MUKMIN BERDERAJAT TINGGI
Oleh: Tengku Azhar, Lc.
Oleh: Tengku Azhar, Lc.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِي
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadillah: 11)
Tafsir Ayat di Atas
Imam Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman seraya mendidik hamba-hamba-Nya yang beriman seraya memerintahkan kepada mereka untuk saling berbuat baik kepada sesame mereka di dalam majelis, ‘Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu’. Yang demikian itu karena balasan itu sesuai dengan perbuatan. Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, ‘Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan’. Maksudnya, janganlah kalian berkeyakinan bahwa jika salah seorang di antara kalian memberi kelapangan kepada saudaranya, baik yang datang maupun yang akan pergi lalu dia keluar, maka akan mengurangi hak-haknya. Bahkan hal itu merupakan ketinggian dan perolehan martabat di sisi Allah. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyia-nyiakan hal tersebut, bahkan Dia akan memberikan balasan kepadanya di dunia dan akhirat. Sesungguhnya orang yang merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya dan akan memasyhurkan namanya. Oleh karena itu, Dia berfirman,
“...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Maksudnya, Dia Mahamengetahui orang-orang yang memang berhak mendapatkan hal tersebut dan orang-orang yang tidak berhak mendapatkannya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Ath-Thufail Amir bin Watsilah, bahwa Nafi’ bin Abdil Harits pernah bertemu dengan Umar bin Khaththab di Asafan. Umar mengangkatnya menjadi pemimpin Makkah lalu Umar berkata kepadanya, “Siapakah yang engkau angkat khalifah atas penduduk lembah?” Ia menjawab, “Yang aku angkat sebagai khalifah atas mereka adalah Ibnu Abzi, salah seorang budak kami yang telah merdeka.” Maka Umar bertanya, “Benar engkau telah mengangkat seorang mantan budak sebagai pemimpin mereka?” Ia pun berkata, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya dia adalah seorang yang ahli membaca Kitabullah (Al-Qur`an), memahami ilmu Faraidh, dan pandai berkisah.” Kemudian Amirul Mukminin Umar bin Khaththab berkata, “Sesungguhnya Nabi kalian telah bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِين
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat suatu kaum karena Kitab ini (Al-Qur`an) dan merendahkan dengannya sebagian lainnya.” (HR. Muslim, no. 1934)
Mukmin Berilmu Lebih Utama Atas Mukmin Yang Jahil
1. Dari Shahabat Abu Darda` -radhiyallahu- ia berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ سَبِيْلاً يَبْتَغِي بِهِ عِلْماً، سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ. وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتِهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَصْنَعُ. وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلًّ شَيْءٍ حَتَّى الْحَيْتَانُ فِي الْمَاءِ. وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ. وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَاراً وَلاَ دِرْهَماً, إِنَّمَا وَرَّثُْوا الْعِلْمَ, فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Barangsiapa yang menempuh sebuah jalan guna mencari ilmu niscaya Allah akan memudahkan jalannya untuk masuk ke dalam Jannah. Sesungguhnya para malaikat betul-betul meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena mereka ridha dengan apa yang dia tuntut. Sesungguhnya seorang alim (orang yang berilmu) itu dimintaampunkan oleh segala sesuatu sampai ikan-ikan di lautan. Kelebihan seorang alim di atas abid (ahli ibadah) adalah bagaikan kelebihan yang dimiliki oleh bulan di atas bintang-bintang lainnya. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula perak akan tetapi mereka hanya mewariskan ilmu, karenanya barangsiapa yang mengambilnya (ilmu) maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat besar.” (HR. Abu Daud no. 3642 dan At-Tirmizi no. 2682 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6297)
Dari hadits di atas tampak jelas keutamaan orang mukmin yang berilmu atas selain mereka:
1. Dia akan dinaungi oleh para malaikat dengan sayap-sayap mereka.
2. Segala sesuatu akan memintaampunkan dosanya kepada Allah mulai makhluk yang berada di bawah lautan sampai makhluk yang ada di atas langit (para malaikat).
3. Dia diibaratkan sebagai bulan yang menerangi alam semesta, sementara orang yang hanya beriman tapi tidak berilmu hanya diibaratkan sebagai bintang yang hanya menerangi dirinya sendiri.
4. Mereka adalah pewaris para nabi, dan cukuplah ini menunjukkan keutamaan mereka.
5. Dia bisa mengajarkan ilmunya kepada orang lain, yang dengannya pahala akan terus mengalir kepadanya -sampai walaupun dia telah meninggal- selama ilmu yang diajarkan masih diamalkan oleh orang-orang setelahnya.
Dan kelima perkara ini tidak akan didapatkan oleh orang yang hanya beriman tapi tidak berilmu (ahli ibadah). Karenanya sangat wajar sekali kalau Allah tidak menyamakan kedudukan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu karena mereka adalah mujahid yang memperbaiki dirinya, memperbaiki orang lain, dan melindungi agama Allah dari setiap perkara yang bisa merusaknya, berbeda halnya dengan ahli ibadah yang kebaikannya hanya terbatas pada dirinya.
Berkaca dari semua keutamaan di atas, kita tentu akan memahami kenapa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masih diperintahkan oleh Allah untuk meminta penambahan ilmu agama, padahal beliau adalah makhluk yang paling berilmu secara mutlak. Kalau beliau masih diperintahkan oleh Allah untuk menambah perbendaharaan ilmu beliau dan diperintahkan untuk berdoa meminta tambahan ilmu, maka bagaimana lagi dengan kita?!
Karenanya jika kita telah diberikan minat oleh Allah untuk mendekati ilmu agama -apalagi yang telah terjun di dalam menuntutnya- maka bergembiralah, karena sungguh itu merupakan tanda besar yang menunjukkan Allah ingin kamu mendapatkan kebaikan di dunia dan Dia akan mempermudah jalanmu untuk masuk ke dalam jannah, yang mana jalan menuju ke sana adalah perjalanan yang sangat panjang lagi berat.
2. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyamaratakan antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Katakanlah apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)
3. Orang yang berilmu disejajarkan persaksiannya dengan para malaikat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Allah bersaksi bahwasannya tidak ada ilah yang berhak diibadahi (dengan benar) melainkan Dia, para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga bersaksi yang demikian itu).” (QS. Ali Imran: 18)
4. Orang yang takut kepada Allah (khasyyatullah) hanyalah orang-orang yang berilmu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-Nya adalah para ulama (orang-orang yang berilmu).” (QS. Fathir: 28)
5. Orang yang mencari ilmu berarti dia telah berada di atas ketaatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Tidak sepatutnya bagi orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang) mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka, beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah : 122)
6. Orang yang berilmu berarti dia telah dikehendaki oleh Allah kebaikan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْراً يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengannya kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang urusan agama.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Wallahu A’lamu bish Shawab.
0 comments