ISTIGHFAR SEPANJANG MASA

Posted by newydsui Thursday, December 3, 2009
ISTIGHFAR SEPANJANG MASA

Muqadimah
Sebagai seorang makhluk yang faqir kepada Rabbnya dan seorang hamba yang tidak lepas dari kealfaan dan kesalahan, istighfar kepada Allah adalah suatu kebutuhan setiap pribadi mukmin. Rasulullah SAW telah memberikan contoh yang baik dalam masalah ini, beliau senantiasa beristighfar kepada Allah SWT sekalipun beliau makshum dari segala perbuatan dosa, dan telah diampuni dosa-dosanya oleh Allah baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa istighfar selalu senantiasa melekat pada diri seorang mukmin sekalipun dia tidak melakukan perbuatan dosa, terlebih jika dia telah terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Karenanya, sudah selayaknya bagi kita kaum mukminin untuk senantiasa membasahi lisan kita dengan istighfar, di manapun dan kapanpun kita berada (kecuali pada tempat-tempat yang dilarang untuk berdzikir). Dan sekali-kali tidak akan binasa orang-orang yang senantiasa beristighfar kepada Allah.
Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. Al-Anfal: 33).
Pengertian Istighfar
Istighfar dalam pengertian bahasa adalah memohon ampunan
atas segala dosa yang dilakukan oleh seorang hamba dengan upaya
untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Hal ini dapat dilakukan
baik dengan perkataan maupun perbuatan, beberapa ulama mengungkapkan
istighfar berasal dari kata "al-ghafar" yang berarti "as-
satr/menutup" untuk itu dinamakan istighfar karena mengandung ma'na
menutupi sebagaimana firman Allah :

وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni
(mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun: 14)
Sedangkan dalam Al-Qur’an istighfar mempunyai beberapa pengertian
diantaranya:
1. Al-Islam: Para Ahli Tafsir seperti Mujahid dan `Akramah
mengartikannya demikian berdasarkan pada ayat yang berbunyi:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada
di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka,
sedang mereka meminta ampun.” (QS. Al-Anfal: 33)
2. Doa: Ulama yang lain mengartikannya dengan do'a, setiap do'a
yang berisikan permohonan ampunan disebut istighfar, antara do'a dan
istighfar mempunyai kekhususan dan keumuman. Istighfar menjadi
khusus jika dilakukan dengan perbuatan (al-istighfar bil a'maal)
sebagaimana do'a menjadi khusus jika berisikan bukan permohonan
ampunan.
3. Taubat: Banyak diantara kita mengartikan Istighfar dengan
taubat, seperti diatas keduanya mempunyai kekhususan dan
keumuman. Istighfar: Memohon ampunan dan perlindungan dari perbuatan
dosa dimasa lampau. Taubat: Kembali dan memohan perlidungan dari
perbuatan dosa yang sama dimasa yang akan datang. Ibnul Qoyyim
berpendapat Istighfar dua bagian, Istighfar mufrad dan Istighfar
yang diiringi dangan Taubat (maqrun). Pertama seperti ungkapan Nabi
Nuh terhadap kaumnya,
َفقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
“Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Rabbmu,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” (QS. Nuh:10)
Yang kedua seperti firman Allah:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat
kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada
waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap
orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari
kiamat.” (QS. Huud: 3)

Hukum Istighfar
Istighfar merupakan suatu ibadah yang mulia dan salah satu
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, baik hal tersebut untuk
dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Bagaimakah kedudukan hukum
Istighfar itu sendiri?
1. Mandub. Hukum istighfar pada asalnya adalah mandub/sunnah,
berdasarkan dalil Al-Qur'an dalam surat Al-Muzammil 20.

وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dalam ayat tersebut terkandung makna mandub/sunnah, karena seseorang
beristighfar bukan hanya karena dia melakukan maksiat/dosa, namun bisa
jadi beristighfar untuk dirinya sendiri, kedua orang tuanya, anak-
anaknya ataupun untuk kaum muslimin baik yang sudah meninggal maupun
yang masih hidup.”
2. Wajib. Istighfar yang dilakuan setelah berbuat dosa, seorang
hamba diwajibkan untuk segera beristighfar jika dia berbuat hal yang
dilarang oleh Allah SWT.
3. Makruh. Seperti beristighfar di belakang jenazah, karena
memang tidak ada sanadnya dan Rasulullah tidak menganjurkannya.Yang
dianjurkannya adalah beristighfar bagi mayit ketika sholat jenazah
dan setelah pemakamannya.
4. Haram. Seperti beristighfar untuk orang kafir, Istighfar
bagi mereka tidak ada manfaatnya sama sekali, disebabkan oleh
kekufuran dan kefasikannya, walaupun dia saudara dekat kita,
berdasarkan dalil dalam Al-Qur'an yang berbunyi:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ * وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman
memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun
orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas
bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
neraka jahanam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah)
untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah
diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim
bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri
dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
hatinya lagi penyantun.” (QS. At-Taubah 113-114).
Dan juga firman Allah SWT:
سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَاسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu
mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Munaafiqun:6)

Kemuliaan Istighfar
Istighfar merupakan amalan yang mulia dan senantiasa dilakukan oleh
para Rasul dan waliyullah, berikut beberapa kemulian istighfar :
1. Pujian Allah terhadap Al-Mustaghfirin (mereka yg selalu
beristighfar), Allah SWT memuji mereka sebagaimana termaktub dalam
firman-Nya:
الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَار
“(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang
menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di
waktu sahur. ” (QS. Ali-`Imron: 17)
Dan juga firman Allah:
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS. Adz-
Dzariyaat: 18)
“Ashar” adalah bentuk plural “Sahr” yang berarti
sepertiga malam, waktu ini dikhususkan dengan istighfar, karena
berdo'a diwaktu tersebut amat sangat mustajab.
2. Nabi Muhammad SAW selalu melakukannya. Sebagaimana yang
kita ketahui dari sirahnya bahwa Rasulullah SAW selalu melakukan perbuatan
yang terbaik (afdhal) sekaligus juga selalu mudawamah (kontinuitas)
dalam mengerjakannya, dan Istighfar salah satu amalan yang selalu
dilakukan oleh Rasullullah.
Dalam sebuah hadist Rasullullah SAW bersabda:
“Demi Allah Aku beristighfar dan bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam
sehari.” (HR. Al-Bukhari)
Jika Rasullulah SAW yang ma'shum dan dosanya
sudah diampuni baik dimasa lalu maupun di masa akan datang selalu
beristighfar seratus kali dalam sehari, bagaimana dengan kita?
3. Istighfar merupakan syi’ar para Rasul Allah, tidak ada
seorang Nabi dan Rasulpun yang tidak beristighfar dan selalu mengajak umatnya
untuk beristighfar, Nabi Adam ’Alaihissalam dan Siti Hawa beristighfar atas
dosa yang telah mereka perbuat.
Allah SWT berfirman, tentang keduanya berkata:
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنْ الْخَاسِرِينَ
“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 23)
4. Istighfar merupakan asas ubudiyah. Ketika seorang hamba
beristighfar dia akan merasakan betapa hina dan rendah dirinya, akan
selalu merasakan bahwasanya dia tidaklah ada apa-apanya dibanding
Sang Khalik dan amat sangat membutuhkan-Nya dalam mengarungi bahtera
kehidupan. Maka dianjurkan dalam beristighfar untuk merendahkan
diri, ikhlas kepada-Nya dan tentunya istighfar tersebut tidak hanya
sekedar terucap dengan bibir saja namun hatipun harus digerakkan.
5. Dalam Istighfar ada maslahat yang tidak diketahui oleh
seorang hamba.
Para ulama salaf berkata, “Dosa seorang hamba bisa
membawanya ke jannah, dan amal seorang hamba bisa membawanya ke neraka.”
Mereka berkata: “Bagaimana hal ini bisa terjadi?” Ketika seorang hamba
berbuat dosa, setiapkali mengingatnya dia menangis, menyesal dan
akhirnya bertaubat dan beristighfar, tunduk kepada-Nya berusaha
melakukan perbuatan baik tanpa mengulangi lagi dosa tersebut, maka dia
akan mendapatkan rahmat-Nya dan masuk jannah. Sebaliknya ketika dia
berbuat baik, kemudian riya’, sombong, ta’jub atas pujian orang
kepadanya, maka dia akan mendapat kemurkaan Allah dan akhirnya masuk
neraka. Tanda-tanda kebahagian adalah menjadikan perbuatan baik
berada dibelakang punggungya dan perbuatan dosa didepan pelupuk mata
Sebaliknya tanda-tanda kesengsaraan adalah menjadikan perbuatan baik
dipelupuk mata dan kejelekannya dibelakang punggungnya. Alangkah
beruntungnya seseorang yang sibuk dengan aibnya sendiri dan
memperbaikinya serta melupakan aib orang lain.
Semoga Allah SWT memasukkan kita ke dalam golongan mustaghfirin (orang-orang yang senantiasa beristighfar kepada-Nya), dan orang-orang yang senantiasa menjadikan dosa-dosanya berada di pelupuk matanya dan kebaikan-kebaikannya berada di belakang punggungnya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa memperbanyak Istighfar maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan, dan memberinya jalan keluar bagi kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duga.” (HR. Abu Dawud).
Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Wa Shallallahu ‘Ala Muhammadin wa ‘Ala Alihi wa Ashhabihi Ajma’in.

Reference:
1. Ahammiyatul Istighfar, Ali bin Nayif Asy-Syahud.
2. Al-Istighfar, Wa Tsamaratuhu Al-‘Ajilah wal Ajilah, Muhammad bin Ali Al-‘Arfaj.
3. Keutamaan Istigfar; Ustadz Ali Halim. www.pesantrenvirtual.com
4. Dan lain-lain.

0 comments

Post a Comment

RADIO DAKWAH SYARI'AH

Browser tidak support

DONATUR YDSUI

DONATUR YDSUI
Donatur Ags - Sept 2011

DOWNLOAD DMagz

DOWNLOAD DMagz
Edisi 10 Th XI Oktober 2011

About Me

My Photo
newydsui
Adalah lembaga independent yang mengurusi masalah zakat, infaq dan shodaqoh dari para donatur yang ikhlas memberikan donasinya sebagai kontribusinya terhadap da'wah islamiyah diwilayah kota solo pada khususnya dan indonesia pada umumnya.
View my complete profile

Followers