Mahalnya sebuah pengertian

Posted by newydsui Sunday, November 1, 2009
Mahalnya sebuah pengertian
Oleh: Abu Faza

Pada zaman kekhalifahan Umar Al-Khattab, terdapat sepasang suami isteri seringbertengkar. Isteri tidak henti-henti nya mengomel. Waktu memasak ia ngomel, saat mencuci ia ngomel, saat santai atau sibuk ia tak henti-hentinya mengomel dan menyalahkan suaminya. Bahkan hendak beranjak tidyrpun ia ngomel, tak ada waktu kecuali selalu ngomel. Lama kelamaan suami tidak tahan dengan perangai isterinya. Dia pun marah kepada isterinya karena sering mengomel. Isteri tidak tinggal diam ketika dimarahi suaminya, ia membalas kemarahan suami dengan suara lebih tinggi. Karena tidak tahan dengan kata-kata istrinya, akhirnya suami semakin tidak sabar dan menjadi sangat murka dangan kelakuan istrinya.

Dari situlah mereka bertengkar hampir setiap hari. Lama kelamaan suami merasa bahwa isterinya sudah melampau batas. Memandang rumahtangganya semakin parah, suami mengambil inisiatif untuk berjumpa dengan kholifah Umar bin Khottob dalam rangka mengadu kelakuan isterinya. Sesampai di depan rumah Umar bin Khottob, suami tadi mendengar isteri Umar bin Khottob sedang ngomel-ngomel di dalam rumah. Tetapi tidak terdengar suara Umar membalas omelan istrinya. Mendapati isteri Umar ternyata juga begitu, suami tidak jadi mengadukan isterinya kepada Umar bin Khottob. Dalam hati ia berguman, kalau isteri Khalifah begitu, apalagi isteriku”.

Ketika dia berbalik hendak pergi, tiba-tiba Umar bin Khottob memanggilnya dan bertanya, “Apa kebutuhanmu datang ke mari?” suami tadi menjawab, “Aku datang hendak mengadu hal isteriku, tapi aku melihat isterimu pun berkelakuan demikian terhadapmu”. Umar bin Khottob tersenyum lalu berkata, “Tidak patut kalau aku tidak sabar dengan omelannya. Bukankah dia telah memasak untukku, mencuci pakaianku, menjaga dan mendidik anak-anakku dan dia tempat aku mendapat hajatku? Sabarlah, sesungguhnya kejadian itu tidak lama (nanti akan baik sendiri)”.

Sepenggal kisah ini patut kita jadikan sebagai pelajaran. Sebagai suami, kita perlu memainkan peranan “senyap” sebagai reverse psychology dalam membentuk rumah tangga yang bahagia. Tapi Ingatlah wahai isteri. Suami adalah pemimpin, perlu dihormati dan ditaati pada perintah yang tidak melanggar syariat. Jagalah ia, sayangilah ia, dan balas kebaikannya dengan sikapmu yang lemah lembut serta penuh perhatian maka suamipun akan lebih mencintaimu. Suami juga manusia, ada kalanya silap kata, ada nafsu, ada terpengaruh dengan hasutan syaitan, dan sebagainya yang kadangkala perlu ditegur, diingatkan dengan sesopan mungkin. Sebab itulah, di belakang setiap lelaki yang sukses ada perempuan (isteri) yang membantunya.

0 comments

Post a Comment

About Me

My Photo
newydsui
Adalah lembaga independent yang mengurusi masalah zakat, infaq dan shodaqoh dari para donatur yang ikhlas memberikan donasinya sebagai kontribusinya terhadap da'wah islamiyah diwilayah kota solo pada khususnya dan indonesia pada umumnya.
View my complete profile

Followers