JANGAN DURHAKAI ANAK

Posted by newydsui Sunday, June 10, 2012

JANGAN DURHAKAI ANAK
Oleh : Abdurrohman

Barangkali kita akan mengernyitkan dahi ketika membaca judul diatas. Bukankah yang biasa berbuat durhaka adalah anak?  Untuk menjawab rasa penasaran , mari kita ikuti kisah Khalifah umar bin Khattab  dengan seorang bapak yang mengadukan perihal anaknya.  Seorang  laki-laki datang menghadap Umar bin Khatthab. Ia bermaksud mengadukan anaknya yang telah berbuat durhaka kepadanya dan melupakan hak-hak orangtua. Kemudian Umar mendatangkan anak tersebut dan memberitahukan pengaduan bapaknya. Anak itu bertanya kepada Umar bin Khaththab, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak pun mempunyai hak-hak dari bapaknya?” . “Ya, tentu,” jawab Umar tegas. Anak itu bertanya lagi, “Apakah hak-hak anak itu, wahai Amirul Mukminin?”. “Memilihkan ibunya, memberikan nama yang baik, dan mengajarkan al-Qur’an kepadanya,” jawab Umar menunjukkan.

 Anak itu berkata mantap, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku belum pernah melakukan satu pun di antara semua hak itu. Ibuku adalah seorang bangsa Ethiopia dari keturunan yang beragama Majusi. Mereka menamakan aku Ju’al (kumbang kelapa), dan ayahku belum pernah mengajarkan satu huruf pun dari al-Kitab (al-Qur’an). “Umar menoleh kepada laki-laki itu, dan berkata tegas, “Engkau telah datang kepadaku mengadukan kedurhakaan anakmu. Padahal, engkau telah mendurhakainya sebelum dia mendurhakaimu. Engkau pun tidak berbuat baik kepadanya sebelum dia berbuat buruk kepadamu.”

 Kata-kata Umar bin Khatthab ini mengingatkan kepada kita -para bapak- untuk banyak bercermin. Sebelum kita mengeluhkan anak-anak kita, selayaknya kita bertanya apakah telah memenuhi hak-hak mereka. Jangan-jangan kita marah kepada mereka, padahal kitalah yang sesungguhnya berbuat durhaka kepada anak kita. Jangan-jangan kita mengeluhkan kenakalan mereka, padahal kitalah yang kurang memiliki kelapangan jiwa dalam mendidik dan membesarkan mereka.

Kita sering berbicara kenakalan anak, tapi lupa memeriksa apakah sebagai orangtua kita tidak melakukan kenakalan yang lebih besar. Peribahasa mengatakan buah jatuh tak jauh dari pohonnya; perilaku anak terkait erat dengan kelakuan orangtuanya. Sudahkah kita menyadarinya?

ANAK  ADALAH AMANAH, TUNAIKAN HAKNYA !


 Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah dalam kitabnya yang berjudul Ijtima’ Al-Juyusy Al-Islamiyah menerangkan bahwa nikmat terbagi dua; nikmat yang bersifat mutlak yaitu nikmat yang akan mengantarkan seseorang pada kebahagiaan abadi, seperti kebahagiaan seseorang dalam berislam dan mengikuti sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Yang kedua adalah nikmat yang bersifat muqayyad (mengikat ) yaitu  nikmat yang digambarkan dalam bentuk kesehatan, anak, kekayaan, dan istri shalihah

Menurut Ibnu Qoyyim rahimahullah, anak merupakan bentuk nikmat karena merupakan pemberian dari Allah Ta’ala. Pemberian ini merupakan amanah. Karenanya, setiap orang tua yang dikaruniai anak harus berusaha mengarahkan anak agar tetap terjaga fithrah; terjaga tauhid dan keimanannya.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

    كُلُّ مَوْ لُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَة فَأبَوَاهُ  يُهَوِّدَانِهِ أَوْ  يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan diatas fithrah (bertauhid). Maka, kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR.Bukhori, no.1384 dan Muslim, no.2658, Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Ibarat lembaran kertas yang masih putih bersih, orang tualah yang akan menulis sesuatu dengan tinta diatasnya. Baik tulisan itu akan mendatangkan manfaat atau madhorot. Begitu juga halnya dengan anak, kedua orang tualah yang bertanggung jawab untuk mendidik dan mengarahkan, tentunya kepada jalan yang bisa memberikan manfaat; baik untuk agama, negara dan sesamanya.  Walaupun terkadang usaha baik tidak berbanding lurus dengan hasil yang diharapankan orang tua, Nabi Nuh ‘Alaihissalam contohnya, memiliki anak yang durhaka kepada orang tua dan penciptanya. Dalam keadaan seperti ini, tawakal adalah kuncinya. Karena takdir manusia sudah ditentukan lima puluh ribu tahun sebelum alam semesta dicipta.

Tapi ada beberapa hal yang seyogyanya ditempuh oleh orang tua sebelum bertawakal kepada Alloh. Yaitu dengan berusaha memenuhi sebab-sebab untuk mendapatkan apa yang kita inginkan,  biasa kita sebut dengan ikhtiar. Hal ini penting karena  Allah dan rasulNya  mencela orang yang bertawakal saja tanpa melakukan ikhtiar.

Diantara usaha/ ikhtiar yang harus dilakukan orang tua untuk menunaikan hak bagi anaknya adalah:

1.      Memilihkan ibu sholihah yang dapat membimbingnya.

2.      Memberi nafkah dari jalan yang halal, karena setiap daging yang tumbuh dari barang haram maka nerakalah yang berhak untuk membakarnya.

3.      Memberi nama yang baik, karena nama adalah do’a.

4.      Mengajarkan Al qur’an kepadanya sebagai bekal hidup ketika anak telah dewasa.

Sabar dalam medidik anak

Kesabaran mutlak diperlukan dalam mendidik anak, hal ini disebabkan karena panjang dan lamanya waktu yang diperlukan para orang tua dalam mendidik. Ditambah lagi para orangtua harus dihadapkan dengan karakter anak yang beraneka ragam. Moh. Fauzil Adzim menulis dalam bukunya “Membuat anak gila Membaca”, di dalamnya dia menuliskan 7 kunci mendidik anak, yaitu :

    Jangan MARAH
    Jangan MARAH
    Jangan MARAH
    Ikhlas
    Berkata yang benar
    Ingat kelebihannya
    Jangan sibuk dengan kekurangannya

Beliau  bahkan menuliskan “jangan marah” sampai 3 kali, dengan kata lain kita disuruh untuk sabar. Karena memang berat sekali melakukan “sabar”. Siapa bilang mengasuh dan mendidik anak tidak capek ? Tentu saja capek, bahkan sangat capek  sekali. Namun orang yang bisa sabar menjalaninya tidak  akan rugi. Dalam sebuah hadist disebutkan : “Setiap keletihan, penyakit, kegelisahan, kesedihan, perlakuan jahat dan kegalauan yang menimpa seorang muslim, hingga duri yang menusuknya sekalipun, semua itu akan menyebabkan Allah menghapuskan kesalahan (dosa-dosanya).” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad).

Disatu sisi, marah kepada anak juga merupakan suatu hal yang wajar, tapi bukan marah yang keterlaluan yang biasanya menyebabkan kekerasan fisik kepada anak.  Solusi untuk mencegah marah orang tua dapat diatasi dengan cara kita memahami dunia anak, bukan melihat perilaku anak dengan kacamata dunia kita sbagai orang tua. Karena berbeda hakikatnya antara dunia anak dan dunia orang tua.

Satu hal yang patut diingat bahwa mendidik anak adalah merupakan sebuah ibadah, apalagi kalau berhasil melahirkan anak yang sholih, amal akan terus mengalir kepada kedua orang tuanya. Maka, tunaikan hak anak dan jangan durhakai dia. ( dari berbagai sumber)

1 Responses to JANGAN DURHAKAI ANAK

  1. Unknown Says:
  2. SOLUSI MUDAH, CEPAT LUNASI UTANG ANDA, TANPA PERLU RITUAL, WIRIDAN, PUASA DLL.
    Anda tak perlu ragu harus tertipu dan dikejar hutang lagi,
    Kini saya berbagi pengalaman sudah saya rasakan dan buktikan, Atas bantuan pak ustad Insyaallah dengan bantuan dana hibah gaibnya, semua masalah Ekonomi hutang saya terselesaikan. untuk konsultasi tata caranya silahkan kunjungi wapsitenya di [⌣»̶•̵̭̌✽̤̈•̵̭̌☀̤̈>>KLIK*DISINI<<☀̤̣̈̇•̵̭̌✽̤̈•̵̭̌«̶⌣]
    karna nmr hp pak ustad tdak bisa di publikasikan sembarangan. terima kasih...

     

Post a Comment

RADIO DAKWAH SYARI'AH

Browser tidak support

DONATUR YDSUI

DONATUR YDSUI
Donatur Ags - Sept 2011

DOWNLOAD DMagz

DOWNLOAD DMagz
Edisi 10 Th XI Oktober 2011

About Me

My Photo
newydsui
Adalah lembaga independent yang mengurusi masalah zakat, infaq dan shodaqoh dari para donatur yang ikhlas memberikan donasinya sebagai kontribusinya terhadap da'wah islamiyah diwilayah kota solo pada khususnya dan indonesia pada umumnya.
View my complete profile

Followers