JIWA TENANG DENGAN DZIKRULLAH
Oleh: Tengku Azhar, Lc.
Oleh: Tengku Azhar, Lc.
“Bukankah dengan mengingat Allah hati menjadi tenang?” demikianlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam QS. Ar-Ra’du: 28. Seyogyanya seorang muslim menghiasi hidupnya dengan memperbanyak dzikir kepada Allah, di mana dan kapan pun juga. Ketenangan jiwa dan kenyamanan hidup hanya didapat oleh seorang manusia dengan berdzikir kepada Allah. Tentunya ‘dzikir’ dengan makna yang lebih luas cakupannya, bukan sebatas dzikir dengan lisan saja sebagaimana yang banyak kita saksikan hari ini.
Munculnya penomena majelis dzikir, Indonesia berdzikir, dzikir nasional dan istilah lainnya sebenarnya sesuatu yang positif. Namun amat disayangkan, banyak kaum muslimin yang melakukan hal demikian, justru terjerumus pada banyak kesalahan yang menunjukkan mereka tidak mengerti bagaimana dzikir pada hakikatnya.
Sebagai contoh, ada seorang ibu muda yang aktif mengikuti ‘majelis dzikir’. Kecintaannya pada dzikir begitu mempesona. Bahkan dia tidak canggung mengajak teman-temannya dari kalangan para ibu untuk mengikuti kegiatan tersebut. Tapi, bila kita lihat kehidupannya sehari-hari sungguh memprihatinkan. Keluar rumah tanpa menutup auratnya, ngobrol dengan kaum pria yang bukan mahromnya begitu ‘nyantainya’.
Lantas di mana buah dzkir yang selama ini ia lakukan? Apa dzikir itu sendiri? Apakah dzikir itu hanya sebatas di lisan saja?
Tema kita kali ini akan membahas seputar dzikir dan hakikatnya yang sebenarnya, agar dzikir yang kita lakukan benar di mata Allah dan juga di mata manusia.
Urgensi dan Kedudukan Dzikir
Satu kepastian bahwa dzikir dan do’a adalah sebaik-baik amalan yang mendekatkan diri seorang muslim kepada Rabbnya, bahkan ia merupakan kunci semua kebaikan yang diinginkan seorang hamba di dunia dan akhirat. Kapan saja yang Alah Ta’ala berikan kunci ini pada seorang hamba maka Allah Ta’ala inginkan ia membukanya dan jika Allah menyesatkannya maja pintu kebaikan tersisa jauh darinya, sehingga hatinya gundah gulana, bingung, pikiran kalut, depresi dan lemah semangat dan keinginannya. Apabila ia menjaga dzikir dan do’a serta terus berlindung kepada Allah maka hatinya akan tenang, sebagaiman firman Allah :
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du :28)
Allah berfirman menjelaskan arti penting dan kedudukan dzikir dalam banyak ayatnya, diantaranya:
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّآئِمِينَ وَالصَّآئِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أّعَدَّ اللهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzaab :35)
Demikian juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menjelaskan secara gamblang arti penting dan kedudukan dzikir pada diri seorang muslim dalam banyak haditsnya, diantaranya:
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Dari Abu Musa , beliau berkata: telah bersabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Permisalan orang yang berdzikir kepada Allah dan yang tidak berdzikir seperti orang yang hidup dan mati.” (HR. Al-Bukhari)
Dan hadits beliau yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسِيرُ فِي طَرِيقِ مَكَّةَ فَمَرَّ عَلَى جَبَلٍ يُقَالُ لَهُ جُمْدَانُ فَقَالَ سِيرُوا هَذَا جُمْدَانُ سَبَقَ الْمُفَرِّدُونَ قَالُوا وَمَا الْمُفَرِّدُونَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الذَّاكِرُونَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتُ
“Dari Abu Hurairah, beliau berkata: “Al-Mufarridun telah mendahului” mereka bertanya: ‘Siapakah Al-Mufarridun wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: “Laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir.” (HR. Muslim)
Keutamaan dan Fadah Dzikir
Keutamaan dan faedah dzikir sangat banyak sekali, sampai-sampai imam Ibnul Qayyim menyatakan dalam kitabnya Al-Waabil Ash-Shoyyib bahwa dzikir memiliki lebih dari seratus faedah dan menyebutkan tujuh puluh tiga faedah didalam kitab tersebut.
Diantara keutamaan dan faedah dzikir adalah:
1. Dzikir dapat mengusir syaitan dan melindungi orang yang berdzikir darinya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Dan aku (Yahya bin Zakariya) memerintahkan kalian untuk banyak berdzikir kepada Allah. Permisalannya itu seperti seseorang yang dikejar-kejar musuh lalu ia mendatangi benteng yang kokoh dan berlindung di dalamnya. Demikianlah seorang hamba tidak dapat melindungi dirinya dari syaitan kecuali dengan dzikir kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)
Ibnul Qayim memberikan komentarnya terhadap hadits ini: ‘Seandainya dzikir hanya memiliki satu keutamaan ini saja, maka sudah cukup bagi seorang hamba untuk tidak lepas lisannya dari dzikir kepada Allah dan senantiasa gerak berdzikir, karena ia tidak dapat melindungi dirinya dari musuhnya kecuali dengan dzikir kepada Allah. Para musuh hanya akan masuk melalui pintu kelalaian dalam keadaan terus mengintainya. Jika ia lengah maka musuh langsung menerkam dan memangsanya dan jika berdzikir kepada Alah maka musuh Allah itu meringkuk dan merasa kecil serta melemah sehingga seperti Al Wash’ (sejenis burung kecil) dan seperti lalat’.
Manusia ketika lalai dari dzikir maka syaitan langsung menempel dan menggodanya serta menjadi teman yang selalu menyertainya, sebagaimana firman Allah:
وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
“Barangsiapa yang berpaling dari dzikir (Rabb) Yang Maha Pemurah (Al-Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS. Az Zukhruf:36).
Seorang hamba tidak mampu melindungi dirinya dari syaitan kecuali dengan dzikir kepada Allah.
2. Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan dan depresi dan dapat mendatangkan ketenangan, kebahagian dan kelapangan hidup. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du :28)
3. Dzikir dapat menghidupkan hati, bahkan dzikir itu sendiri pada hakekatnya adalah kehidupan bagi hati tersebut. Apabila hati kehilangan dzikir maka seakan-akan kehilangan kehidupannya sehingga tidak hidup sebuah hati tanpa dzikir kepada Allah. Oleh karena itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: ‘Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan, lalu bagaimana keadaan ikan jika kehilangan air?’
4. Dzikir menghapus dosa dan menyelamatkannya dari adzab Allah, karena dzikir merupakan satu kebaikan yang besar dan kebaikan menghapus dosa dan menghilangkannya. Tentunya hal ini dapat menyelamatkan orang yang berdzikir dari adzab Allah sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ عَمَلًا قَطُّ أَنْجَى لَهُ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
“Tidaklah seorang manusia mengamalkan satu amalan yang lebih menyelamatkan dirinya dari adzab Allah dari dzikrullah.” (HR. Imam Ahmad dalam Al-Musnadnya)
5. Dzikir menghasilkan pahala, keutamaan dan karunia Allah yang tidak dihasilkan selainnya, padahal sangat mudah mengamalkannya, karena gerakan lisan lebih mudah dari gerakan anggota tubuh lainnya. Diantara pahala dzikir yang disebutkan Rasulullah adalah:
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ
“Barang siapa mengucapkan (dzikir):
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
dalam sehari seratus kali, maka itu sama dengan pahala sepulih budak, ditulis seratus kebaikan untuknya dan dihapus seratus dosanya. Juga menjadi pelindungnya dari syeitan pada hari itu sampai sore dan tidak ada satupun yang lebih utama dari amalannya kecuali seorang yang beamal dengan amalan yang lebih banyak dari hal itu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ibnul Qayim berkata: ‘Dzikir adalah ibadah yang paling mudah namun paling agung dan utama, karena gerakan lisan adalah gerakan anggota tubuh yang paling ringan dan mudah. Seandainya satu anggota tubuh manusia sehari semalam bergerak seukuran gerakan lisannya, tentulah hal itu sangat menyusahkannya sekali, bahkan tidak mampu.’
6. Dzikir adalah tanaman jannah. Ini berlandaskan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits Abdillah bin Mas’ud yang berbunyi:
لَقِيتُ إِبْرَاهِيمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَقْرِئْ أُمَّتَكَ مِنِّي السَّلَامَ وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الْجَنَّةَ طَيِّبَةُ التُّرْبَةِ عَذْبَةُ الْمَاءِ وَأَنَّهَا قِيعَانٌ وَأَنَّ غِرَاسَهَا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
“Aku berjumpa dengan Ibrohim pada malam isra’ dan mi’roj, lalu ia berkata: “Wahai Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu dan beritahulah mereka bahwa jannah memiliki tanah yang terbaik dan air yang paling menyejukkan. Jannah itu dataran kosong (Qai’aan) dan tumbuhannya adalah (dzikir) Subhanallahi Walhamdulillah Walaa ilaha illa Allah Wallahu Akbar.” (HR. At-Tirmidzi)
7. Dzikir menjadi cahaya penerang bagi yang berdzikir di dunia, di alam kubur dan di akhirat. Meneranginya di shirota, sehingga tidaklah hati dan kuburan memiliki cahaya seperti cahaya dzikrullah. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya.” (QS. Al-An’am:122)
8. Dzikir menjadi sebab mendapatkan shalawat dari Allah dan para malaikatNya, sebagamana firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzaab:41-43)
9. Banyak berdzikir dapat menjauhkan seseorang dari kemunafikan, karena orang munafik sangat sedikit berdzikir kepada Allah, sebagiamana firman Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisaa’:142)
Shahabat Ali bin Abi Thalib ditanya tentang Khawarij: “Apakah mereka munafiq atau bukan?” Beliau menjawab: “Orang munafik tidak berdzikir kepada Allah kecuali sedikit.” Ini merupakan alamat kemunafikan, yaitu sedikit berdzikir kepada Allah. Berdasarkan hal ini maka banyak berdzikir merupakan pengaman dari kenifakan.
10. Dzikir adalah amalan yang paling baik, paling suci dan paling tinggi derajatnya, sebagaimana dinyatakan Rasulullah dalam sabdanya:
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ قَالُوا بَلَى قَالَ ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى
“Inginkah kalian aku beritahu amalan kalian yang terbaik dan tersuci serta tertinggi pada derajat kalian, ia lebih baik dari berinfak emas dan perak dan lebih baik dari kalian menjumpai musuh lalu kalian memenggal kepalanya dan mereka memenggal kepala kalian?” Mereka menjawab: “ya”, lalu Rasulullah menjawab: “Dzikrullah.” (HR. At-Tirmidzi)
Dzikrullah Tidak Sebatas Dengan Lisan
Berdzikir kepada Allah tidak sebatas dengan lisan, tetapi juga dengan anggota badan. Inilah yang terpenting. Melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya merupakan dzikir yang tidak semestinya diabaikan oleh setiap muslim dan muslimah yang senantiasa berdzikir dengan lisannya.
Wallahu A’lamu bish Shawab.
0 comments