TIDAK MENGHARAP PUJIAN TIDAK TAKUT CELAAN

Posted by newydsui Friday, October 8, 2010
TIDAK MENGHARAP PUJIAN
TIDAK TAKUT CELAAN
Oleh: Ummu Hanan

Ada sebuah kisah menarik tentang seorang penjual ikan segar di pasar tradisional. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan “DI SINI JUAL IKAN SEGAR”. Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya. “Mengapa kau tuliskan kata: DISINI? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan DISINI, bukan DISANA?” “Benar juga!” pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata DISINI dan tinggallah tulisan JUAL IKAN SEGAR.

Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya. “Mengapa kau pakai kata SEGAR ? bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?” “Benar juga” pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata SEGAR dan tinggallah tulisan JUAL IKAN .

Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke tiga yang juga menanyakan tulisannya. “Mengapa kau tulis kata JUAL? bukankah semua orang sudah tahu kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan?” Benar juga pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggallah tulisan IKAN.
Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke 4, yang juga menanyakan tulisannya. “Mengapa kau tulis kata IKAN?, bukankah semua orang sudah tahu kalau ini ikan bukan daging? “Benar juga” pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.
Pembaca, cerita di atas barangkali merupakan replica sederhana yang menggambarkan kondisi riil yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Di mana sebagai makhluq sosial kita tak kan pernah lepas dari berinteraksi dengan manusia lainnya yang memiliki pandangan dan selera yang beragam. Seringkali kita dihadapkan pada situasi sulit ketika keberagaman pandangan dan selera ini berbenturan dengan pandangan dan selera kita.

Adalah hal yang tidak mungkin jika kita harus selalu mengikuti pandangan dan selera orang lain karena yang terjadi adalah kebingungan yang menyergap layaknya si penjual ikan tadi. Atau bahkan keputus asaan akan menghinggapi hati kita karena apa yang kita lakukan tidak pernah benar dalam pandangan orang lain. Ibarat kita mau melakukan suatu kebaikan, urung karena orang lain menganggapnya salah. Akan tetapi giliran kita diam tidak melakukan apa-apa, juga dianggap salah oleh yang lainnya. Akan tetapi tak selalunya pandangan dan selera orang lain itu tak pantas kita ikuti karena adakalanya pandangan dan selera mereka justeru menyelamatkan kita dari kebinasaan. Lantas bagaimana kita mesti bersikap?

Sebagai umat Islam, kita tidak perlu bingung apalagi putus asa dalam hidup, karena Islam sudah memiliki aturan main yang jelas untuk menjalani hidup ini. Ada dua pijakan yang jelas yang mesti kita pegang agar hidup kita selamat yakni Al Qur’an dan As sunnah. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulul Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa’: 59)

Allah SWT juga berfirman:
Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir….”(Al Kahfi : 29)

Dalam hidup bermasyarakat kita harus selalu sadar bahwa ketika kita melakukan sesuatu maka akan ada orang yang seide dengan kita untuk mendukung tindakan kita. Namun pada saat yang sama ada pula sekelompok orang yang mencela dan mengolok-olok tindakan kita. Bagi kita, kita tidak akan pernah bisa memuaskan semua orang. Lakukan tindakan yang sesuai dengan syareat Islam, jangan pernah terpengaruh kepada komentar setiap orang. Cukuplah komentar-komentar itu kita jadikan cermin untuk melakukan sesuatu menjadi lebih baik, karena jika kita terpengaruh pada komentar setiap orang, kita akan menghabiskan sebagian energi kita tanpa makna. Dan yakinlah, kita tidak akan pernah melakukan apa-apa untuk selamanya.
Pembaca, Allah telah memberikan kepada kita potensi dan kesempatan. Pedulilah kepada sesama, berbagilah untuk semua, isilah ruang-ruang amal itu dengan kerja-kerja nyata kita, dan tetap semangat untuk berkarya. Mari kita beramal, tak perlu mengharap pujian atau takut akan celaan orang , biar Allah saja yang melihat dan memberikan balasan.

وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan Melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang Mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At Taubah: 105)
Wallahul Musta’an.

0 comments

Post a Comment

About Me

My Photo
newydsui
Adalah lembaga independent yang mengurusi masalah zakat, infaq dan shodaqoh dari para donatur yang ikhlas memberikan donasinya sebagai kontribusinya terhadap da'wah islamiyah diwilayah kota solo pada khususnya dan indonesia pada umumnya.
View my complete profile

Followers