SULAIMAN BIN YASAR
Oleh: Amar Syarifuddin, Lc
Dia adalah, Ulama, imam, dan mufti ahli madinah. Semasa hidup dia banyak menimba ilmu dari para shahabat, hingga akhirnya dia menjadi gudang dari ilmu. Sedemikian dalam ilmunya hingga sebagian ulama lebih mengunggulkan dirinya dari Sa’id bin Al-Musayyib.
Sedang yang meriwayatkan hadits darinya; Saudara kandungnya yaitu ‘Atha, Az-Zuhri, Bukair bin Al-Asyij, ‘Amru bin Dinar, ‘Amru bin Maimun bin Mihran, Salim Abu Nadhr, Rabi’atur Ra’yi, Abu Al-Aswad, Ya’la bin Hakim, Ya’kub bin ‘Utbah dll.
Dia termasuk dalam deretan para tokoh besar Tabi’in adalah mereka yang disebut al-Fuqaha as-Sab’’ah (Tujuh Fuqaha). Mereka-lah para ulama besar kalangan Tabi’in dan semuanya berasal dari Madinah. Mereka adalah; Sa’id bin Al-Musayyib, ‘Urwah, Al-Qasim, Abu Bakr bin ‘Abdurrahman, Kharijah bin Zaid, ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah, dan Sulaiman bin Yasar.
Al-Hasan bin Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata, “Menurut kami Sulaiman bin Yasar lebih berilmu daripada Sa’id bin Al-Musayyib.”
Yazid Al-Hudzali berkata, “Aku mendengar Sualaiman bin Yasar berkata, ‘Sa’id bin Al-Musayyab adalah manusia (berilmu) yang tersisa.’ Dan aku juga pernah mendengar ada seseorang datang kepada Said bin Al-Musayyab untuk bertanya kepadanya, kemudian Sa’id berkata, ‘Pergilah pada Sulaiman bin Yasar, karena dialah orang yang terpandai di antara manusia (berilmu) yang tersisa hari ini.”
Pada suatu hari Sulaiman dan Atho kembali dari menunaikan ibadah haji. Di tengah perjalanan, mereka beristirahat di suatu tempat di daerah Abwa'. Sulaiman dan teman-temannya pergi dari tempat itu untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan Atho' sendirian, lalu ia sholat. Tiba-tiba datang seorang perempuan Badui ke tempat itu. Setelah mengetahui ada orang perempuan datang, Atho' mempercepat sholatnya. Lalu bertanya kepadanya, "Apakah anda ada keperluan?".
Perempuan tersebut menjwab, "Berdirilah, dan berbuatlah kepadaku dengan perbuatan yang memuaskan nafsuku, karena saya tidak punya suami".
Di saat keduanya menangis, datanglah Sulaiman dari memenuhi hajatnya. Melihat saudarnya menangis, ia pun ikut menangis. Lalu teman-temannya berdatangan. Melihat Sulaiman dan Atho’ menangis satu persatu dari mereka ikut menangis, sehingga ramailah tempat itu dengan tangis. Melihat banyak orang -orang yang menangis, perempuan itu bangkit dan pergi. Setelah tangis mereka reda, Sulaiman tidak berani bertanya kepada saudaranya tentang peristiwa yang dialami tersebut.
Sesampainya mereka singgah di suatu tempat. Pada malam harinya, Atho tidur, dan ketika bangun ia menangis. Sulaiman bertanya kepadanya, "Apa yang menyebabmu menangis?". Tangis Atho justru semakin keras. Atho baru menjawab pertanyaan, setelah Sulaiman mengulangi pertanyaannya dua kali. Dia menjawab "Yang menyebabku menagis adalah mimpiku tadimalam". "Mimpi apa ?" Atho menjawab, "Hai adikku, jangan kau ceritakan mimpiku ini kepada orang lain selama aku masih hidup. Tadi malam saya melihat Nabi Yusuf. Saya mendatanginya. Ketika saya melihat ketampanannya, saya ,menangis. Nabi Yusuf bertanya kepadaku, "Apa yang membuatmu menangis?". Aku menjawab," Saya teringat peristiwa antara kamu dan istri Al Aziz dan apa yang menimpamu, yaitu engkau dipenjara dan dibuang oleh saudara-saudaramu". Nabi Yusuf berkata kepadaku, "Tidakkah Engkau kagum pada seorang laki-laki yang digoda perempuan di daerah Abwa?" Atho` tahu siapa yang dimaksud oleh nabi Yusuf, maka ia menangis dan terjaga dari tidurnya". Sulaiman pernah juga meminta saudaranya supaya menceritakan peristiwa yang menimpanya sewaktu berada di Abwa`, lalu ia menceritakan itu kepadanya. Semasa hidup Atho` Sulaiman tidak pernah menceritakan peristiwa yang di alami oleh saudaranya. Setelah meninggal, barulah ia berani menceritakan kisah kepada istrinya. Istri Sulaiman berkata, "Peristiwa itu tidak tersebar, kecuali setelah Sulaiman wafat".
Reference:
- Siaru A'lam An-Nubala 4/444-448
- Tahdzibu Tahdzib 4/199 - 201
0 comments