan bisa membunuhku.”

Iyas, “Begitulah halnya dengan khamr. Di saat kau kumpulkan bagian-bagiannya lalu kau olah menjadi minuman yang memabukkan, maka dia menjadi haram.”

Ketika beliau menjabat sebagai qadhi atau hakim telah terbukti bahwa dia benar-benar orang yang cerdas, lihai dan memiliki kemampuan besar dalam menyingkap hakikat suatu masalah sampai seakar-akarnya.

Pernah terjadi sengketa antara dua orang. Yang satu berkata bahwa dia telah menitipkan sejumlah harta kepada temannya, tetapi ketika ia memintanya lagi, temannya itu mengelaknya. Iyas bertanya kepada tertuduh dan dia tetap mengingkarinya sambil berkat, “Bila kawanku ini punya bukti, silakan didatangkan, kalau tidak maka tiada jalan baginya untuk menjatuhkan aku kecuali dengan sumpah.”

Iyas khawatir jika orang itu makan harta yang bukan haknya dengan sumpahnya. Maka dia berpaling kepada si penuduh dan bertanya, “Dimanakah tempat engkau menitipkan harta itu kepadanya?” Dia berkata, “Di suatu tempat bernama anu.” Iyas bertanya bagaimana ciri-ciri tempat itu?”

Penuduh menjawab, “Di sana ada sebatang pohon besar. Kami duduk dan makan bersama dan ketika kami hendak beranjak pulang, kuserahkan harta itu kepadanya.” Iyas berkata kepadanya, “Pergilah ke tempat yang terdapat pohon tersebut, karena bila engkau mendatanginya bisa jadi akan mengingatkan kamu di mana telah kau letakkkan barang tersebut, setelah itu kembalilah ke sini untuk mengabarkan apa yang telah engklau dapatkan di sana.

Kemudian pergilah orang itu, sementara Iyas berkata kepada si tertuduh yang masih berada di hadapannya, “Tunggulah di sini sampai kawanmu kembali.” Iapun duduk menanti. Kemudian Iyas pun mengurus perkara-perkara lainnya sambil terus mengawasi tertuduh secara diam-diam. Setelah dilihatnya dia agak tenang, Iyas bertanya, “Apakah kiranya kawanmu itu sudah sampai di tempat di mana ia menitipkan hartanya kepadamu?”

Tanpa menyadari jebakan Iyas tersebut ia menjawab: “Belum , karena tempatnya jauh dari sini.” Mendengar jawaban tersebut Iyas bisa menebak apa yang terjadi sesungguhnya, beliau berkata, “Wahai musuh Allah, engkau hendak memungkiri harta itu sedangkan engkau tahu di mana tempat engkau menerimanya.”

Orang itu tak bisa berkutik lagi, lalu mengakui khianatnya, Iyas memanggil polisi untuk menahannya sampai kawannya datang. Setelah kawannya tiba ia diperintahkan untuk mengembalikan hartanya.

Bukti kecerdasan Iyas terlihat pula dalam kasus berikut:

Ada dua orang yang berselisih lalu mengadukan persoalan kepadanya tentang dua kain beludru yang biasa diletakkan di atas kepala dan dijulurkan hingga ke bahu. Yang satu berwarna hijau, masih baru dan mahal harganya, sedangkan yang lain berwarna merah dan telah usang.

Si penuduh berkata: “Suatu ketika saya beristirahat di sebuah sungai untuk mandi, lalu aku letakkan beludruku milikku yang berwarna hijau bersama bajuku di pinggir telaga. Lalu datanglah orang ini dan meletakkan beludrunya yang berwarna merah di samping beludruku lalu terjun ke telaga. Lalu dia selesai sebelum aku selesai…selanjutnya dia memakai bajunya namun mengambil beludru milikku lalu dipakaikan di kepalanya dan langsung beranjak pergi. Ketika aku selesai kuikuti dia dan aku meminta kembali beludruku, namun dia mengatakan bahwa beludru tersebut miliknya.

Iyas berkata kepada laki-laki yang dituduh, “Bagaimana komentar Anda?” Dia menjawab, Tidak demikian sebenarnya.” Kemudian Iyas berkata kepada penjaga, “Ambilkan aku sebuah sisir.” Lalu diambilkanlah sisir untuk beliau. Selanjutnya Iyas menyisir kedua rambut orang tersebut, lalu keluarlah dari rambut salah seorang dari mereka bulu halus berwarna merah yang tercecer dari beludru merah, yang satunya lagi keluar bulu halus yang berwarna hijau…lalu beliau memutuskan beludru yang merah bagi yang tercecer di rambut kepalanya bulu kain merah dan beludru hijau bagi yang tercecer bulu kain hijau di rambut kepalanya.

Masih ada lagi bukti kecerdasan Iyas dan kejeniusannya. Ada seorang di Kufah yang menampakkan sebagai orang baik-baik di mata masyarakat dan menampakkan sifat wara' dan taqwa. Hingga banyak sanjungan tertuju kepadanya, dan orang -orang menjadikan ia sebagai orang kepercayaan dan menitipkan harta kepadanya bila hendak bepergian atau menitipkan wasiat kepadanya bagi anak-anaknya dan keluarganya ketika merasa hendak datang ajalnya.

Ada seseorang menitipkan harta kepadanya, tetapi ketika si empunya hendak mengambilnya, dia mengelak. Maka orang itu datang kepada Iyas dan melaporkan hal tersebut. Iyas bertanya kepada penuduh, “Apakah kawanmu itu tahu bahwa engkau melapor kepadaku?” Dia berkata,'Tidak”. Iyas berkata, “Kalau begitu pulanglah dan besok saya minta Anda kembali kemari.”

Kemudian Iyas memanggil orang yang dipercaya memegang harta itu (sekaligus sebagai tertuduh) dan berkata kepadanya, ”Ada banyak titipan harta milik anak yatim di tanganku dan tak ada yang mengurusnya. Aku pikir, sebaiknya kutitipkan saja kepada Anda. Kujadikan engkau sebagai wali atas mereka. Apakah rumahmu cukup aman dan Anda memiliki kelonggaran waktu untuk mengurusnya? Orang itu menjawab, “Saya bersedia wahai qadhi.”

Iyas berkata, ”Kalau begitu, datanglah kemari besok lusa dan siapkan tempat untuk menyimpan harta itu. Bawalah orang-orang untuk membantu membawanya.”

Keesokan harinya datanglah penuduh itu kembali. Iyas berkata kepadanya, “Sekarang datangilah kawanmu itu mintalah hartamu kembali, jika dia mengingkari katakan kepadanya, “Akan saya adukan kamu kepada qadhi.”

Orang itupun datang kepada kawannya untuk meminta hartanya, tetapi dia tetap mengelak dan tak mau mengakuinya. Maka berkatalah penuduh itu, “Kalau begitu, sekarang akan aku laporkan engkau kepada qadhi.”

Begitu mendengar ancaman itu, orang yang khianat tersebut segera mengembalikan harta yang diamanatkan kepadanya lalu berdalih bahwa dia lupa dan sebagainya.

Setelah menerima kembali hartanya, penuduh menjumpai Iyas sambil berkata, “Kawanku itu telah mengembalikan hartaku, semoga Allah membalas kebaikan Anda atas jasa dan budi baikmu, wahai qadhi…”

Keesokan berikutnya, sesuai rencana, datanglah si pengkhianat itu kepada Iyas dengan membawa orang untuk mangangkut harta yang dikatakan Iyas. Iyas menghajarnya dan mengumumkan kecurangannya. Beliau berkata, “Celakalah engkau musuh Allah! Kau jadikan agamamu untuk menipu.”

Namun, terkadang kecerdasan dan kejeniusan Iyas ada juga yang bisa mengalahkan dengan argumen yang mematahkannya.

Belaiu bercerita tentang dirinya, “Aku belum pernah kalah kecuali dengan satu orang. Ketika itu di sidang pengadilan Bashrah seseorang menjadi saksi bahwa kebun anu adalah benar-benar milik si Fulan dan dia menguatkannya kepadaku.”

Aku bertanya untuk menguji kebenaran pengakuannya, “Berapa jumlah pohon didalamnya?” Orang itu menunduk sejenak, lalu balik bertanya, ”Berapa lama tuan menjabat qadhi di majelis ini?” Aku menjawab, “Sejak beberapa tahun yang lalu.” Lalu dia bertanya, “Berapa jumlah genting di pengadilan ini?” Aku tak mampu menjawabnya, lalu aku katakan, “Kebenaran ada dipihakmu,” lalu kuterima kesaksiannya itu.

Di saat memasuki usia 76 tahun, Iyas bin Mu'awiyah bermimpi bertemu ayahnya yang telah wafat. Keduanya berlomba naik kuda, ternyata tak ada yang menang. Ayah Iyas wafat tatkala berusia 76 tahun.

Suatu malam Iyas bertanya kepada keluarganya, “Kalian tahu ini malam apa?”

“Tidak”, jawab mereka. Beliau melanjutkan, “Malam ini adalah bertepatan dengan malam kematian ayahku.”

Keesokan harinya, didapatkan bahwa Iyas telah wafat. Semoga Allah merahmati Iyas, hakim yang dikenal sangat cerdas dan jenius pada masanya.

Jejak Para Tabi'in, DR. Abdurrahman Ra'fat Al-Basya, Pustaka At-Tibyan

0 comments

Post a Comment

RADIO DAKWAH SYARI'AH

Browser tidak support

DONATUR YDSUI

DONATUR YDSUI
Donatur Ags - Sept 2011

DOWNLOAD DMagz

DOWNLOAD DMagz
Edisi 10 Th XI Oktober 2011

About Me

My Photo
newydsui
Adalah lembaga independent yang mengurusi masalah zakat, infaq dan shodaqoh dari para donatur yang ikhlas memberikan donasinya sebagai kontribusinya terhadap da'wah islamiyah diwilayah kota solo pada khususnya dan indonesia pada umumnya.
View my complete profile

Followers