Bangun komunikasi, hindari perceraian dini

Posted by newydsui Monday, June 29, 2009
BANGUN KOMUNIKASI
HINDARI PERCERAIAN DINI

Oleh : Ummu Hanan Dzakiya

Baru-baru ini dunia entertainment tengah diguncang berita heboh tentang ‘tragedi manohara’, seorang model cantik asal Indonesia yang dinikahi seorang pangeran dari negeri Selangor, Malaysia. Secara kasat mata harusnya si Manohara ini bahagia karena selalu bergelimang harta dan kemewahan. Tapi, alih-alih bahagia, justeru dia melarikan diri dari suami yang menurutnya telah memenjarakan dan menyiksanya lahir dan batin.
Kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) yang menimpa Manohara ini sebenarnya merupakan gunung es, karena sejatinya banyak sekali rumah tangga yang diguncang oleh kasus yang sama hingga akhirnya harus berujung pada perceraian. Wal ‘iyadzu billah.
Sebenarnya apa titik permasalahannya hingga dua hati yang awalnya saling mencinta dan bertemu atas dasar kecocokan akhirnya harus usai begitu saja? Adakah sesuatu yang salah? Padahal Allah memadukan dua hati dalam ikatan pernikahan ini agar keduanya merasa tentram, tercipta sakinah (ketenangan), mawaddah (kasih sayang) dan rahmah. Kenapa yang terjadi justeru sebaliknya?

Terabaikannya Syari’at
Biang keladi dari hancurnya biduk rumah tangga sejatinya adalah karena ia dibangun di atas pondasi yang rapuh. Pondasi yang mengacuhkan rambu-rambu syar’I yang mengokohkan bangunan di atasnya. Suami tak faham akan hak dan kewajibannya. Begitu pula sang isteri. Atau masing-masing hanya ingin haknya terpenuhi tanpa merasa perlu memenuhi kewajibannya. Ibarat kapal yang berlayar dengan dua nahkoda, yang masing-masing menginginkan tujuan yang berbeda. Akibatnya justeru kapal tak mampu berlayar sempurna hingga tak jarang harus karam karena pertikaian dua nahkodanya, mengorbankan para penumpang yang tak berdosa, yakni anak-anak mereka.

Berusaha ‘Take and give’
Perbedaan alur karakter antara suami isteri adalah suatu hal yang wajar, karena keduanya berasal dari dua komunitas yang berbeda. Dididik dan dibesarkan dengan cara berbeda. Adalah mustahil jika karakter yang sudah mendarah daging puluhan tahun harus berubah dalam hitungan beberapa tahun, bulan, atau bahkan hanya beberapa hari. Semuanya perlu proses yang melibatkan rasa pengertian dan bantuan kedua belah pihak. Masing-masing harus mau menerima kelebihan dan kekurangan pasangan seperti halnya ia mengakui kelebihan dan kekurangannya. Karena tak seorang pun di dunia ini yang sempurna segalanya. 
Hendaknya kita saling memanfaatkan kelebihan yang ada dan berusaha menghilangkan segala keburukan yang dimiliki pasangan kita dengan tahapan-tahapan yang bijaksana, sesuai dengan tingkat keburukannya. Dan ini dilakukan tanpa paksaan dan merendahkan pasangan karena kekurangannya. Alangkah indahnya perkataan imam Syaf’i kepada orang yang tidak sependapat dengannya, ”Pendapatku benar tapi ada kemungkinan salah dan pendapatmu salah namun ada kemungkinan benar.”
Rasulullah pernah bersabda, “Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah, jika ia tidak menyukai salah satu akhlaq (istri) nya, ia menyukai dari padanya akhlak yang lain.” (HR. Bukhari) 

Membangun Komunikasi Efektif

Kericuhan dan keributan sering terjadi hanya gara-gara seorang suami atau isteri tak mampu merespon keinginan pasangannya yang memang hanya tertahan di hati. Pasangannya merasa bahwa dengan bahasa verbalnya sudah cukup membuat suami atau isterinya mengerti dan meresponnya. Padahal suami atau isterinya ini termasuk tipe orang yang nggak ‘nge`h’ dengan gaya verbalnya, hingga meledaklah ‘perang dunia’ karenanya. Sebenarnya ini semua tak perlu terjadi jika semuanya dikomunikasikan dengan baik.
Banyak perselisihan yang terjadi antara suami dan istri disebabkan karena kurangnya komunikasi. Padahal perselisihan dalam sebuah keluarga merupakan gangguan Iblis. Rasulullah saw pernah menerangkan kepada para sahabat: ”Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air. Kemudian ia mengirimkan bala tentaranya. Tentara yang paling dekat kedudukannya dengan iblis adalah yang menimbulkan fitnah paling besar kepada manusia. Salah satu dari mereka datang dan berkata: ‘Aku telah lakukan ini dan itu.’ Iblis menjawab: ‘Engkau belum melakukan apa-apa.’” Nabi melanjutkan: “Lalu datanglah salah satu dari mereka dan berkata: ‘Tidaklah aku meninggalkannya kecuali setelah berhasil menceraikan dia dari istrinya.’ Beliau melanjutkan: “Lalu iblis mendekatkan kedudukannya dan berkata: ‘Sebaik-baik pekerjaan adalah yang telah engkau lakukan.’” (HR. Muslim)
Begitulah, Iblis menjadikan menceraikan pasangan suami-istri sebagai prestasi tertinggi tentaranya. Karena itu, Islam mencegah perbuatan yang bisa menyebabkan perselisihan suami-istri, diantaranya dengan membangun komunikasi yang baik. 
Seiring dengan panjangnya perjalanan waktu dan lika-liku kehidupan kadang ikatan pernikahan mengendur. Maka perkuat lagi ikatan itu dengan mengingat-ingat kembali tujuan pernikahan. Hendaknya kita selalu membangun komunikasi yang positif. Komunikasi adalah kunci keharmonisan. Karena itu, kita harus paham betul cara berkomunikasi dengan pasangan kita dan menghidupkan musyawarah dalam keluarga. Bahkan untuk urusan kecil sekalipun perlu dibicarakan bersama. Insya Allah, Allah swt akan memberi kebaikan yang banyak dalam keluarga kita. Amin. 

1 Responses to Bangun komunikasi, hindari perceraian dini

  1. laila rohmah Says:
  2. emang namanya nikah butuh kesabaran, saling memahami dan perlu di ingat bahwa hidup adalah masalah, tingal bgaimana kita menghadapi masalah.... ista'inu bisshobri wash sholah....

     

Post a Comment

RADIO DAKWAH SYARI'AH

Browser tidak support

DONATUR YDSUI

DONATUR YDSUI
Donatur Ags - Sept 2011

DOWNLOAD DMagz

DOWNLOAD DMagz
Edisi 10 Th XI Oktober 2011

About Me

My Photo
newydsui
Adalah lembaga independent yang mengurusi masalah zakat, infaq dan shodaqoh dari para donatur yang ikhlas memberikan donasinya sebagai kontribusinya terhadap da'wah islamiyah diwilayah kota solo pada khususnya dan indonesia pada umumnya.
View my complete profile

Followers