SEKALI LAGI TENTANG HEPATITIS B
Hepatitis adalah penyakit infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus . Untuk hepatitis B , virus penyebabnya adalah virus hepatitis B ( HBV ) .Virus Hepatitis B merupakan virus DNA yang termasuk golongan Hepadnaviridae. Genome virus ini mempunyai empat buah open reading frame: inti, kapsul, polimerase, dan X. Gen inti mengkode protein nukleokapsid yang penting dalam membungkus virus dan HBeAg. Gen permukaan mengkode protein pre-S1, pre-S2, dan protein S. Gen X mengkode protein X yang berperan penting dalam proses karsinogenesis.
Untuk cara penularan , selain transmisi vertikal, virus Hepatitis B dapat ditransmisikan dengan efektif melalui cairan tubuh, perkutan, dan melalui membran mukosa. Penularan yang lebih rendah dapat terjadi melalui kontak dengan karier Hepatitis B, hemodialisis, paparan terhadap pekerja kesehatan yang terinfeksi, alat tato, alat tindik, hubungan seksual, dan inseminasi buatan. Selain itu penularan juga dapat terjadi melalui transfusi darah dan donor organ. Hepatitis B dapat menular melalui pasien dengan HBsAg yang negatif tetapi anti-HBc positif, karena adanya kemungkinan DNA virus Hepatitis B yang bersirkulasi, yang dapat dideteksi dengan PCR (10-20% kasus).Virus Hepatitis B 100 kali lebih infeksius pada pasien dengan infeksi HIV dan 10 kali lebih infeksius pada pasien Hepatitis C. Adanya HBeAg yang positif mengindikasikan risiko transmisi virus yang tinggi.
Patogenesis infeksi virus Hepatitis B merupakan suatu proses yang kompleks, yang melibatkan respon imun humoral dan seluler. Virus bereplikasi di dalam hepatosit. Virus Hepatitis B tidak bersifat sitopatik, dimana yang membuat kerusakan sel hati dan manifestasi klinis bukan disebabkan oleh virus yang menyerang hepatosit, tetapi oleh karena respon imun yang dihasilkan oleh tubuh. Respon antibodi terhadap antigen permukaan berperan dalam eliminasi virus. Respon sel T terhadap selubung, nukleokapsid, dan antigen polimerase berperan dalam eliminasi sel yang terinfeksi. Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi kronik berhubungan dengan respon sel T yang lemah. Penemuan DNA virus di ekstrahepatik menjelaskan tingginya tingkat transmisi virus dari organ donor yang mengandung anti-HBc yang positif.
Gambaran Klinis
Infeksi virus Hepatitis B terdiri dari empat fase: imunotoleran, immune clearance, fase non replikasi (karier inaktif), dan reaktivasi. Pasien yang sudah terinfeksi sejak lahir biasanya mempunyai kadar DNA serum yang tinggi tanpa manifestasi hepatitis aktif. Fase ini disebut fase imunotoleran. Fase immune clearance ditandai dengan menurunnya kadar DNA, meningkatnya kadar ALT, aktivitas histologi, dan lisis hepatosit. Fase non replikasi merupakan fase dimana terjadi serokonversi HBeAg menjadi anti-HBe. Pada fase ini DNA virus hanya dapat dideteksi dengan PCR, diikuti dengan normalisasi ALT, dan berkurangnya nekroinflamasi. Pada fase reaktivasi, terjadi peningkatan DNA virus yang tinggi dengan atau tan[a serokonversi HBeAg, disertai peningkatan ALT. Mutasi pada precore dan inti menghambat produksi HBeAg.
Berikut gejala klinis pada hepatitis B akut dan kronis ;
1. Hepatitis B akut
Masa inkubasi dari beberapa minggu sampai 6 bulan, tergantung dari jumlah replikasi virus. Hanya 30% pasien yang disertai ikterus. Infeksi akut biasanya ditandai dengan serum sickness pada 10-20% kasus, dengan demam, artralgia, artritis, dan kemerahan pada kulit. Ikterus akan hilang dalam waktu 1-3 bulan, tetapi beberapa pasien mengalami kelelahan kronik meskipun kadar ALT telah kembali normal. Pada umumnya kadar ALT dan HBsAg akan menurun dan hilang bersamaan; 80% kasus HBsAg hilang dalam 12 minggu setelah sakit. Kadar aminotransferase yang tinggi mencapai 1000-2000 IU/l sering terjadi, dimana ALT lebih tinggi daripada AST. Hepatitis fulminan terjadi pada kurang dari 1% kasus, biasanya terjadi dalam waktu 4-8 minggu setelah gejala, dan berhubungan dengan ensefalopati dan kegagalan multiorgan. Mortalitas hepatitis B fulminan > 80%.
2. Hepatitis B kronik
Gejala yang paling sering adalah kelelahan, anoreksia, dan malaise. Kadang-kadang juga disertai nyeri ringan pada abdomen kanan atas. Hepatitis B kronik dapat tidak bergejala. Bila terdapat sirosis hati, reaktivasi infeksi dapat disertai dengan ikterus dan gagal hati. Selain itu dapat pula disertai manifestasi klinis ekstrahepatik.
Komplikasi
Infeksi virus Hepatitis B pada orang dewasa dengan sistem imun yang intak menyebabkan infeksi akut, dengan 1-5% kasus menjadi kronik. Namun sebaliknya, 95% neonatus yang terinfeksi akan menjadi Hepatitis B kronik. Pada orang dewasa, gagal hati fulminan akibat Hepatitis B akut terjadi pada kurang dari 1% kasus. Survival spontan pada gagal hati akut akibat Hepatitis B adalah sekitar 20%. Infeksi Hepatitis B dikatakan kronik bila HBsAg dalam serum positif lebih dari 6 bulan. Sekitar 1/4-1/3 pasien dengan infeksi Hepatitis B kronik akan mengalami penyakit hati yang progresif.
Infeksi pada bayi 90% akan cenderung menjadi hepatitis B kronik, sedangkan infeksi pada anak usia 1-5 tahun 30-50% akan menjadi kronik. Hepatitis B kronik dapat menjadi sirosis hati dan hepatoma. Dua puluh lima persen pasien dengan hepatitis B kronik akan meninggal akibat sirosis hati maupun hepatoma.
Pencegahan
Pencegahan infeksi virus Hepatitis B dapat dilakukan melalui non imunisasi dan imunisasi. Pencegahan non imunisasi dapat dilakukan dengan cara, menghindari kontak dengan darah maupun cairan tubuh pasien yang terinfeksi virus Hepatitis B, tidak menggunakan jarum suntik dan alat kedokteran yang tidak steril, menghindari hubungan seksual yang tidak aman, dan cara-cara pencegahan umum lainnya.
0 comments