YANG MENYEBABKAN ANAK SUSAH MAKAN
Pertanyaan pertama yang sering diajukan oleh orangtua pada dokter adalah mengapa anak saya susah makan . Pada dasarnya , penyebab masalah kesulitan makan pada anak dapat dibagi menjadi 3 golongan besar , yaitu :
1. Faktor Organik
2. Faktor Nutrisi
3. Factor Psikologik
1. Factor Organic
Yang dimaksud dengan factor organic yaitu adanya kelainan-kelainan pada organ tubuh yang turut berperan dalam proses pencernaan , dari rongga mulut meliputi bibir , gigi geligi , palatum , lidah sampai ke usus dan organ-organ yang berhubungan ( pancreas , hati ) yang kesemuanya itu dipengaruhi oleh system syaraf . Adanya kelainan atau penyakit pada organ-organ tersebut pada umumnya akan mangakibatkan gangguan atau masalah makan . Selain itu , tentunya perkembangan keterampilan makan yang berlangsung sejak lahir sampai usia 3 tahun merupakan suatu aspek tersendiri yang memerlukan pelatihan atau pembinaan agar anak terampil mengkonsumsi berbagai makanan . Kelainan bawaan serta penyakit infeksi pada organ tubuh lainnya dapat pula menimbulkan masalah makan disamping menyebabkan kebutuhan energy yang meningkat . Berikut adalah beberapa kelainan dan penyakit organic yang dapat menyebabkan anak menjadi susah makan :
a) Pada rongga mulut
• Kelainan bawaan : labiognatopalatoskisis , makroglosus
• Infeksi : stomatitis , caries dentis , tonsillitis akut , dan lain-lain
• Gangguan neuromuskuler : paralisis lidah , palatum mole
b) Pada bagian lain saluran cerna
• Kelainan bawaan : atresia esophagus , stenosis pylorus , penyakit Hirschprung , akalasia dan lain-lain.
• Infeksi : diare akut / kronis ,hepaitits , pancreatitis , cacing/parasit lain dan sebagainya.
c) Pada organ tubuh lain
• Kelainan bawaan : penyakit jantung bawaan , sindrom Down
• Infeksi akut / kronis : ISPA , tuberculosis ,dll
• Gangguan neuromuskuler : palsi serebral
• Keganasan / tumor : leukemia , tumor Wilms , neuroblastoma, dll
d) Penyakit metabolic , misalnya Diabetes mellitus , dll.
Untuk kelainan dari factor organic ini , orangtua dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mencari tahu penyebab pastinya sehingga mendapatkan terapi yang adekuat .
2. Factor Nutrisi
Sebenarnya , berdasarkan kemampuan mengkonsumsi , memilih jenis dan menentukan jumlah makanan , balita merupakan consumer semi-pasif / semi-aktif , sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi masih bergantung pada orangtua , terutama ibu atau pengasuhnya . Pada masa ini pula terjadi perubahan pola makan dari makanan bayi ke makanan dewasa . Semua hal tersebut seringkali secara sinergis menimbulkan masalah makan yang dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi nutrient dan malnutrisi , yang bisa menurunkan nafsu makan sehingga asupan makanan lebih berkurang lagi . Defisiensi nutrient yang seringkali berhubungan dengan nafsu makan adalah defisiensi Zinc (seng) sebagai akibat berkurangnya ketajaman rasa .
3. Factor Psikologik
Factor psikososial seringkali menjadi penyebab hambatan perkembangan keterampilan makan yang umumnya terjadi pada usia sejak lahir sampai 4 tahun . Diduga terdapat periode sensitive yaitu terjadi respons optimal terhadap misalnya jenis makanan , dan bila masa kritis ini terlampaui , keterampilan makan tertentu seperti mengunyah , akan lebih sulit dipelajari oleh bayi , sehingga hal ini akan berakibat timbulnya masalah makan di masa selanjutnya . Terlebih bila disertai sikap paksaan sewaktu makan , sehingga bayi / anak merasakan proses makan ini sebagai saat yang tidak menyenangkan yang akan berakibat timbulnya rasa anti terhadap makanan . Hubungan emosional antara Ibu – bayi/anak sangat penting pada terjadinya masalah makan . Selain itu , sifat yang menonjol pada masa balita adalah rasa ingin tahu segala hal di sekitarnya , dan rasa ke’aku’annya mulai timbul , sehingga perhatian terhadap makanan berkurang dan seringkali menolak saat diberi makan .
Selain itu , gangguan psikologis bisa terdapat pada anak dari keluarga yang sedang mengalami kesulitan rumahtangga , tidak pernah makan bersama orangtua , atau dipaksakan makan makanan yang tidak disukai sehingga suasana makan menjadi tidak menyenangkan lagi . Hal ini akan mengakibatkan anak menjadi kehilangan nafsu makannya atau lazim disebut dengan anoreksia . Anoreksia bisa jadi hanya bersifat sementara , sebagai variasi normal dalam nafsu makan sehari-hari . Bisa juga anoreksia bersifat tidak sesungguhnya atau pura-pura , hal ini diindikasikan bila anak masih menyukai jenis makanan yang lain . Karena kadang-kadang terdapat anak yang hanya menyukai jenis makanan tertentu saja dan tidak bernafsu untuk mencoba makanan yang baru , lebih-lebih pola makanan yang baru tersebut berbeda banyak dalam hal warna , bentuk , konsistensi , dibandingkan dengan makanan yang disukainya .
Tata Laksana Masalah Makan
Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah makan yang disebabkan karena ketiga factor tersebut di atas :
1. Mengatasi factor penyebab yang mendasari
2. Mengatasi dampak yang telah terjadi , misalnya bila terjadi defisiensi gizi oleh karena anoreksia yang berlangsung cukup lama maka perbaiki defisiensi gizi tersebut dengan pengaturan makanan yang sesuai .
3. Meningkatkan upaya nutrisi dengan memperbaiki atau meningkatkan asupan makanan dengan cara :
i. Memvariasikan menu sehari-hari , perubahan rasa mungkin perlu dilakukan agar anak tidak cepat merasa bosan
ii. Makanan disajikan dengan penampilan menarik sehingga anak akan tergerak untuk mencobanya
iii. Berikan makanan padat gizi dan berenergi tinggi sehingga dengan porsi kecilpun kecukupan energy/nutrient terpenuhi
iv. Membiasakan anak makan teratur dan sebaiknya berikan makanan pada waktu anak sudah merasa lapar
v. Tidak membiasakan ngemil / snacks sebelum makan karena akan mengganggu timbulnya rasa lapar
vi. Memberikan suplementasi vitamin dan mineral jika diperlukan
vii. Menciptakan suasana makan menjadi kegiatan yang menyenangkan
4. Melatih keterampilan makan anak sejak dini dengan cara memberikan makanan yang lebih padat secara bertahap baik konsistensi , tekstur maupun jumlahnya sesuai usia bayi . Usia antara bayi antara 6 sampai 9 bulan merupakan periode kritis dalam pembinaan makan dan rasa . Bila periode ini tidak dimanfaatkan secara optimal dapat timbul masalah makan di kemudian hari .
Wallohu a’lam bishshowab
0 comments