CINTAI AKHIRAT, JANGAN LUPAKAN DUNIA

Posted by newydsui Wednesday, June 30, 2010
CINTAI AKHIRAT, JANGAN LUPAKAN DUNIA
(Jangan Jadikan diri kita Qarun-qarun Abad ini)
Oleh: Tengku Azhar, Lc.

Allah Subhanahu wa Ta’al berfirman:

وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآَخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77).

Tafsirul Ayat dan Hubungannya dengan Kisah Qarun


Imam Ibnu Katsir –rahimahullah- ketika menafsirkan ayat ini berkata, “Gunakanlah harta yang banyak ini dan segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadamu untuk menta’ati Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagaimacam ibadah dan amal shalih yang dapat memberikanmu pahala (ganjaran) yang banyak kelak pada hari kiamat. Dan janganlah engkau melupakan bahagianmu dari negeri dunia, yakni gunakanlah harta tersebut untuk kebutuhan hidup duniamu dari hal-hal yang telah dihalalkan oleh Allah untukmu, seperi makan, minum, pakaian, tempat tinggal, nikah, dan yang lainnya. Karena sesungguhnya Allah punya hak atas dirimu yang wajib engkau tunaikan, begitupula tubuhmu, keluargamu, istrimu, maka berikanlah (tunaikanlah) kepada setiap yang berhak haknya masing-masing. Serta berbuat baiklah kepada makhluk-makhluk Allah lainnya sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi ini, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Syaikh Aly bin Nayif Asy-Syahud dalam kitabnya Durusun wa ‘Ibarun min Qishshati Qarun ketika menjelaskan ayat ini berkata,
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat..”.
Maknanya pergunakanlah apa yang telah diberikan Allah kepadamu berupa harta dan nikmat yang besar dalam ketaatan kepada Rabb-mu, dalam mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagaimacam sarana yang akan menghasilkan pahala untukmu di dunia dan akhirat. Karena sesungguhnya dunia ini adalah ladang untuk kehidupan akhirat.

“dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi”.
Maknanya jangan kamu tinggalkan bagianmu dari kenikmatan dunia yang telah diperbolehkan Allah. Yaitu kelezatan yang berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan istri.
Dari ‘Aun bin Abi Juhaifah dari Ayahnya dia berkata, Rasulullah mempersaudarakan Salman Al-Farisi dengan Abu Darda`. Salman berkunjung ke Rumah Abu Darda` dan dia melihat Ummu Darda` (istri Abu Darda`) memakai pakaian yang sudah usang. Karena itu, Salman bertanya kepada Ummu Darda’, “Ada apa denganmu?” Ummu Darda` menjawab, “Saudaramu, Abu Darda` tidak begitu peduli akan dunia.” Abu Darda` datang. Lalu ia menyuguhkan makanan untuk Salman, seraya berkata, “Makanlah! Aku sedang berpuasa.”
Salman menjawab, “Aku tidak makan, kecuali kalau engkau makan.” Lalu Abu Darda` makan.
Setelah malam tiba, Abu Darda` bangun untuk shalat. Salman berkata, “Tidurlah!” Lalu Abu Darda` tidur, kemudian dia bangun lagi. Salman berkata, “Tidurlah!” Dan setelah sampai di penghujung malam, Salman berkata, “Sekarang, bangunlah!” Kemudian mereka shalat berdua. Selanjutnya Salman berkata kepada Abu Darda`, “Sesungguhnya Rabb-mu memiliki hak atas dirimu, badanmu memiliki hak atas dirimu, dan keluargamu (termasuk Ummu Darda`) memiliki hak atas dirimu. Maka berikanlah kepada yang berhak, haknya masing-masing.”
Berikutnya Abu Darda` mendatangi Nabi. lalu menceritakan hal tersebut kepada beliau. Lantas Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Salman benar.” (HR. Al-Bukhari).

Ini adalah sikap wasathiyah (tengan-tengah) agama Islam dalam kehidupan. ‘Ubaidillah bin Al-‘Aizar berkata, “Aku bertemu seorang Syaikh besar dari Arab di daerah Raml. Aku bertanya kepadanya, ‘Apakah Anda pernah bertemu dengan salah seorang Shahabat Rasulullah?’ Dia menjawab, ‘Benar.’ Aku bertanya lagi, ‘Siapa?’ Dia menjawab, ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Ash. Aku bertanya lagi, ‘Tidakkah Anda mendengar dia berkata’. Dia menjawab, ‘Aku pernah mendengar dia berkata, ‘Perkirakanlah untuk urusan duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari’.” (Baghyitaul Bahits ‘an Zawaidi Musnadil Harits. (2/983) (1093) di dalam riwayat tersebut terdapat rawi yang tidak diketahui)

“berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”
Maknanya, berbuat baiklah engkau kepada makhluk-Nya sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Perintah ini adalah perintah berbuat baik dalam kontek umum setelah Allah memerintahkan untuk berbuat baik dalam hal harta. Jadi, masuk di dalamnya perintah untuk memberi bantuan dengan harta, kedudukan, wajah yang berseri, sambutan yang baik dan mendengar dengan baik. Artinya di dalamnya tergabung perintah untuk berbuat baik dalam hal materi dan berbuat baik dalam hal adab dan akhlak.
“dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Jangan berniat untuk membuat kerusakan di bumi dengan kezhaliman, kedurhakaan, dan berbuat jahat kepada manusia. Karena Allah akan menghukum orang-orang yang berbuat kerusakan, Allah akan menahan rahmat, pertolongan serta kasih sayang-Nya.
Demikianlah wasiat yang diberikan oleh orang-orang shalih dari kaum Nabi Musa. Sedangkan Qarun adalah orang yang telah dikuasai oleh rasa ‘ujub dengan hartanya dan telah disesatkan oleh kesesatannya, karena dia merasa mampu menyusun kekuasaan dengan harta tersebut.
Orang-orang shalih tersebut menyeru Qarun agar meniti jalan ini dalam urusan hartanya. Jalan yang memiliki kesudahan yang baik dan semakin menyempurnakan nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya.

Mereka telah menasehati Qarun agar tidak dikuasai oleh rasa bangga dengan harta yang dimilikinya. Sebenarnya, nasihat ini mampu menyadarkan Qarun dari mabuk harta. Hingga jika dia telah sadar, dia akan diajak untuk mengatur hartanya dengan semestinya. Dia bisa mencari ridha Allah dengan sarana harta ini. Dia bisa mendermakan sebagiannya untuk hal bermanfaat di akhirat kelak dan sebagian yang lain untuk kebaikan urusan hidup dia di dunia. Dengan demikian terkumpulah dalam harta tersebut kebaikan di dunia dan keaikan di akhirat.
Hendaknya dia berbuat baik dengan menginfakkan harta tersebut di jalan kebaikan sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadanya. Dengan demikian dia berarti menerima kebaikan dari Allah dengan berbuat baik kepada hamba Allah. Yang demikian tersebut merupakan zakat dari kenikmatan ini.

Kemudian dia juga tidak boleh mejadikan harta ini sebagai sarana untuk merusak dan membuat kerusakan di muka bumi; membahayakan manusia; dan mengurangi hak-hak manusia. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Seruan bijaksana tersebut disambut Qarun dengan sikap peremehan dan permusuhan. Ketika mendengar seruan ini kondisi Qarun sama seperti orang yang buta mata karena sekujur tubuhnya telah dirasuki kesenangan. Setiap nasihat dia letakkan di belakang telinga dan punggungnya. Oleh karena itu dia berkata, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.”
Artinya, saat itu Qarun berkata kepada kaumnya yang telah menasihati dan membimbingnya pada kebaikan, ‘Aku tidak butuh apa yang kalian katakan. Karena Allah telah memberikan harta ini karena Dia tahu bahwa aku pantas menerimanya. Selain itu, aku memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang tata-cara mengumpulkan harta. Oleh karena itu aku lebih berhak atas hartaku. Sebagaimana firman Allah, “Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru kami, Kemudian apabila kami berikan kepadanya nikmat dari kami ia berkata: "Sesungguhnya Aku diberi nikmat itu hanyalah Karena kepintaranku.” (QS. Az-Zumar : 49) Artinya karena ilmu yang telah diberikan Allah kepadaku. Dan Allah juga berfirman, “Dan jika kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari kami sesudah dia ditimpa kesusahan, Pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku” (QS. Fushilat : 50) Artinya, ‘Aku berhak untuk memilikinya.’
Qarun telah mengingkari campur tangan Allah, meskipun sedikit, atas limpahan harta yang ada padanya. Dia menganggap bahwa harta tersebut didapat karena menejemen yang baik, kerja ulet dan jeli dalam mengumpulkannya. Wal’iayadzu Billah. Wallahu A’lamu bish Shawab.

0 comments

Post a Comment

RADIO DAKWAH SYARI'AH

Browser tidak support

DONATUR YDSUI

DONATUR YDSUI
Donatur Ags - Sept 2011

DOWNLOAD DMagz

DOWNLOAD DMagz
Edisi 10 Th XI Oktober 2011

About Me

My Photo
newydsui
Adalah lembaga independent yang mengurusi masalah zakat, infaq dan shodaqoh dari para donatur yang ikhlas memberikan donasinya sebagai kontribusinya terhadap da'wah islamiyah diwilayah kota solo pada khususnya dan indonesia pada umumnya.
View my complete profile

Followers